Gara gara anak sialan kaya kamu, adik saya jadi meninggal!! " Ucap Sasya dengan tangan yang menunjuk pada muka Adara .
"JAGA OMONGAN TANTE,,! " cegah Rasya tak terima dengan ucapan yang di lempar pada sang adik
"Kamu sudah berani dengan tante RASYA! "
"Terserah tante, dia adik saya jadi saya berhak membela Adara,, "
"Tante akan balas yang setimpal dengan apa yang anak sialan ini perbuat. " Setelah mengucapkan itu, Sasya pergi meninggalkan mansion Adara dengan hawa yang panas.
Gibran yang baru saja pulang kantor mendengar bahwa calon istrinya di maki-maki sasya adik dari Salma.
"Sayangg ,,, " Ucap Gibran setelah memasuki mansion Adara dan menghampiri yang kini berada di samping Naura dalam dekapan Rasya.
"Kaku Stop di situ" Lirih Adara, Rasya, Naura bahkan yang lain pun kaget mendengar menuturkan Adara.
Sesaat Adara dan Gibran baru saja bersikap saling manja, namun sekarang penuturan Adara seakan menjauh dari Gibran. Gibran tak menyerah ia terus mendekat dan kini berjongkok di hadapan Adara.
"Sayang,,, kamu kenapa. Aku salah apa hmm. " Tanya nya lembut sesekali mencium punggung tangan gadis yang berada dalam dekapan Rasya.
"Aku anak pembawa siap Gib, kamu mending jauhi aku. Soal menikah aku bisa bicarakan dengan ayah untuk menggagalkan semua. " Gumam nya dengan isak tangis yang semakin kencang.
"Sayanggg kamu ngak kayak gitu"
"Sampai kapan pun aku ga akan pernah ninggalin kamu, aku cinta dan sayang sama kamu sayang,,, " Lirihnya yang seakan ingin ikut nangis dengan keadaan yang menimpa kekasih nya itu.
"Pergi gib PERGI!! " usir Adara oada Gibran, seakan tuli Gibran tak mendengarkan ucapan Gadis itu, ia memberi isyarat pada Rasya dan yang lain untuk memberi waktu berdua dengan Adara.
Setelah ruangan sepi, Gibran mendekap Adara berusaha memberi kenyamanan, awalnya Adara yang memberontak lama kelamaan menjadi luluh dengan dekapan Gibran.
"Sayang dengerin aku dulu,,, "
"Aku tetep sayang sama kamu tetap cinta sama kamu. Apapun yang terjadi dengan kamu sayang,,, . "
"Kamu tetap ratu di hati Gibran, kamu harus percaya sama aku apapun yang terjadi aku gak akan pernah ninggalin kamu aku janji sayangg,,, " Ucapnya yang ikut menangis dengan keadaan yang Adara alami.
Rasya yang mendengar penuturan Gibran seakan hati nya terteduh, melihat ketulusan yang terpancar dari kata Gibran Rasya yang seakan akan ragu dengan Gibran kini mempercayai nya.
"Aku kira Gibran gak akan pernah sungguh-sungguh dengan Adara, tapi setelah melihat ini aku baru sadar kalo Gibran setulus itu dengan Adara" Ucapnya yang tak luput dari pandangan yang terus memantau Adara dan Gibran.
Setelah merasa Adara cukup tenang, Rasya dan yang lain berjalan mendekat Adara dan Gibran.
Namun saat mereka ngobrol tiba tiba ada chat dari hp Rasya. Mendapat kabar dari Ayah nya untuk pergi ke rumah tante nya Sasya bersama dengan Adara pun dengan segera Adara dan Rasya menuju rumah Sasya.
Gibran dan yang lain masih setia di mansion Adara, untuk semata mata apa yang akan terjadi.
~••~
Cukup lama perjalanan Adara dan Rasya menuju rumah tante Sasya kini telah sampai si pekarangan rumah sasya.
Namun setelah mereka masuk, disuguhkan dengan pandangan yang tak enak hati.
Rasya yang langsung di ajak keluar untuk mengambil barang barang dan kini di rumah tersisa Adara, Sasya dan Pandu anak dari Sasya.
Rasya yang awalnya ingin mengajak Adara tetapi sasya mencegahnya dengan alasan untuk membantunya memasak untuk makan siang nanti. Rasya dan Adara yang tai ingin curiga pun mengikuti apa yang diinginkan Sasya.
Setelah memastikan Rasya pergi, sasya kembali merencanakan dengan sang anak (pandu)
"ADARA KAMU TEGA NYAKITIN PERASAAN TANTE" Adara yang terkejut dengan penuturan sasya pun mendekat dan merasa heran dengan Sasya yang tiba-tiba menangis tanpa sebab.
"YANG HARUSNYA SAKIT ITU MBAK SALMA TAPI KAMU ADARA"
"KAMU ANAK PEMBAWA SIAL YANG TIDAK PANTAS MENJADI ANAK SAMBUNG MBAK SALMA"
"DAN KAMU SAMA SAJA DENGAN IBU KAMU SAMA SAMA PEMBAWA SIAL" Maki sasya semakin manjadi-jadi. Adara hanya bisa menahan air mata nya yang ingin jauh.
Ingin membalasnya tapi ia sadar, Sasya lebih tua darinya. Sasya mendekat Adara dan semakin dekat dengan senyum smrik yang sulit di artikan.
"kamu harus mati Adara, KAMU HARUS MATI" teriak nya semakin keras dan terasa di telinga Adara. Bahkan hatinya kini tergoyah dengan ucapannya
Rasya terus merasa ada kejanggalan namun ia tepia pikiran itu untuk bisa cepat cepat mengambil barang dan dengan cepat menghampiri Adara.
"PEREMPUAN LEMAHHH....... "
"GOBL*KK....... "
"KAMU GAK PANTAS HIDUP.... "
Prakkkk
Guci jatuh dengan sendiri nya, membuat amarah Sasya semakin membawa.
Plakkk
Plakk
Pakk
BughhTamparan demi tamparan bahkan tendangan Sasya lemparkan pada Adara, Pandu yang melihat itu tersenyum senang dengan yang dilakukan ibu nya.
"Siram dia pakai air es.... " Tutur Sasya memerintah Pandu
Pandu dengan senang hati melakukannya, ia dendam dengan Adara bukan soal kematian Salma namun merasa iri dengan semua yang adara punya.
BYURRR
Dengan sengaja Pandu menyiram air es di tubuh hingga mengakibatkan baju yang di kenakan basah kuyub. Tubuh Adara seketika menggigil karena dingin sesekali Isakan tangis nya lolos begitu saja.
"Ini awal untuk kematian mu anak sialan, " Ucap Pandu yang tengah berdiri di depan Adara.
BUGHHHHH
"Semoga setelah ini saya mendengar berita tentang kematian kamu..... "
Dengan kegilaan Sasya dan Pandu kembali memukul Adara yang sudah mengejamkan mata nya. Dengan serpihan guci yang ada di dekatnya
PRANGGG
Pandu kembali dengan menggenggam sebuah pisau tajam.lalu menggoreskan pisau itu ke kulit Adara hingga membentuk goresan panjang.
Dress putih yang di kenakan bersimpuh dengan darah nya, namun Adara masih kuat untuk tetap menjaga kesadaran walau mata nya sulit sekali untuk terbuka.
"KAMU HARUS MATI ANAK SIALAN... "
BUGHH
BUGHHH
BUGHH
"Bu-buh a-ku tan-te" Lirih Adara yang memegang tangan bekas sayatan itu.
"TANPA KAMU MINTA, SAYA MEMANG PUNYA NIATAN UNTUK MEMBUNUH KAMU JAUH SEBELUM MBAK SALMA MANINGGAL..... " Pekik Sasya kembali
Uhukkkk
Uhukkk
Darah terus mengalir dari mulut dan tangan Adara.
"ASTAGHFIRULLAH TANTE SASYA"
BERSAMBUNG.......
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG MATAHARI [END]
RomancePerjalanan cinta sepasang kekasih yang ingin bahagia, namun banyak rintangan yang harus mereka alami untuk menuju cinta abadi. "Gue bakal perjuangin lo ra" ~GIBRAN PUTRA PRADANA~ "Mungkin matahari itu tidak akan bersinar pada waktunya" ~ALETTA KENZ...