Beberapa perawat memberi sapaan hangat begitu melihat seorang perempuan paruh baya berjalan tergesa di lorong rumah sakit miliknya. Meski usianya sudah tak muda lagi, namun aura yang melekat pada tubuhnya masih terpancar. Ya, beliau adalah Maya, ibu sambung Arion.
Maya siang itu di buat cemas, begitu gawai tipis miliknya memperdengarkan suara anak sulung nya yang parau dan khawatir. Yang ia ingat, Arion sempat mengatakan Manda pingsan akibat ulah mantan calon suaminya.
"Bang..." Panggil Maya begitu, ia melihat sosok Arion yang biasa tegap, kini duduk tanpa semangat sambil menutup sebagian wajahnya dengan kedua tangannya.
Arion yang mengenal betul suara sang ibu, menatap nanar perempuan yang sudah membesarkan. Ia berdiri lalu masuk ke dalam pelukan Maya, membagi rasa khawatir yang belum menemukan ujungnya karena sang istri masih menjalani pemeriksaan di dalam.
"Mi..." Nada yang terdengar getir itu cukup menggambarkan bagaimana keadaan hati Arion saat ini, meskipun lelaki itu tak meneteskan air mata sedikitpun.
Baru saja laki-laki bahagia pagi tadi, siang ini semesta seolah menyadarkan bahwa semua tidak boleh melebihi porsinya, termasuk rasa bahagianya yang seolah-olah meluap-luap. Ia seakan di minta untuk bahagia secukupnya, dengan masih menjaga nafsunya.
"Duduk dulu, setelah itu ceritakan sama Mami" Ucap Maya menggiring Arion duduk di salah satu kursi tunggu panas yang ada di depan ruang gawat darurat.
Mereka masih selayaknya keluarga pasien pada umumnya, meskipun Maya sudah ingin sekali menerobos masuk ke dalam ruangan itu. Namun ingatannya akan sebagai pemilik rumah sakit ini, tentu ia percaya di dalam sana menantunya akan segera mendapat pertolongan kegawat daruratan sesuai porsi nya, sehingga saat ini tugasnya hanya menenangkan Arion yang sangat awam dengan dunia kesehatan.
"Manda akan baik-baik aja kan Mi?" Tanya Arion sendu. Lelaki itu cukup tenang begitu Maya sudah memberikan kenyaman padanya. Ia menjadi diri sendiri, menjadi anak laki-laki kecil yang masih ingin dijaga dan diawasi oleh sang ibu. Sikapnya yang dingin dan tak tersentuh di dunia kerja seakan menguap berganti menjadi anak manja saat berada di dekat Maya.
Ya, selalu dan akan terus begitu, tidak peduli seberapa tuanya usia mu, seorang anak tetap lah menjadikan orang tuanya menjadi tempat ternyaman nya untuk pulang saat dunia nya sedang tidak baik-baik saja.
"Mami bayar Dokter disini mahal kali Bang" Guyon Maya.
Arion tak menimpali apapun ucapan Maya itu, ia hanya menatap pintu ruangan di depannya, mencoba menerawang kembali kejadian hari ini sejak matanya terbuka pagi tadi.
"Manda hamil Mi" Sebuah pernyataan dari mulut Arion yang membuat Maya membeku beberapa saat, sebelum pada akhirnya ia kembali mendekap putra pertamanya itu.
Keterkejutan dan kebahagiaan yang melebur menjadi satu hanya mampu membuat mulutnya bergumam "MasyaAllah" berkali-kali.
Namun ada hal aneh yang Maya tangkap dari Arion. Anaknya itu tak memperlihatkan ekspresi yang sama ketika mengabarkan bahwa sang istri tengah berbadan dua. Seolah masih ada kalimat yang akan belum Arion ungkapkan seluruhnya.Namun, karena tak ingin semakin membuat sang anak diliputi kekhawatiran yang dalam pada istrinya, Maya mencoba menepis anggapan buruk itu. Mencoba berpikir positif, dan menganggap semua ini sebagai hal yang lumrah terjadi pada ibu hamil trimester awal. Karena tidak semua tubuh wanita itu sama, sehingga respon tubuh masing-masing wanita akan berbeda saat mulai menjalani kehamilan, termasuk dengan pingsannya Manda saat ini, merupakan kewajaran.
"Manda akan baik-baik aja Bang. Wajar kalau tubuhnya masih menyesuaikan diri sama calon anak kalian. Jadi gak usah terlalu khawatir ya" Kata Maya mencoba merilekskan wajah kaku sang anak.
Akan tetapi sampai Maya selesai mengungkapkan kalimat penghiburan tersebut, mimik wajah Arion tak menunjukkan raut wajah senang sedikitpun. Lelaki itu bahkan saling meremat kedua tangannya secara bergantian. Seakan menunjukkan bahwa hatinya belum tenang sama sekali.
"Ada apa Bang? Apa yang terjadi?" Akhirnya kalimat itu keluar dari bibir Maya. Pikiran positifnya seketika menghilang, bergantian dengan kekhawatiran yang tak jauh berbeda dengan anaknya.
"Manda pendarahan Mi" Tanpa menunggu lama, air mata Maya luruh tanpa bisa di cegah. Perempuan itu memeluk tubuh ringki Arion semakin erat. Sejak awal anak laki-laki nya itu punya kisah hidup lebih berat ketimbang anaknya yang lain. Hingga akhirnya Arion menikah dengan Manda dan mulai menunjukkan kebahagiaan, yang nyatanya juga tak bertahan lama. Pundak nya seakan sedang diuji untuk lebih kokoh ketimbang sebelumnya.
"Abang tahu kan, Manda bukan perempuan lemah?" Tanpa Maya tanyakan pun, semua orang bisa tahu bahwa perempuan yang Arion nikahi bukan perempuan yang manja. Hidup sebagai anak yatim piatu yang hanya tinggal dengan nenek dan jauh dari kakak, cukup membuktikan mental Manda akan sama dengan anak perempuan yang lahir dari keluarga cemara, terlebih dunia ingin membuatnya benar-benar menjadi wanita kuat ketika kakak laki-laki nya harus juga ikut menyusul kedua orang tuanya yang lebih dulu berpulang.
Belum sampai Arion menjawab pertanyaan Maya itu, pintu ruangan di depannya terbuka. Menampakkan dokter yang sejak awal menerima kedatangan Manda "bagaimana keadaan istri saya, Dok?" Tanya Arion menyongsong dokter tersebut.
"Bu Maya.. Pak Rion.. Alhamdulillah pendarahan nya bisa kami atasi, namun kami tetap harus mengobservasi dua jam kedepan untuk memastikan semuanya aman. Nanti Bu Manda akan kami rujuk untuk bertemu dengan Dokter Kandungan juga. Jadi kami sarankan agar Bu Manda di rawat" Jelas dokter berjas putih tersebut.
"Lakukan yang terbaik untuk menantu saya, Dok"
"Baik Bu, kami akan segera menyiapkan kamar. Monggo kalau mau mendampingi Bu Manda di dalam"
Sepeninggal dokter itu, Arion bergegas untuk segera mendatangi Maya di ranjang pesakitannya, akan tetapi langkahnya terhenti begitu melihat lengannya dicekal oleh sang ibu. Maya seperti menahannya yang ingin melihat keadaan sang menantu "kenapa Mi? Abang mau ketemu Manda" Tanya Arion tak mengerti.
"Jangan terlihat khawatir Bang. Tenangkan dulu hati mu setelah itu baru temui Manda. Mami gak mau dia semakin kepikiran"
Mengerti akan kekhawatiran Maya, membuat Arion beberapa terlihat menarik dan menghembuskan nafasnya perlahan. Setelah dirasa tubuhnya sedikit melunak Arion masuk ke dalam ruang darurat itu sambil di temani Maya.
Hati nya tak tega, saat melihat tubuh kecil Manda tergolek lemas dengan selang infus menancap di punggung tangan kiri nya. Perempuan yang baru ia nikahi dua bulan itu terlelap di ranjang pesakitan.
"Sayang..." Panggil Arion lirih tanpa mendapat respon balik.
"Biarkan Manda istirahat Bang" Arion mengangguk.
"Mi... Manda bakalan baik-baik aja kan? Dia gak akan kehilangan lagi kan?"
.
.
.01042024
Borahe 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
KARUNA
RomanceAwal nya tak pernah kenal sebelumnya, tak pula di jodohkan, keinginan menikah pun tak pernah terbesit, namun tiba-tiba hati Arion tergerak untuk menikahi sahabat adiknya itu.. Sayangnya, rencana untuk menikahnya tidak sesuai dengan kemauannya. Detik...