Pagi yang cerah, Gibran berniat untuk pergi ke pemakaman Adara sebelum pergi ke kantor, itu sudah menjadi kebiasaan Gibran setiap hari nya.
Sampai di TPU Gibran menatap dengan tatapan kosong, kemudian berjalan mendekati makan Adara.
Sesampainya dimakan Adara Gibran terus menatap makam yang ada di depan ya, makam yang bertulisan ALETTA KENZIA NADARA . Tidak pernah ada dalam benak Gibran jika Adara akan meninggalkan secepat ini.
Setelah cukup lama memandang makam Adara, Gibran berdoa untuk mendiang. Gibran membela batu nisan pusaran itu " Aku akan selalu cinta dan sayang sama kamu sayang,,,,, "
"Dar, kalo aku iri sama laki-laki lain boleh ngak, aku iri mereka yang dimanja, disayang walau itu haya alasan sepele. Aku iri karena mereka bisa merekuh jiwa dan raga seseorang yang mereka cintai, setiap saat bisa melihat kala Rindu, mungkin memang itu hal sederhana namun aku ga bisa, sayanggg,,,,. "
Tangisan kembali pecah di tempat ini, tempat ia memandani mataharinya yang selalu ceria setiap bersamanya, namun kai ini berbeda.
"Walau sebenarnya aku juga bisa sayang, namun dengan cara yang berbeda. Dengan cara seperti ini membuat hati aku sedikit tenang atau merasakan tiap detak pemberian dari kamu dengan memandangi bintang setiap malam nya yang bersinar menerangi gelapnya malam,. "
"Walau aku ga bisa ngerasain semua yang mereka rasain, seengaknya aku bersyukur bisa kenal wanita sebaik kamu bisa mendapat kasih sayang yang besar dari kamu, merasakan berbagai bentuk cinta dari kamu. Tapi mereka belum merasakan apa yang aku rasain sayang. "
Setelah menumpahkan segala isi hatinya, cukup lama Gibran mencium batu nisan itu kemudian pergi menuju kantor nya, karna hari sudah mulai siang.
Zia bersembunyi dari balik pohon, menatap betapa sendu dan sakit nya Gibran ditinggalkan Adara, setelah merasa tenang Zia kembali melajukan mobil nya menuju kantor.
~••~
"Loh Gibran ngapain kamu di kantor saya?. " Zia yang baru saja memasuki ruangannya dikejutkan oleh seseorang yang sudah disana
"Gapapa, pengen ketemu kamu aja.,"
"Kamu habis nangis ya, kamu habis dari makam Adara?. " Tanya nya
"Loh kok bisa tau, jangan-jangan------. " Gibran segaja menggantungkan ucapan terakhirnya untuk melihat ekspresi yang akan Zia tampilkan.
"E-engak gu-gue nebak aja, iya nebak. " Emaknya canggung, bisa bisanya mulutnya berbicara seperti itu.
"Oh nebak ya, yaudah. "
"I-iya nebak hehe" Zia menggaruk tenguk nya yang tak merasa gatal itu, kemudian kembali melangkahkan kakinya menuju Kursi kerjanya.
"Oh ya gue nanya sekali lagi, untuk apa lo kesini.?" Tanya Zia dengan memicingkan matanya menatap tajam Gibran
Gibran seakan mengerti dengan tatapan yang Zia berikan. "Gue pengen kerja sama lo. " Ucapnya tanpa beban sama sekali
"Lo kan punya perusahaan, ngapai kerja.? " Zia ngak habis pikir apa yang pria itu lakukan.
"Kan ada karyawan aku,"
"Kalau kerja disini, ga ada lowongan buat kamu. "
"Gue mau bekerja sebagai asisten lo aja deh. "
"Asisten gue cuma farel ga ada yang lain. "
"Wah, parah sih lo jangan-jangan suka ya sama dia.? " Seketika Gibran kikuk kala mendapat tatapan tajam dari Zia, mungkin sebentar lagi dia akan marah dan mengusirnya
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG MATAHARI [END]
RomancePerjalanan cinta sepasang kekasih yang ingin bahagia, namun banyak rintangan yang harus mereka alami untuk menuju cinta abadi. "Gue bakal perjuangin lo ra" ~GIBRAN PUTRA PRADANA~ "Mungkin matahari itu tidak akan bersinar pada waktunya" ~ALETTA KENZ...