HAMIL ANAK LO

500 36 4
                                    


"Awsssss" Ringis Adara memegang perut nya.

"Ra.... Kenapa?. " Tanya Gibran dengan perasaan khawatir.

"Sak-it..awssss.."

"Kita kerumah sakit sekarang yok.. " Ucap nya kemudian membantu Adara untuk menuju ke rumah sakit. Tak lupa juga untuk menghubungi Rasya.

Setelah sampai di Rumah sakit, Adara di tindak lanjuti oleh dokter, sedangkan Gibran dan Rasya hanya terduduk di Kursi besi seraya memohon untuk kesembuhan Adara.

"Kalau Adara sampai kenapa-napa! Gue gabakal biarin lo, hidup!" ketus Rasya

"Dia istri gue! Kenapa lo yang sewot?!" gertak Gibran.

Namun, tiba-tiba saja Naura dan yang lain datang, mereka terlihat sangat panik.

"Ada apa ini? Kenapa Ara?!" tanya Naura Histeris.

"Gue tidak tahu nau, .Dara tadi pingsan, " balas Gibran.

Ceklek!

"Bagaimana keadaan Adara saya dok?!" gertak Gibran dan Rasya bersamaan, lalu bertatapan sinis.

"Mas Rasya dan mas Gibran. bisa ikut saya sebentar?" tanya Dokter, seraya di balaskan anggukan oleh Keduanya.

>>>>Setiba nya di Ruang Dokter<<<<

"Bagaimana, keadaan adik saya dok?! Apakah dia baik-baik aja?! Dan bayinya?!" tanya Rasya, ia begitu panik.

"Mohon maaf, biar saja jelaskan dulu ya?" balas Dokter.

"Silahkan, Dok. " balas Gibran.

"Keadaan pasien saat ini kritis, beliau sepertinya mengalami kecapean, berat pikiran, serta stress yang ia rasakan dan pikirkan, teruntuk kehamilannya... Saya mohon maaf, " balas Dokter.

"Kenapa, Bayinya dok?!" tanya Gibran yang begitu panik.

"Bayinya, mengalami keguguran. Karna pasien terlalu berat pikiran, serta stress berat. Membuat janin nya yang asalnya melemah mengalami keguguran, " balas Dokter lagi.

Deg!

Jantung Gibran serasa terhenti, ia begitu terkejut, mungkin sangat-sangat terkejut, sedangkan Rasya, ia juga merasakan hal yang sama.

"A--apa?! D--dokter, bercanda kan?!" teriak Gibran, yang mulai menangis.

"Tidak! Hiks.... Hiks...Ini semua gara-gara lo!" teriak Rasya seraya menunjuk muka Gibran yang sekarang sudah menangis histeris.

Setelah keluar dari ruangan dokter, Rasya berhasil di tenangkan oleh Naura, siapa yang tidak menangis karna kehilangan calon buah hati?!

"Adara, kenapa sya?!" tanya Naura, panik mewakili semuanya.

Rasya menghela napas kasar, ia lalu menjelaskan semuanya perlahan.

Hati Gibran terasa tersayat, tubuhnya melemas, serta wajahnya yang begitu pucat.

"Ra...... " lirih Gibran, seraya menangis.

Yang lain pun ikut masuk mengikuti Gibran untuk menjenguk kondisi Adara.

Namun, keadaan Adara masih tidak sadarkan diri. Tubuhnya bahkan sangat pucat.

Adara Mengerjakan matanya pelan, ia melihat Gibran, Rasya, dan yang lain tengah disana.

Mereka hanya duduk menunggu kesadarannya, "G-Gibran? A--aku, kenapa?" tanya Adara bingung.

"Adara?!" teriak Gibran, Naura, Rasya, Serta yang kain bersamaan sembari mendekati Adara

SANG MATAHARI   [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang