Empat Puluh Enam

441 45 0
                                    

Suara adzan berkumandang di pengeras suara yang memang terpasang di tiap-tiap tetap tak mengusik tidur Manda. Perempuan yang berstatus sebagai Nyonya Arion ini, sudah terlelap hampir dua jam lamanya tanpa mengerti perasaan laki-laki yang sedari tadi berharap cemas akan kesembuhannya,

Arion yang bahkan tak beranjak sedikitpun dari tempat nya duduk membuat Maya hanya bisa menghela nafas panjang. Beruntung bagi Maya, meskipun putranya itu sempat mengatakan ke tidak ingin annya menikah, namun matanya kali ini memancarkan perasaan seseorang yang tengah mabuk kasmaran. Caranya menatap dan mengkhawatirkan Manda cukup membuat Maya menarik kesimpulan bahwa Arion sudah masuk ke dalam pesona menantunya.

"Sholat dulu Bang, biar Mami yang jaga Manda" Tawaran Maya hanya di jawab Arion dengan anggukan kepala. Laki-laki berdiri tanpa sepatah kata pun dan pergi begitu saja setelah mengecup pelan kening istrinya yang masih setia terlelap.

Meski dokter tadi sudah menjelaskan keadaan Manda, entah mengapa hatinya belum setenang itu. Manda belum membuka matanya dan keadaan janin mereka masih menunggu untuk dipastikan. Harusnya memang bisa melakukan pemeriksaan detik itu juga pada kandungan Manda, namun kode etik pada pelayanan kesehatan yang masih berpegang teguh pada yang darurat yang harus didahulukan, membuat para dokter memilih untuk menghentikan pendarahan Manda terlebih dulu sebelum akhirnya mentransfer nya ke poli kandungan untuk di usg.

Dengan hati yang masih berkecamuk, Arion mengangkat kedua tangannya, menjalankan ibadahnya serta menyerahkan seluruh kekhawatirannya dan rasa tak enak hati pada Sang Pemilik Hidup yaitu Allah. Ia mencoba memasrahkan seluruh takdir yang saat ini ia jalani agar tak ada lagi rasa tak nyaman di hati.

"Kami bukan penulis naskah nya Ya Allah, kami hanya pelaku. Tolong beri kami rasa lapang apabila skenario Mu tak sesuai dengan harapan kami" Cicitnya lirih pada akhir sujudnya.

Sebagai seorang suami, tentu ekspektasi nya meninggi apabila mendengar kabar bahwa istrinya hamil. Begitu pun dengan Arion, sebagai anak yang sempat di lahirkan dalam keadaan yang salah, Arion tentu sudah menaikkan harapannya sedikit tinggi begitu ia meyakini bahwa dirinya tak menuruni sikap sang ayah. Menjadi kebanggaan tersendiri baginya, saat ia bisa menjaga diri dari perempuan yang bukan halal, membuatnya menginginkan penerusnya kali ini harus baik-baik saja.

Setelah dirasa cukup mengadukan seluruh gundah gulana nya pada Allah, Arion menyeret kakinya kembali ke ruang perawatan Manda. Disana Manda masih terlihat memejam dengan Maya yang terlihat panik.

"Ada apa Mi?" Tanya Arion pelan.

Dengan segera Maya menghambur, masuk kedalam dekapan anak sulung nya. Menangis tertahan sambil bergumam "Adek mu sedang dalam masalah"

"Masalah apa? Adek seminar kan?" Tanya Arion tak mngerti. Pasalnya, sudah banyak seminar yang Hawa ikuti, akan tetapi baru kali ini rasanya Maya terlihat amat cemas. Arion bahkan mengingat-ngingat kapan terakhir mereka memakai nama Hawa untuk memulai obrolan mereka.

"Papi mu sudah mengurusnya, tapi kayaknya Mami harus kesana untuk memastikan Adek mu baik-baik saja"

"Biar Abang aja yang pergi, Mami disini" Ucap Arion mencoba mengurai pelukan mereka. Namun belum sampai Arion beranjak, Maya menggelengkan kepalanya seraya berucap "istri mu butuh kamu, Bang. Adek biar jadi urusan Mami dan Papi. Abang hanya perlu pastikan cucu Mami sehat, oke?"

Mendengar kata 'cucu' keluar dari mulut sang ibu membuat Arion ingat mengapa dirinya berada di rumah sakit ini. Dengan mata sayu, ia menatap Manda yang tengah tertidur dengan wajah yang terlihat pucat. Ia sadar bahwa tidak mungkin bagi nya untuk pergi meninggalkan sendiri Manda di rumah sakit ini karena Manda memang tanggung jawabnya, sedangkan Hawa masih bisa di dampingi oleh ayah mereka, Adit.

"Kalau ada apa-apa kabari Abang ya Mi"

"Iya, Abang gak usah khawatir"

Selepas acara berpamitan itu, Arion kembali duduk di samping Manda. Kembali menggenggam tangan kecil istrinya seraya mencoba membangunkannya dari tidur panjangnya sedari tadi "Sayang... Bangun dong"

Dan seperti keajaiban, Manda seakan tahu kegundahan hati Arion saat ini, tiba-tiba ia menggerakkan perlahan kelopak matanya, membukanya perlahan dan memandang penuh Arion "Mas..." Panggilnya amat lirih.

"Ya Zaujati, sebentar aku panggil Dokter" Ucap Arion sambil menekan alat di atas kepala sang istri "ada yang sakit?"

Manda menggeleng, mencoba menepis rasa tak nyaman di dalam perutnya dan mensugesti pikirannya bahwa semua akan baik-baik saja "anak kita..."

"Anak kita baik-baik saja tapi kita perlu usg untuk lebih lanjut"

Tak ada jawaban dari mulut Manda. Ia hanya menatap langit-langit kamar rawat nya dengan hati yang terus merapalkan doa.

Ya, ia tak ingin mengecewakan Arion.

"Bu..." Panggilan asing yang tiba-tiba terdengar di telinganya membuat Manda sadar bahwa ada orang di ruangan itu. Dan ternyata benar ada perempuan berjas dokter dan beberapa perawat yang tengah mencoba berkomunikasi dengannya untuk melakukan pengecekan. Arion bahkan sudah beranjak dari tempatnya semula dan berdiri sedikit menjauh dari ranjang pesakitannya.

"Ada yang sakit Bu?" Tanya Dokter perempuan itu padanya.

"Perut" Jawab Manda lirih.

Mendengar jawaban Manda, dokter yang memang tahu keadaan istri Arion yang tengah berbadan dua itu, segera memerintahkan salah satu perawat yang ikut serta dengannya untuk menghubungi dokter kandungan yang sedang berjaga di poli kandungan serta mengambil kursi roda untuk mengantarkan Manda ke tempat tersebut.

"Kita usg dulu ya Bu untuk mengetahui bagaimana kondisi Ibu saat ini. Nanti di bantu dengan perawat, Ibu akan di antar untuk ke poli kandungan" Jelas dokter yang memeriksa Manda.

"Terima kasih Dok"

Dokter itu mengangguk mantab kemudian pamit undur diri pada pasangan suami istri tersebut.

Dengan di dorong oleh Arion dan didampingi oleh salah seorang perawat, kursi roda yang Manda duduki bergulir ke ruangan yang berisikan poli-poli rawat jalan berada.

Ruangan pertama, yang menjadi tujuan Manda sudah terlihat. Tepat di depan ruangan itu Manda bisa melihat beberapa perempuan dengan perut yang sedang membesar. Hatinya berdesir, saat ia akhirnya turut serta akan merasakan hal yang sama karena sejak awal setelah penyerahan dirinya pada Arion, suaminya beberapa kali tak sadar mengutarakan keinginannya agar sesegera mungkin memiliki momongan.

Tak butuh waktu lama, setelah pasien yang berada dalam ruangan tersebut keluar, kursi roda yang Manda duduki kembali di dorong oleh Arion untuk masuk ke dalam ruang pemeriksaan. Tanpa perlu menanyakan mengapa dirinya didahulukan, Manda sudah paham bahwa ada campur tangan ibu mertuanya dalam hal ini, sebagai pemilik rumah sakit.

"Selamat malam Pak Arion dan Ibu. Monggo langsung saja saya periksa ya" Sapa dokter perempuan dengan nama meja Raina tersebut.

Setelah perutnya di periksa dan Manda kembali duduk di kursi rodanya, dokter perempuan tersebut menatapnya dalam. Sebagai pegawai yang bekerja di rumah sakit milik keluarga Wardhana tentu ia mengenal betul siapa laki-laki dan perempuan yang ada di hadapan ini.

Dengan hati-hati, Dokter Raina berkata "Pak, Bu mohon maaf saya harus mengatakan bahwa kehamilan Bu Manda tidak bisa dilanjutkan"

"Maksud Dokter?"

"Saya tidak menemukan kantong kehamilan Pak"

.
.
.

08042024

Borahe 💙

Maafkan lama publish ya, mata nya masih belum baik-baik saja 🙏

KARUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang