Empat Puluh Dua

440 48 6
                                    

Kata 'berusaha' yang benar-benar Arion katakan, coba laki-laki itu buktikan pada istrinya. Sejak dua bulan setelah malam panjang penyatuan mereka, hubungan keduanya berangsur baik. Pintu yang awalnya terbuka separuh kini sudah terbuka sepenuhnya.

Mereka juga sudah kembali menempati rumah Alif dengan Hawa, Nenek Iroh dan Bi Sri.

Menjadi satu-satunya laki-laki yang ada di rumah itu membuat Arion semakin belajar bagaimana bertanggung jawab akan kebahagiaan mereka. Membagi waktu untuk selalu adil dalam pekerjaan maupun keluarga.

"Saya kan sudah bilang, kalau saya pulang telat jangan di tungguin Sayang" Kata Arion begitu melihat Manda tengah duduk di kursi ruang tamu, dengan laptop di meja.

Meskipun masih menggunakan panggilan formal yang memang tidak seharusnya Arion gunakan, suami Manda itu sudah lebih luwes untuk berkomunikasi dengan sang istri. Ia selalu berusaha untuk menumbuhkan cinta di antara keduanya.

"Masih ada yang dikerjakan Mas jadi sekalian nungguin Mas pulang aja. Duduk dulu aku ambil air putih dulu"

Tugas rumah Manda bertambah. Sebenarnya tidak bisa di katakan tugas juga karena Manda menjalani semua atas keinginannya sendiri. Ia sedikit mencontoh apa yang Maya lakukan begitu Adit pulang kerja. Manda pun juga mengamati bagaimana menjalankan tugas istri dengan baik selama ia tinggal di rumah Maya. Dan salah satu yang sedang ia kerjakan saat ini tentu atas contekan yang Maya lakukan pada ayah mertuanya.

Arion yang dekat dengan Maya sejak kecil, tentu menginginkan istri yang seperti ibunya. Hal itu bisa Manda baca dengan jelas dari wajah Arion karena bagaimanapun belajar untuk mengarungi bahtera rumah tangga paling dekat, tentu dengan mengamati pasangan suami istri yang sering kita temui yaitu orang tua.

"Ini Mas, di minum dulu" Ucap Manda memberikan Arion segelas air putih. Kemudian perempuan itu membereskan alat tempurnya lalu menerima kembali gelas kosong yang sudah Arion habiskan.

"Mas mau mandi dulu? Sudah makan belum?" Tanya Manda masih berdiri disamping suaminya. Arion yang melihat Manda malam itu tak seperti biasanya menarik istrinya itu untuk duduk di pangkuannya. Mengamati wajah sang istri dari dekat sambil mengelus pelan surai panjang nanti hitam milih Manda "kamu gak enak badan ya?" Tanya Arion balik sambil menempelkan punggung tangan nya pada kening Manda.

"Enggak kok, kenapa tanya gitu?" Jawab Manda sambil menurunkan tangan suaminya dan mulai menggenggam nya. Sentuhan fisik yang Arion lakukan sudah tidak lagi membuat Manda terkejut. Pasalnya, melalui sentuhan fisik lah keduanya bisa benar-benar sangat dekat seperti sekarang.

"Muka kamu pucat Sayang. Mau periksa? Atau panggil Dokter?" Kata Arion sedikit khawatir.

Manda menggeleng. Ia tersenyum sambil mengelus pelan pipi Arion yang mulai tumbuh bulu-bulu halus "aku gak papa Mas, cuma kurang istirahat aja kayaknya. Eh bulunya udah tumbuh, yukk ke kamar, aku bantu cukurin"

"Sayang... Jangan mengalihkan pembicaraan ya" Kali ini Arion sedikit tegas pada Manda. Hal itu di karenakan beberapa kali Manda masih menunjukkan bahwa ia bisa mengatasi semuanya sendiri. Rasa tak enak hati dan tak ingin merepotkan itu, membuat nya kesusahan sendiri dan akhirnya membuat banyak orang khawatir.

"Iya, iya. Jangan galak-galak kenapa. Kepala ku dari tadi pusing Mas, kayaknya aku masuk angin karena ada mualnya gitu" Jelas Manda sambil merebahkan kepalanya pada dada bidang Arion. Tak perlu banyak berpikir, yang Arion lakukan selanjutnya malah memeluk pinggang istrinya sedikit mengerat.

"Mual?" Angin segar mulai mengelimuti sekitar Arion. Sebagai pasangan yang sudah menikah tentu mual muntah yang berujung dengan kehamilan pasti sangat dinanti. Terlebih sudah dua bulan ini mereka berusaha namun belum ada tanda-tanda apapun terkait hasil usaha mereka.

Bulan lalu saja, keduanya harus kecewa lantaran Manda terlambat haid namun saat dilakukan pengecekan hasilnya tetap negatif dan berujung keluarnya darah menstruasi beberapa hari setelah itu.

Angan akan adanya malaikat kecil hadir dikehidupan mereka tentu sangat mereka harapkan. Namun, tak peduli seberapa banyak harapan itu, ada Sang Penulis Naskah manusia lah yang berhak kapan akan memberi keduanya teman kecil yang hidup dalam rahim Manda.

"Jangan berpikir aku hamil Mas, aku gak mau kamu kecewa. Aku belum waktunya haid jadi kayaknya aku cuma masuk angin biasa. Lagian Mas tau sendiri kan kalau aku akhir-akhir ini kerja sampai malem? Ya itu kali alasannya badan ku capek begini"

"Tapi kan gak ada salahnya di cek Sayang. Kamu masih ada test pack nya kan?"

"Mas... Ya udah besok pagi aku bakalan test tapi janji ya jangan kecewa kalau hasilnya gak seperti yang kamu mau"

Arion membuang nafasnya dalam. Lelaki itu terdiam saat Manda mencoba menjelaskan keadaannya. Ia merasa tercubit akibat keinginannya untuk segera memiliki anak, ia seakan menuntut Manda untuk segera mewujudkan keinginannya tersebut, tanpa memikirkan bagaimana perasaan sang istri.

"Gak usah. Senyaman kamu aja. Kamu yang tahu bagaimana kondisi badan mu. Maaf ya, saya sudah menuntut banyak" Kata Arion sambil mendaratkan kecupan panjang di rambut Manda yang wangi itu. Rasa menyesal meliputi kakak Hawa itu. Janji akan membuat Manda senyaman mungkin, diingkari nya akibat harapannya yang terlalu tinggi.

Mendengar penuturan Arion tersebut membuat Manda tak enak hati. Sebagai wanita yang dinikahi dengan jalur tak diduga, membuat Manda akhirnya ingin memberikan gambaran perempuan yang sempurna pada Arion. Ia bahkan kadang harus menyembunyikan perasaannya sendiri, meskipun keduanya sudah dekat. Manda ingin di cap sebagai istri yang baik yang bisa membuat Arion menjadikannya rumah untuk pulang.

"Besok setelah sholat subuh kita cek sama-sama ya Mas"

"Kamu gak papa?" Tanya Arion sungkan.

"Gak papa Mas. Barang kali Mas bener, di dalem sini udah ada calon anak sholeh nya Mas"

"Aamiin Ya Allah. Semoga Allah ijabah doa kamu ya Sayang. Ya udah ayo masuk kamar. Mas udah gerah pingin mandi"

"Mas udah makan?"

"Udah ya Zaujati" Panggilan mesra itu selalu sukses membuat semburat merah pada pipi Manda.

Percakapan panjang akan harapan sepasang suami istri itu, mereka tutup dengan tidur saling memeluk satu sama lain. Mencoba membuat mimpi indah, dengan skenario terindah bagi keduanya. Memberi suasana baru pada rumah yang hanya di huni dengan orang-orang yang sudah dewasa.

Sampai pada akhirnya, waktu yang di janjikan Manda tiba. Selepas Arion mencium keningnya setelah sholat subuh. Perempuan itu membawa stik kecil masuk ke dalam kamar mandi kamar mereka. Menampung sedikit air seni nya dalam wadah lalu mencelupkan alat test kehamilan tersebut.

Dengan perasaan campur aduk, Manda melihat naiknya garis yang sudah basah dengan cairan tubuhnya itu. Jantungnya berdetak kencang saat garis satu mulai terlihat. Di butuhkan satu garis lagi, untuk menyatakan bahwa di dalam tubuhnya ada calon anaknya bersama Arion. Tak butuh waktu lama untuk mengetahui hasilnya.

Dengan mata membola, Manda setengah berteriak memanggil nama sang suami "Mas..."

Arion yang mendegar teriakan dalam kamar mandi segera bergegas menghampiri istrinya tersebut "apa Sayang?"

"Ini Mas..." Ucap Manda sambil menunjukkan alat test kehamilan pada Arion "aku hamil Mas"

.
.
.

16032024

Borahe 💙

KARUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang