Tiga Puluh Tujuh

454 54 8
                                    

Manda hanya memandangi Arion yang tengah menyantap makanannya dalam diam. Tak ada sedikitpun niat dari perempuan itu untuk menghidupkan suasana. Harusnya dengan situasi rumah yang mendukung keduanya untuk semakin dekat, baik Arion ataupun Manda tak menyia-nyiakan kesempatan itu, tapi nyatanya sikap mereka saat ini membuat hubungan mereka diam di tempat.

Anggapan Arion sama saja dengan laki-laki lain yang memandang wanita hanya dari fisiknya saja, membuat Manda membatasi interaksi dengan suaminya itu. Wanita itu bahkan sudah kembali menggunakan cadar nya setelah adegan pagi tadi. Bukan tanpa alasan Manda melakukan itu, ia hanya tak ingin Arion melihatnya sebagai wanita yang tak punya kekurangan apapun, padahal dalam dirinya banyak kekurangan yang sengaja belum ia perlihatkan. Menikah bukan melulu tentang fisik, karena seiring berjalannya waktu fisik akan berubah.

Sama dengan pikiran Manda, Arion pun juga memikirkan hal yang buruk tentang istrinya. Pernikahan tanpa di dasari cinta itu, telah membuat Arion melupakan ritual untuk menilik lebih dulu wajah perempuan yang akan di nikahnya, sebab tak bisa di pungkiri wajah merupakan salah satu faktor yang bisa menentukan cepat dan lambatnya perasaan itu tumbuh.

Semua manusiawi dan semua itu wajar.

"Saya tampan ya?" Pertanyaan Arion membuat Manda dengan segera mengalihkan tatapannya ke arah lain. Kedapatan memandangi wajah Arion membuat Manda akhirnya menyudahi sesi makan bersama mereka. Masih, tanpa sepatah kata pun, Manda beranjak dari tempat duduknya membawa piring dan gelas yang ada isinya ke arah belakang.

Melihat tingkah Manda yang tidak semestinya, Arion hanya sanggup menghela nafas. Ia sadar bahwa tadi sikapnya tidak semestinya ia tunjukkan secara frontal di depan sang istri.
Parahnya, Manda hanya melewati Arion begitu perempuan itu menyelesaikan acara beberes di belakang.

"Sayang..." Panggilan mesra Arion, membuat satu sudut bibir Manda tertarik.
Ingat, hanya satu. Ia paham mengapa Arion memanggilnya seperti itu, tak lain dan tak bukan hanya untuk menghibur dirinya yang sudah tersinggung atas sikapnya.

Tahu tujuan Arion sebenarnya, Manda menghentikan langkahnya tanpa membalikkan tubuhnya menghadap sang suami. Mungkin ia terkesan tidak menghormati suami nya itu, namun bagi Manda, Arion perlu tahu setiap perasaannya, termasuk rasa tak nyamannya kali ini.
Karena pernikahan adalah ibadah terpanjang manusia. Hidup dengan pria asing yang baru dikenal, memang butuh banyak penyesuaian. Namun bukan berarti harus selalu tampil baik di depan nya.

Manda tak ingin di dalam pernikahannya ada statment "menikah ya menikah, cinta ya cinta". Karena tidak semua orang beruntung, bisa menikah dengan orang yang dicintainya.

Tapi bukan berarti cinta tak bisa tumbuh bukan?

Semua butuh proses, dan Manda yakin di setiap proses itu akan ada cara membuat bunga-bunga cinta bersemi. Banyak hal yang bisa dilakukan. Bukan kah Allah Maha membolak-balikan hati? Sudah pasti dengan mudah juga Allah pun bisa mencondongkan hati nya dan Arion untuk saling terikat.

Karena..
Tidak sedikit perempuan yang merelakan hidup dan hatinya untuk menikah dengan orang yang mereka segani, bukan mereka cintai. Tak ingin menumbuhkan cinta, karena rasa egois yang tinggi, yang menutup mata hatinya sehingga tidak bisa melihat cinta yang besar dari pasangannya.

"Aku ijin ke rumah Mami, Mas" Ujar Manda pelan lalu melanjutkan langkahnya ke arah ruang pribadinya.

"Saya antar" Jawab Arion tegas, berjalan lebih dulu melewati Manda yang sedikit shock karena kembali mendengar nada dingin suaminya. Sikap suaminya itu seperti sedia kala saat mereka belum terikat pernikahan.

Apakah dirinya sudah keterlaluan?
Pertanyaan itu muncul di benak Manda. Sikap dan tingkahnya yang tak menghormati Arion jelas menjadi alasan utama suaminya itu mendingin.
Akan tetapi, hatinya punya pembelaan untuk sikapnya yang terkesan marah pada Arion, membuat Manda kembali mengubur rasa penyesalannya itu.

KARUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang