Tujuh Belas

365 35 3
                                    

Sepeninggal malam yang penuh tanda tanya itu. Arion mulai kegiatannya pagi ini mengunjungi beberapa masjid di sekitar kota madinah. Masjid yang biasanya di jadikan tempat tour banyak agen travel adalah Masjid Qiblatain dan Masjid Quba, lalu setelahnya rombongan akan di ajak ke kebun kurma dan ke Gunung Uhud.

Kalian tentu banyak yang sudah tau bukan bagaimana cerita peperangan yang terjadi di Gunung Uhud? Peperangan yang melibatkan kaum muslimin dan musyrikin itu cukup menggemparkan pada masanya, bahkan sampai saat ini banyak hikmah yang bisa di ambil dari peperangan tersebut. Rasulullah bahkan sempat terluka, gigi seri patah, tersabet dan wajah penuh memar.

Harusnya dengan cerita yang syarat akan perjuangan itu, tempat peperangan di sana menjadi tempat bermukim dan pasar sehingga terlihat berantakan.

Arion tentu hanya akan mengikuti saja tanpa banyak bicara. Hatinya berkali-kali berdzikir dan bersyukur masih diberikan umur untuk menikmati kesempatan ini. Bahkan di kebun kurma saat seluruh orang berbondong-bondong untuk berbelanja, Arion hanya melihat-lihat saja. Tak ada hal menarik apapun yang membuatnya ingin merogoh kocek. Pikiran akan membawa oleh-oleh untuk keluarga terkasih nya saja tidak ada, prioritasnya hanya untuk beribadah saja.

Sepulang dari tour Madina tersebut, lagi-lagi Arion ber i'tikaf di Masjid Nabawi. Pasalnya malam ini, menjadi malam terakhir dirinya di kota Nabi Muhammad di makam kan. Kota yang selalu indah dengan payung-payung raksasanya. Sungguh berat rasanya untuk pergi dari keindahan yang tiada tara itu.

Namun kesedihan Arion tak bertahan lama. Sedih itu memudar dan berganti dengan euforia yang hadir karena keesokan harinya Arion akan mendatangi pusat dunia agama Islam yaitu Mekkah.

Malam itu kegiatan terakhir yang travel rencanakan benar-benar membuat Arion tak berkutik. Pasalnya, sebelum keesokan harinya rombongan berpindah ke Mekkah, ada semacam pemantapan hati dan penjelasan serta ilmu untuk melaksanakan ibadah umroh esok hari.

Merasa tertampar berkali-kali, saat banyak kenangan dosa mulai terputar jelas di kepala Arion. Bahkan saat snag ustadz menanyakan tujuan nye untuk datang ke rumah Allah ini, Arion tak lagi mampu menjawab dengan mulutnya, hanya lelehan air mata lah yang mewakili setiap kekurangan yang ia bawa.

"Allah Maha Baik, dengan mengundang laki-laki penuh dosa ini ke rumahnya yang indah" Itu lah yang Arion berkali-kali katakan, sehingga membuat hatinya tergerak untuk beristighfar.

Hari ini dikarenakan Arion beserta rombongan mulai bergegas ke Mekkah, sebelum dhuhur baju ihram sudah laki-laki itu kenakan. Bahkan koper hitam yang menemaninya selama ini sudah siap dibawa pergi.

Miqot untuk Arion dan rombongan di ambil di Bir Ali. Tempat yang menjadi start untuk melaksanakan ibadah umroh dan disinilah pula rukun umroh mulai dilakukan, dan larangan umroh mulai berlaku.

Sepanjang perjalanan ke Mekkah Arion hanya menatap jendela sambil bibirnya kembali berdzikir. Deretan gunung pasir yang gersang dan panas itu menjadikan perjalanan Arion merenungi perjalan ibadah nya kali. Apalah arti semua ibadahnya kali ini tanpa campur tangan Allah yang memanggilnya kemari.

Arion paham akhirnya, mengapa ayah dan ibu nya selalu tak mau memakai travel ekspres untuk ibadah mereka, karena setiap detik yang berharga di tanah kecintaan Nabi ini membuat kita semakin sadar akan kekuasaan Allah, Dzat yang memiliki segalanya di dunia dan di akhirat.

Air mata Arion semakin mengucur semakin deras ketika bis mulai memasuki perbatasan Mekkah. Rasa lelah duduk di dalam bis selama lima jam tergantikan dengan detak jantung yang bergemuruh. Rasa bahagia, haru dan gelisah bercampur aduk menanti detik-detik bis mulai memasuki kawasan tempat Arion menginap.

Hany diberi waktu sebentar saja bagi Arion dan yang lainnya untuk membersihkan diri, karena malam itu juga mereka akan memulai ibadah umroh mereka.

Lagi-lagi perasaan sedih, nyesal kembali mengglayuti hati kakak Hawa itu. Di depan bangunan yang tertutup kain kiswah itu mulut kecil Arion bergetar hebat, terbata-bata mengucapkan kalimat tarbiyah.

KARUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang