Empat Puluh

498 49 4
                                    

"Jadi kamu mau langsung hamil?"

"Iya Mas. Duh berapa kali sih tanya begitu melulu"

"Berarti kita harus usaha tiap malem Sayang" Ucap Arion menaik turunkan alisnya. Ia sedang menggoda Manda yang tengah jera karena pembicaraan kehamilan yang berkali-kali ia tanyakan.

Plak

Satu pukulan di dada polos itu Manda hadiahkan untuk suaminya yang mendadak terserang virus mesum tak berkesudahan "itu sih mau kamu, Mas"

"Ya kan kita usaha, barang kali istri mau, kan rejeki nomplok. Hehe"

Manda tersenyum melihat perubahan signifikan yang Arion tunjukkan. Ternyata ide nya untuk bersikap sebagaimana layaknya suami istri yang saling melayani membuahkan hasil.

Sejak penyatuan mereka beberapa saat yang lalu, dinding tinggi yang sebelumnya menjadi penghalang kini melebur karena penyatuan mereka.

"Mas sadar gak sih kalau Mas itu suka berubah-ubah sikapnya?"

"Emang berubah gimana?"

"Sebelum kita nikah itu dingin dan cuek banget. Pas udah nikah mulai lembut dan banyak omong. Eh pas udah begituan semakin cerewet dan banyak senyum"

"Berarti bagus dong perubahan saya"

"Iya sih, cuma aku gak nyangka aja cepet banget"

"Kalau itu sih, tanyain sama diri kamu sendiri, kenapa bisa bikin saya begini"

Ucapan Arion membuat kening Manda mengkerut. Perempuan itu sedang bingung, akan apa yang Arion ucapkan. Pasalnya ia tak melakukan apapun untuk merubah kakak Hawa itu. Ia hanya sedikit sadar akan tugasnya untuk memenuhi kewajibannya sebagai istri.

"Kamu mau punya anak berapa?" Pertanyaan masa depan yang Arion tanyakan membuat Manda menatap dalam suaminya tersebut "kenapa? Ada yang salah sama pertanyaan saya?"

"Enggak kok. Aku belum kepikiran berapanya sih Mas. Mungkin sepasang cukup atau bisa jadi kurang"

"Empat gimana? Saya ingin rumah kita rame"

"Apa gak terlalu banyak Mas? Aku takut gak bisa bagi waktu aja"

"Ada saya, kamu gak akan sendirian. Saya akan berusaha sebisa saya buat bikin kamu nyaman"

Manda tertegun mendengar pernyataan Arion. Sebagai mempelai perempuan yang ditinggalkan di meja akad, apa yang Arion ucapkan menjadi angin segar bagi Manda. Ini bukan lagi tentang sebuah janji, tapi sebuah rasa percaya yang muncul perlahan akibat perlakuan yang baik. Manda bahkan tak sadar saat sudut matanya mulai berair.

"Loh, loh, kok malah nangis? Saya salah ngomong ya? Saya belum bisa menjanjikan kebahagiaan kamu, karena saya tahu suatu saat pasti ada sikap saya yang tidak bisa kamu terima. Makanya saya maunya kamu nyaman dulu sama saya, mungkin setelah itu kita bisa bahagia sama-sama"

Mendapat penjelasan yang semakin membiat hatinya terharu, Manda hanya bisa menenggelamkan kepalanya semakin masuk ke dalam dekapan Arion. Dekapan yang mungkin setelah ini akan selalu ia cari saat dunianya sedang tak baik-baik saja.

"Harusnya kita bertemu lebih dulu ya Mas"

Sambil menghapus lelehan air mata istrinya, Arion tersenyum seraya berkata "kalau dulu kita ketemu sih, kayaknya saya gak akan seperti ini"

"Kok bisa?"

"Dulu saya gak ingin menikah"

"Hah? Yang bener Mas? Mas punya trauma? Pernah di tolak cewek?"

"Lebih dari itu. Nanti kapan-kapan saya cerita ya. Kalau ada waktu luang nanti kita pergi juga, biar kamu bisa tahu siapa saya sebenarnya"

"Kemana?"

KARUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang