Sembilan

363 34 0
                                    

Mulut Arion terbuka lebar begitu Maya mengiyakan apa yang memang menjadi inginnya beberapa saat lalu, tanpa harus laki-laki itu menjelaskan panjang lebar maksud dan tujuannya melamar Manda.

Meskipun Arion yakin, Maya sedang berbahagia karena keinginannya tersebut tetap saja restu yang mudah, yang keluar dari mulut Maya sedikit membuat Arion waspada. Pasalnya, ibunya itu biasanya akan bertanya panjang kali lebar untuk sebuah keputusan besar yang putra-putri mereka ambil tapi kali ini Maya seolah menganggap semuanya ringan.

"Mami yakin?" Tanya Arion sedikit takut. Antara takut Maya mencabut restunya dan antara takut Maya sedang menyembunyikan sesuatu.

Adit menatap Arion penuh tanda tanya. Pertanyaan anak laki-laki nya tersebut sungguh jauh dari kesan memaksa yang sempat Arion kemukakan padanya beberapa saat lalu. Dengan berani Arion bahkan menjanjikan untuk memberinya cucu dalam waktu tiga tahun ke depan. Lalu saat ini, saat istrinya sudah memberikan Arion restu, mengapa Arion terlihat ragu kembali.

Pikiran buruk tentang Arion akan mempermainkan pernikahan layaknya dirinya di pernikahan pertamanya dengan Maya, membuat Adit sedikit was-was. Terlebih Maya yang memang sudah mengurus Arion itu tidak bisa dibohongi barang sedikit pun oleh anak-anak mereka. Instingnya sebagai ibu sudah terasah tajam jadi apabila salah satu diantara kedua anak mereka melakukan hal yang semestinya Maya akan lebih dulu tahu ketimbang pengakuan mereka.

Seperti saat ini, sepertinya istrinya sedang menguji keyakinan Arion yang tiba-tiba mengungkapkan keinginannya untuk menikah dengan sahabat Hawa yaitu Amanda, adik dari mendiang suami Hawa itu sendiri. Adit yang sudah tau maksud dan tujuan Maya, akhirnya memilih untuk kembali berkutat dengan banyaknya pekerjaannya daripada harus mendengarkan anak dan istrinya berdebat.

"Yakin, kenapa enggak? Atau Abang sudah berubah pikiran?" Ucapkan Maya kali ini lebih mengarah pada ejekan ketimbang pertanyaan. Hal itu membuat Arion sedikit bersusah payah menelan air liurnya sendiri. Bahkan jantung laki-laki itu saat ini berdetak kencang akibat pertanyaan yang Maya berikan.

Sebelum menjawab pertanyaan sang ibu, Arion lebih dulu menolehkan kepalanya kearah Adit, berharap sang ayah bisa menyelamatkan dirinya dari tatapan maut yang Maya berikan. Namun naasnya, Adit sudah tenggelam pada kesibukannya daripada memperhatikan perbincangan anak dan ibu saat ini.

"Kenapa noleh ke Papi? Ada yang Abang dan Papi sembunyikan dari Mami?" Tanya Maya lagi.

Glek!

Tak ada satu pertanyaan pun yang bisa Arion jawab. Otak pintar lelaki itu mendadak buntu saat harus berhadapan dengan Maya yang tahu maksud dari tatapannya pada sang ayah. Maya memang sangat menyayangi Arion tapi untuk beberapa hal yang menurut Maya sensitif dan berbau krusial, Maya tak segan-segan membuat Arion diam seribu bahasa.

"Gak ada Mi, cuma mau tau aja pendapat Papi gimana?" Jawab Arion mencari aman.

Maya yang mendengar alasan itu hanya bisa menganggukkan kepalanya setuju. Meski anak lelaki menjadikan restu ibunya yang utama akan tetapi peran sang ayah tak boleh di lupakan.

"Papi udah setuju kan?" Tanya Maya pada Adit. Adit yang mendengar itu hanya mengangguk tanpa ingin menjawab sepatah kata pun, membuat Maya juga menganggukkan kepalanya pula "Mami juga setuju Bang. Manda perempuan baik, tapi yang bikin Mami gak nyangka ternyata selama ini Abang ngamati diam-diam Manda ya"

"Eh.. Maksudnya apa Mi?" Tanya Arion spontan saat mendengar Maya mengatakan ia memperhatikan sahabat adiknya itu diam-diam.

"Udah Mami udah di ceritain sama Papi, kalau Abang itu suka ngamati Manda" Jelas Manda.

Arion seketika menolehkan kepalanya ke arah sang ayah untuk kedua kalinya. Ayahnya itu menambahkan cerita pada kisahnya dengan Manda yang bahkan belum pernah ia rajut. Namun Arion paham, Adit melakukan itu pasti untuk tidak membuat Maya curiga akan ide nya yang tiba-tiba ingin di nikahkan dengan seorang wanita, padahal sebelumnya Arion menolak apabila pembahasan tentang pernikahan mulai menghampiri nya.

"Ohh itu" Arion sedikit mengusap belakang kepalanya, mencoba membuat gerakan yang menunjukkan sikap salah tingkah di depan sang ibu.

"Besok Mami bakalan lamar Manda buat Abang. Abang mau menikah kapan? Tidak dalam waktu dekat kan? Karena kondisi adik mu masih seperti ini, lagian sepertinya kita gak pantas menggelar pernikahan setelah kabar duka" Jelas Maya.

"Bukannya lebih cepat lebih bagus Mi? Abang gak mau semakin lama, semakin menimbulkan fitnah"

"Dengan keadaan adik mu seperti itu? Jangan Bang. Lagi pula kalau untuk menghindari fitnah itu mudah Bang, jangan terlalu sering bertemu" Arion mendesah dengan pendapat Maya. Pasalnya, keinginan untuk menikahi Manda secepatnya ingin ia realisasikan.

Bahu Adit terangkat begitu saja saat Arion kembali melemparkan pandangan permintaan tolong padanya. Ia paham bahwa Arion ingin misinya dibantu, namun sebagai orang tua yang sebelumnya tak pernah diberi janji akan pernikahan oleh putra pertama mereka itu, Adit sedikit bersyukur karena waktu yang ada akan menunjukkan bagaimana keseriusan Arion pada Manda meskipun kesepakatan baik sudah Arion janjikan padanya.

"Mami tahu kan, hal-hal apa saja yang harus disegerakan? Salah satunya pernikahan Mi" Arion sedang mencoba membujuk Maya dengan fakta agama yang ia tahu.

Maya yang sedikit membenarkan sanggahan Arion, akhirnya menutup pembicaraan mereka dengan menunggu keputusan Manda "nanti kita bicarakan lagi ini sama Manda ya Bang. Sekarang tidur, jangan ganggu adik mu"

Tanpa mereka sadari, ada sudut mata yang basah di atas ranjang pesakitan yang tak jauh dari ketiga orang yang sedang membahas tentang pernikahan itu. Hawa mulai menangis dalam diam saat Maya mengatakan pernikahan Arion tak bisa digelar karena kedukaannya. Membuat wanita itu sedikit bersalah, karena jarang baginya mendengar sang kakak menjadikan wanita sebagai topik pembicaraan mereka.

Akan selalu ada dua sisi kehidupan setiap harinya yang tak pernah bisa ditolak karena memang Allah sudah menciptakan segala sebaik mungkin. Di balik berita bahagia yang Arion berikan, tetap ada Hawa yang masih menikmati kesedihannya dalam diam. Membuat perempuan yang berstatus janda Alif tersebut sedikit menyayangkan mengapa Arion tidak lebih cepat mengungkap perasaan nya pada Manda sebelum pernikahan nya tergelar.

Pembahasan tentang rencana Arion tak lagi terdengar sampai matahari mulai meninggi. Bahkan saat Manda sudah duduk di kursi ranjang rumah sakit Hawa tak ada yang mencoba buka suara.

"Kenapa harus kesini? Kamu gak lelah? Nenek gimana? Rumah gimana?" Tanya Hawa pada Manda.

"Aku gak akan tenang kalau aku gak memastikan kondisimu dengan mata kepala ku sendiri. Bang Alif kan mau kita saling jaga, Kak"

"Kak? Kenapa manggil aku kayak gitu?"

"Kamu kakak ipar ku walau kita bersahabat"

"Ohh baiklah. Karena kamu jadi adik ipar ku, posisi kita sama dong kalau di dalam keluarga ku. Jadi aku juga bakalan ngebagi Abang ku buat kamu, biar kamu tetep punya Abang" Ucap Hawa sambil menangis.

"Membagi Abang? Maksud mu?"

.
.
.

14012024

Borahe 💙

KARUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang