Ini bukan tentang perjalanan karena orang ketiga, bukan pula perjalanan karena kesalahan, hanya tentang sebuah perjalanan yang berawal karena keterpaksaan.
Sebuah keterpaksaan yang terlalu sulit untuk perjalanan seumur hidup.
Hidup dengan orang yang sama sampai batas waktu mungkin gambaran yang indah, namun bagaimana apabila hidup dengan orang yang sama sampai ajal diawali dengan kesepakatan?
Entah bagaimana hasilnya, karena setelah ini baik Arion ataupun Manda akan sama-sama merasakannya, baik atau buruk masih menjadi misteri."Temui istri mu, Bang" Kata Maya lirih sambil mulai melepaskan diri dari delapan Arion.
Ya, setelah ijab qobul, Arion langsung berhampur ke dalam pelukan Adit kemudian berganti memeluk Maya. Sebagai seorang anak yang sempat menentang adanya pernikahan, moment ini menjadi titik balik bagi kehidupan Arion. Berani untuk mengiyakan saja, sudah di pastikan akan membuat dunianya berubah 360 derajat. Dan Arion bersyukur, karena masih punya Maya dan Adit yang akan melihat perubahan demi perubahan nya nanti.
Dengan di dampingi Maya dan juga Adit, Arion akhirnya mengetuk pintu kamar Manda pelan. Tangannya sudah berkeringat dan jantungnya terpacu cepat.
"Jangan gugup. Its gonna be okey Son" Kata Adit sambil menepuk pelan pundak anak laki-laki nya itu.
Sedangkan Maya memberi semangat lewat genggaman tangan yang semakin mengerat.Tangan Arion yang basah dan dingin, membuat Maya sekuat hati menghalau air matanya yang hampir saja kembali tumpah. Maya amat sangat bangga dengan pencapaian Arion kali ini, anak lelakinya tersebut mampu melawan rasa takutnya sendiri.
Kalau lah beberapa bulan lalu ia sempat meragukan perasaan Arion pada Manda, karena anaknya itu mendadak ingin menikah. Lain cerita dengan malam ini, Maya bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa tujuan pernikahan Arion bukan lagi karena alasan remeh temeh lagi, melainkan karena Allah.
Aura berbeda yang Arion tunjukkan saat kedatangannya tadi cukup untuk menjawab semuanya. Maya dan Adit bisa saja untuk membatalkan pernikahan Manda dengan mudah karena bagi mereka kerugian materi bukan lah apa-apa. Akan tetapi sebagai orang tua, mereka pasti akan menyayangkan apabila Manda jatuh pada pelukan laki-laki lain. Perempuan sholehah, yang mampu menjaga dirinya dengan baik tentu sangat langka di dunia yang penuh dengan maksiat ini.
Pintu terbuka, bau bunga melati dan sedap malam terhirup dengan lembut oleh ketiga orang tua dan anak tersebut. Berdiri di depan pintu, Hawa yang berpakaian sewarna dengan pakaian yang Adit dan Maya kenakan. Ingin rasanya Arion kembali memprotes keluarganya tersebut namun ia urungkan karena Arion tak ingin merusak momen yang sudah tercipta.
"Masuk Bang, udah di tunggu" Usil Hawa membuat Manda semakin menundukkan kepalanya.
Tak jauh beda dengan Arion yang gugup, Manda pun merasakan hal yang sama sampai-sampai kepalanya terasa sangat panas. Meskipun keduanya sudah saling mengenal tapi bagaimana pun, tidak banyaknya interaksi keduanya jelas menjadi jarak tak kasat mata di antara mereka. Apalagi pernikahan mereka jauh dari kata pernikahan impian walaupun pernikahan ini mereka setujui secara.
"Assalamu'alaikum warohmatulohi wabarakatuh ya zaujati" Ucap Arion pelan dengan panggilan mesra ala Nabi. Terlihat sekali bahwa laki-laki itu gugup dan salah tingkah, membuat tiga orang yang menyaksikan Arion show secara langsung mengulum senyum.
Masih dengan posisi menunduk, memainkan jari-jari yang terwarna lembut itu, dengan hati yang berdebar, Manda pun menjawab salam Arion "waalaikumsalam warohmatulohi wabarakatuh" tak ada embel-embel manis di belakang jawaban salam itu, seperti yang Arion lakukan.
"Saya permisi masuk ya" Sebuah ijin yang harusnya tak perlu Arion lakukan dikarenakan kamar yang ia masuki adalah kamar perempuan yang saat ini sudah sah menjadi istrinya.
Manda terlihat mengangguk samar, memperbolehkan Arion untuk semakin masuk ke dalam ruang pribadi. Suami nya itu bahkan saat ini sudah berada pas di depan nya persis, membuat Manda panik dan berkeringat dingin. Ia masih belum mau terjadi kontak fisik antara dirinya dan Arion, terlebih saat beberapa pasang mata sedang mengamati setiap gerakan mereka berdua.
Melihat respon Manda yang pasif, membuat Arion mendesah pelan. Sebagai orang yang sudah banyak bertemu dengan berbagai macam manusia, Arion paham bahwa perempuan itu belum bisa nyaman berada di dekat nya. Sepertinya akan banyak cerita sampai di titik mereka saling terbuka, namun Arion bisa apa, apabila Manda lah yang memposisikan dirinya sulit. Perempuan itu seolah menempatkan hanya dirinya yang harus di mengerti padahal keduanya sama-sama sebagai korban disini.
Namun karena tak ingin membuat suasana menjadi tak nyaman, Arion tetap melakukan yang seharusnya ia lakukan. Di letakkannya telapak tangannya di atas kepala Manda, lalu membacakan doa pengantin.
"Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaih."
Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya. Dan Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan yang Engkau tetapkan atas dirinya.
Setelah membaca itu Arion membalik tubuhnya menghadap pintu keluar. Tak ada prosesi mencium tangan atau kening yang terjadi pada pasangan suami istri baru itu, membuat Hawa, Adit dan Maya yang berada di sana mengerutkan kening. Maya bahkan siap menegur anaknya saat itu juga, kalau saja niatnya itu tak dihalangi oleh Adit.
Adit amat sangat mengerti maksud dari tingkah Arion tersebut. Namun karena tak ingin menyalahkan anaknya maupun menantunya, Adit lebih memilih untuk diam. Dan menyetujui mereka tidak perlu melakukan kontak fisik terlebih dahulu.
"Bawa Kakak mu keluar ya Dek. Papi sama Abang tunggu di depan" Ucap Adit yang seketika langsung diiyakan oleh Hawa, meskipun di pikirannya banyak tanda tanya. Sedangkan Maya hanya mematung di tempat, dengan dada cukup sesak.
Banyak nya keraguan akan mulus tidaknya perjalanan pernikahan Arion dan Manda menjadi pikiran Maya saat ini. Ia tak ingin putranya itu mengahadapi masalah yang sama dengan nya dan AditAdit karena Maya sendiri sudah merasakan sakitnya bagaimana saat pernikahan mereka tidak baik-baik saja.
Adit yang berjalan lebih dulu dengan Arion, lebih memilih untuk memberikan sedikit wejangan pada anaknya tersebut "Bang, pernikahan ini tanpa paksaan kan?" Tanya Adit.
"Iya Pi, tanpa paksaan"
"Dari siapapun? Termasuk karena wajah sedih Mami mu kan?" Arion terhenyak dengan fakta yang Adit tahu. Ternyata mata elang ayahnya itu masih berfungsi dengan baik dalam keadaan apapun.
"Iya Pi, bukan Mami alasannya" Ucap Arion tegas.
Mendengar jawaban Arion seketika Adit menepuk pundak anak sulungnya itu "buktikan kalau kamu gak mencontoh kebejatan Papi" Kata Adit yakin.
"Hmm"
"Bang... Gak peduli cinta habis di orang lama atau cinta bisa tumbuh di orang baru, tapi mencintai orang yang kita nikahi itu adalah kewajiban. Kalaupun harus berjuang, ya berjuang lah habis-habisan karena seumur hidup terlalu lama kalau hanya diisi dengan sandiwara"
.
.
.28012024
Borahe 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
KARUNA
RomanceAwal nya tak pernah kenal sebelumnya, tak pula di jodohkan, keinginan menikah pun tak pernah terbesit, namun tiba-tiba hati Arion tergerak untuk menikahi sahabat adiknya itu.. Sayangnya, rencana untuk menikahnya tidak sesuai dengan kemauannya. Detik...