2 bulan berlalu, Adara tidak pernah menginjak kan kakinya lagi di mansion nya, ia begitu sakit hati.
Disaat Adara tengah membaca novel, tiba-tiba saja.
"Agh!" Adara merengek, merasakan di perutnya ada yang salah, dan akhir-akhir ini perutnya semakin membesar.
"Keram lagi!" gumam Adara, ia lalu meraih laci dan meminum obat.
Namun, rasa sakitnya kali ini berbeda. Ia merasakan di perutnya ada yang berusik, serta perutnya yang sering keram.
"Apa gue ke rumah sakit aja, ya?" batin Adara.
Adara tanpa basa-basi terpaksa harus pergi ke rumah sakit, karena ingin mengetahui keadaan Perutnya.
Disisi lain.
"Nona Kinan, saat itu pergi ke BAR dengan seorang pria tuan, dia juga berpenampilan dan banyak minum-minum di BAR bersama lelaki itu" jelas Anak buah Gibran Erel.
Orang suruhan Gibran untuk mencari tahu tentang kehamilan Kinan.
"Sudah kuduga, urus semua surat perceraian saya dan Kinan, sebisa nya harus cepat. Dan surat perceraian saya dengan Adara, tahan selama mungkin!" balas Gibran.
Erel mengangguk tanda mengerti.
DISISI LAIN, ADARA YANG SEDANG DI RUMAH SAKIT.
"Selamat, nona. Anda sedang mengandung. Usia kandungan anda sudah menginjak 2 bulan 1 minggu, " jelas dokter.
"A--apa?!" kejut Adara.
"Iya, nona. "
Adara pulang dengan nada sedikit kecewa, pantas saja ia sering menginginkan sesuatu yang harus cepat di laksanakan, serta perutnya yang mulai membesar.
"Maafin Mama, ya nak. " tangis Adara.
~••~
4 bulan berlalu, kini. Kandungan Adara sudah menginjak 6 bulan, perutnya semakin hari kian membesar, menandakan Kandungan nya sehat dan baik-baik saja.Adara tengah terduduk di atas sofo ruang tam, ia ditemani oleh dua puluh kantung snack yang masih belum termakan, juga di temani oleh Naura.
"Nau, aku gak bisa berhenti makan, aku masih lapar, " gumam Adara, dengan tatapan mata terfokus ke televisi drakor nya.
"Iya ra, kamu makan aja. Wajar kalo kamu banyak makan, kan lagi hamil!" balas Rasya.
"Hemm, " gumam Adara.
Ting! Tong!
Bel di tekan entah oleh siapa, dengan cepat. Pandangan Rasya, Naura dan Adara pun teralihkan.
"Biar aku yang buka, " balas Adara, dengan di balas anggukan Olehnya.
Ceklek! Pintu terbuka, menampakan sosok lelaki berjas hitam, tampan, Adara mengenalnya,dan dia adalah Suaminya.
"Ra....?" lirih Gibran, menatap Adara penuh harapan.
"K-kamu?!" kejut Adara, ia begitu terkejut, entah mengapa. Hatinya serasa tenang dan damai jika di hadapan Gibran.
"Ra! Gue kangen, gue gak bisa gini selamanya!" tangis Gibran pecah, seketika ia langsung memeluk erat tubuh Adara.
"Gue juga, gib! Hiks... Hiks... " tangis Adara, yang tak bisa menahan kerinduannya.
"Gw mau lo kembali, gue gak mau asing! Adara!" tangis gibran lagi.
"Apapun keadaan kamu saat ini, aku bakal Terima. Aku sadar, gak ada cinta sejati di orang baru, semua itu penuh kebohongan!" balas Gibran.
"Gib, ak--"
"Kita mulai dari awal, ya?" tanya Gibran, dengan mata sembab karna terlalu lama menangis.
"Boleh, " senyuman Adara kembali terukir sejak 6 bulan lamanya.
"Gib?" gumam Adara, meletakkan Tangan Gibran ke perutnya yang sedang terusik karna tendangan bayi nya.
Gibran memelotot tajam, matanya tak percaya, hatinya berdetak kencang menandakan ia ragu, "A--apa.. "
"Iya, gib. Dia bayi kita!" tangis Adara.
"B--bayi?" gugup Gibran, sungguh tak percaya.
~••~
Adara dan Gibran lalu terduduk di kursi megah milik keluarga Rasya, mereka di temani oleh Naura dan Rasya.
"Gib, Adara gagal keguguran. Janinnya benar-benar kuat, hingga dapat menahan rasa sakit itu, dan kembali pulih, " balas Rasya.
"Gibran mau minta maaf sama Naura dan Rasya,udah menceraikan Adara tanpa alasan yang jelas, jujur saja. Itu hanya amarah sekilas!" balas Gibran, mencoba menyakinkan.
"Apakah kalian bersedia, untuk rujuk?" tanya Rasya.
"Siap!" teriak Gibran.
Berhari-hari berlalu, Adara kini sudah resmi lagi menjadi Menantu keluarga Gibran, sedangkan Gibran. Ia bersyukur bisa mendapatkan Adara kembali.
Adara yang sedang menyenderkan dirinya di ranjang oversize milik Gibran dengan segera bangkit karna, teriakan Kinan dari kamarnya.
"Aaaaaaaa!" teriak Kinan, entah apa yang terjadi.
Gibran dan Adara panik, mereka memasuki kamar Kinan yang tak beradaptasi jauh dari kamar Mereka.
Ceklek! Pintu kamar Kinan terbuka, terlihat kinan yang terduduk di lantai dengan kondisi yang lumayan ngeri.
Ia seperti tak kuat menahan sakit, bawahannya mengeluarkan banyak Da*rah, rambutnya acak-acakan, dan wajahnya yang memucat.
Kehamilan Kinan sudah menginjak 9 bulan jalan, karna Orang tua Kinan menolak bahwa Gibran harus menceraikan Putrinya disaat hamil tua.
"Kinan!" teriak Orang-orang yang panik, langsung menghampiri nya.
Kini, tersisa Adara dan Kinan saja disana, Adara panik, entah apa yang harus ia lakukan, menolongnya? Ahh tidak mungkin, ia tidak akan bisa.
"Kamu, bertahan Kinan! Dokter dalam perjalanan!" panik Adara, yang sedari tadi menemani Kinan.
"S--sakit...... Sakit sekali, hiks! Hiks! Hiks!" tangis Kinan, kemudian meregang.
"Bertahan! Aku yakin, kamu bisa!"
"Tidak! Aku tidak yakin, maafkan aku. Ra.... " balas Kinan, sebelum ia menutup erat matanya.
Mata Kinan tertutup rapat, tak menampakkan bahwa dia sadar ataupun bangun.
"kinan! Bangun.... " lirih Adara.
Untung saja, dokter segera datang dan membawa Kinan ke rumah sakit dengan segera.
BERSAMBUNG............
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG MATAHARI [END]
RomancePerjalanan cinta sepasang kekasih yang ingin bahagia, namun banyak rintangan yang harus mereka alami untuk menuju cinta abadi. "Gue bakal perjuangin lo ra" ~GIBRAN PUTRA PRADANA~ "Mungkin matahari itu tidak akan bersinar pada waktunya" ~ALETTA KENZ...