Genggaman tangan Manda menguat begitu matanya bersitatap dengan Maya, Adit dan Hawa yang tengah beriringan keluar bandara untuk menuju sepasang suami istri itu. Rasa tak nyaman menyelimuti hati Manda saat melihat pancaran senyum Maya yang tak seperti biasanya. Dalam kepalanya, perempuan itu bertanda tanya, apakah kedua orang tua Arion dan Hawa sudah tahu mengenai kabar kegugurannya beberapa saat lalu.
Namun, prasangka itu luntur, ketika Hawa menghantam tubuhnya dengan pelukan yang amat erat. Adik ipar sekaligus sahabatnya itu bahkan menangis tersedu tanpa mengucapakan sepatah katapun.
Manda yang awalnya mengkhawatirkan perasaan kedua orang tua suaminya, kini ia lebih mengkhawatirkan keadaan Hawa. Hawa tentu bukan perempuan biasa. Takdir hidupnya yang cukup menyakitkan membentuk wanita itu sebagai wanita yang tegar. Dan apabila saat dirinya mendapati Hawa menangis tanpa henti bahkan di ruang terbuka, bisa di pastikan Hawa sedang tidak baik-baik saja. Entah persoalan apa yang sedang di hadapi, sampai-sampai membuatnya memperlihatkan betapa lemah hatinya kini.
"Nanti kita nangis bareng ya" Hibur Manda, dengan sudut mata yang mulai berair.
Rasa kehilangannya yang baru saja dirasakannya ditambah dengan kesedihan yang Hawa bawa membuat Manda seakan memiliki teman untuk saling berbagi. Walaupun tanpa perasaan itu, mereka tetap lah seorang sahabat yang sering kali menghabiskan waktu bersama.
"Kita jalan sekarang" Titah Adit, membuat kedua sahabat itu melepas kaitan tubuh mereka. Membuat Manda menyadari ada dua orang dewasa lainnya yang belum ia sapa, sedang Hawa belum pula bertegur sapa dengan suaminya.
"Bang..." Hanya dengan memanggil Arion pelan, Arion paham bahwa Hawa memang sedang tidak baik-baik saja. Mengulang adegan saling memeluk, membuat Arion semakin percaya bahwa ada yang tidak beres dengan keluarga kali ini.
Sedang Manda juga masuk ke dalam pelukan Maya yang juga sempat terisak. Meski Maya menutupi perasaannya, Manda cukup paham dengan kuatnya pelukan yang mertuanya itu berikan. Entah apa yang ia lewatkan kali ini, yang jelas tentu bukan sesuatu yang baik untuk keluarga mereka.
"Kita jalan sekarang. Papi sudah reservasi tempat makan private untuk kita berlima" Pinta Adit.
Kelima orang dewasa itu akhirnya meninggalkan pelataran bandara dan mulai menggerakkan mobil tumpangan mereka ke salah satu restoran yang memiliki ruang private. Mereka harus membicarakan ini semua sebelum sampai rumah agar Nenek Iroh tak mendengar masalah yang sedang terjadi.
Setelah memasuki rumah khusus dan tertutup, lalu memesan makanan untuk mereka santap, Arion sudah tak kuasa menahan rasa penasarannya akan alasan kepergian kedua orang tuanya ke tempat dimana adik perempuan nya sedang seminar. Ini tak biasa, bahkan bisa dikatakan ini termasuk kejadian luar biasa, saat Adit dan Maya harus turut ikut campur untuk kegiatan yang sudah biasa Hawa lakukan.
"Sebenernya ada apa Pi? Kenapa Papi dan Mami harus sampai menjemput Adek? Adek buat masalah apa?" Tanya Arion beruntun.
"Manda bagaimana kabarnya? Semua baik-baik saja? Pendarahan mu sudah berhenti?" Maya menulikan telinganya akan pertanyaan Arion. Beliau bahkan mengalihkan alasan utama mengapa mereka berkumpul seperti ini. Karena sebagai orang tua, Maya merasa gagal menyelamatkan hidup Hawa, yang entah setelah ini bagaimana masa depannya.
"Manda baik-baik saja Mi" Kalimat penghiburan yang Manda ucapkan tak hanya untuk orang-orang yang berada di ruang itu saja, namun lebih pada untuk mensugesti dirinya sendiri agar berpikiran semua akan baik-baik saja meskipun ia harus kehilangan anak pertamanya dengan suami.
"Cukup basa-basinya Mi, sekarang beri tahu kami apa yang terjadi disana?" Ucap Arion penuh penekanan.
"Adek mu sudah menikah lagi" Jawab Adit dingin, sedang Arion dan juga Manda melotot sempurna akan fakta yang di kemukakan oleh ayah mereka.
"Bener Wa?" Tanya Manda tak percaya. Arion bahkan tak sedikitpun mengalihkan pandangannya dari adik perempuannya itu. Ia sungguh penasaran akan jawaban yang akan Hawa berikan. Karena dari dalam lubuk hatinya yang terdalam, Arion masih berharap ayahnya hanya sedang mencoba menghibur dirinya di tengah kondisi Manda yang memang tidak baik-baik saja.
Mendapat pertanyaan yang sudah pasti jawabannya, membuat Hawa hanya bisa mengganggukkan kepalanya pelan. Wajahnya tak diangkat sedikitpun, sebab ia tahu dia orang yang belum mengetahui fakta sesungguhnya akan pernikahan nya kali ini, tak pernah akan bisa menerima dirinya melepas masa lajang secepat itu.
"Dengan siapa?" Ucap Arion dengan nada sedikit meninggi. Namun, kali ini teriakannya bukan lagi tertuju pada Hawa, akan tetapi tertuju pada Adit, yang jelas-jelas bertanggung jawab akan kehidupan sang adik.
"Arjuna Sutoyo"
"Bagaimana bisa?! Papi tahu kan keluarga Sutoyo? Mereka bukan pengusaha biasa seperti kita, Pi. Bisnisnya banyak dan itu artinya Hawa setelah ini akan jauh dari kita!"
"Bagus dong. Dengan nama mereka, kita bisa itu ter branding"
"Sejak kapan Papi menjual hidup anak Papi untuk uang?!"
"CUKUP!! Mami gak pernah ngajarin kamu untuk gak sopan sama Papi ya Bang" Lerai Maya. Perempuan itu akhirnya turun tangan melihat anak sulung nya sudah tersulut emosi.
Sejujurnya Maya paham, mengapa Arion sampai melakukan itu. Hawa dengan segala cobaan hidupnya, membuat kedua laki-laki di keluarga mereka amat sangat menjaganya. Mereka selalu memastikan bahwa Hawa baik-baik saja. Bahkan pernikahan Arion dan Manda terjadi pun, tak lepas dari nama Hawa yang turut andil.
Lalu semua berubah. Hawa yang mereka jaga tiba-tiba membuat keputusan untuk menikah lagi dengan laki-laki yang bahkan tak dikenalnya dengan mudah. Hanya butuh waktu satu malam untuk Hawa akhirnya mengiyakan keinginan pihak keluarga suaminya, untuk menjadi menantu kedua di rumah besar mereka.
"Abang minta maaf, tapi Abang punya alasan kenapa Abang harus marah. Abang gak terima, Adek harus menikah secepat ini. Harusnya kedatangan Papi dan Mami bisa membantu Adek untuk lolos dari kemauan mereka, kenapa malah dinikahkan?!"
"Kamu lupa menanyakan bagaimana Adek mu bisa bertemu dengan Arjuna, Bang" Koreksi Adit "Arjuna ada di kamar Adek mu sewaktu Adek mandi"
"Bagaimana bisa?!"
"Habis mandi Adek liat Arjuna sudah tidur di kamar dengan telanjang dada. Adek keluar dari kamar dan komplain. Tapi Adek gak tau kalau disana lagi banyak wartawan karena kakaknya Arjuna sedang mengadakan resepsi di hotel itu Bang jadi amukan Adek membuat banyak wartawan mengalihkan perhatian mereka, apalagi kondisi kami terlihat berantakan. Siapa yang akan percaya dengan perempuan yang hanya menggunakan jubah mandi dan krudung instan yang sedang berduaan dengan laki-laki tanpa baju atasan? Mereka mengira kami sedang bertengkar Bang" Jelas Hawa.
"Semua bisa diusut. Ada cctv, kita bisa pakai pengacara terhebat di negeri ini. Kita bisa usaha dulu Dek"
"Terus, saham hotel dan rumah sakit bagaimana? Selama kita mencari, kehancuran akan semakin dekat Bang"
"Harusnya adek gak perlu memikirkan itu. Biar itu jadi urusan Abang sama Papi"
"Lalu marwah Adek? Abang menikahi Manda karena ingin menjaga marwahnya kan? Adek pun melakukan hal yang sama Bang. Jadi plis jangan menambah beban dan kesedihan Adek dengan meragukan keputusan yang sudah diambil. Adek sudah dewasa jadi biarkan Adek bertanggung jawab untuk semua keputusan Adek, cukup urusi Manda, jaga hatinya karena wanita yang keguguran perlu teman"
"Keguguran?!" Teriak Maya dan Adit bersamaan.
.
.
.05052024
Borahe 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
KARUNA
RomanceAwal nya tak pernah kenal sebelumnya, tak pula di jodohkan, keinginan menikah pun tak pernah terbesit, namun tiba-tiba hati Arion tergerak untuk menikahi sahabat adiknya itu.. Sayangnya, rencana untuk menikahnya tidak sesuai dengan kemauannya. Detik...