Lima Belas

359 36 0
                                    

Azwin yang mendengar celetukan istrinya hanya memutar matanya malas. Dua orang di hadapannya ini seakan tidak bisa melihat kenyataan bahwa Arion sejak beberapa bulan lalu sudah tidak punya harapan untuk menjadi suami Manda.

"Halah itu cuma kebetulan. Jangan gede kepala" Komentar Azwin pedas.

Bunda Aisyah seketika menatap suaminya dengan tatapan membunuh karena seharusnya suaminya itu ikut membesarkan hati anaknya bukan malah mendorongnya semakin masuk ke dalam lembah kesedihan.

Laki-laki selalu begitu, tak punya perasaan.

"Apa sih Sayang, ngeliatnya begitu amat, Amat aja gak begitu" Kata Azwin yang memprotes tatapan sang istri.

"Gak jelas" Timpal Bunda Aisyah.

"Gak jelas dari mana Sayang? Saran ku itu malah bagus, nyuruh Rion buat buka mata, jangan melulu natap Manda doang. Di dunia presentasi perempuan sama laki-laki itu lebih banyak perempuan, jadi harusnya dia bisa dong dapat yang lain selain Manda. Gitu aja kok di ruwetin"

"Sekarang Daddy tanya, Abang emang udah sayang gitu sama Manda? Cinta, cinta, udah cinta belum? Atau cuma rasa gak terima aja karena di tolak? Atau kalau kata Bunda sih karena kasian. Yang mana Bang?" Cecar lanjutan Azwin.

Dua orang yang mendapat ceramahan Azwin itu hanya bisa menghembuskan nafas pasrah. Pasalnya, apa yang Azwin katakan sepenuhnya benar. Tidak seharusnya Arion hanya terpaku pada Manda yang bahkan saat itu tidak ada rasa apapun pada perempuan itu. Hanya rasa kasian yang hadir di awal, meskipun setelahnya harapan akan ada hubungan diantara mereka akhirnya tumbuh dan membuat Arion seperti saat ini.

"Kenapa gak bisa jawab? Bingung kan? Ya, karena Abang itu belum memiliki rasa apapun sama Manda kecuali kasian itu doang. Pasti sewaktu liat Manda yang harus kehilangan Alif saat itu, Abang ngebayangin kalau itu Hawa kan?" Tanya Azwin lagi.

"Kayaknya gitu Dad" Jawab Arion ragu. Lelaki itu mencoba mengeluh hatinya sendiri untuk menjawab setiap pertanyaan yang Azwin tutur kan tapi entah kenapa, meskipun sudah sampai dalam ia mencoba mencari jawaban yang Arion inginkan tak kunjung ia temukan. Itu artinya seharusnya ia memang tak perlu mengharapkan perempuan itu masuk ke dalam hidupnya bukan?

"Kenapa harus galau coba kemarin kalau jawabannya sesimpel ini. Astaga, Daddy kayak ngajarin anak Abg aja yang baru kenal cinta-cintaan. Sadar umur kali Bang" Sesal Azwin sambil mulai menyantap makanan yang ada di hadapannya. Sepertinya ajang ceramahnya belum lelaki itu akhiri, terbukti saat di meja makan hanya Arion lah yang menyantap makanan berat. Azwin dan sang istri hanya memakan makanan yang biasa di sebut camilan.

"Udah biar anaknya makan dulu" Lerai Bunda Aisyah.

Arion yang sejak tadi mengamati Azwin yang selalu di omeli oleh sang istri hanya bisa terkikik dan memandang daddy nya itu dengan tatapan mengejek.
Suasana seperti ini membuat Arion merindukan Maya dan Adit, yang juga selalu bertingkah sama saat dirinya atau Hawa mendiskusikan masalah mereka.

Tebakan Arion akan wejangan berikutnya akan kembali muncul dari bibir Azwin tak pernah salah. Pasalnya, setelah Arion melipat sendok dan garpunya Azwin kembali membuka mulutnya, namun kali ini topik yang Azwin ceramah kan lebih serius daripada sebelumnya.

"Daddy harap saat pesawat sudah mulai take off, sejak saat itu pikiran Abang hanya untuk ibadah. Daddy tahu, tujuan utama mu umroh untuk melepas kesedihan karena di tolak Manda kan? kamu ingin mengadukan semuanya di rumah Allah kan?Daddy tahu itu Bang, cuma Daddy mohon, ubah itu menjadi tujuan yang kesekian"

"-- tata lagi tujuan mu kesana. Mungkin dengan uang yang kamu punya sekarang kamu bisa berkali-kali kesana tapi kesempatan itu masih abu-abu. Jadi manfaatkan kesempatan kali ini, benar-benar untuk ibadah. Syukuri apa yang kamu punya sekarang dan minta ampunan seluas-luasnya"

KARUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang