Dua Puluh Lima

506 50 8
                                    

"Dia? Loh bukannya dia sepupu mu?" Tanya Dean panik.

"Beliau suami saya" Manda masih mencoba menjelaskan pada Dean fakta yang sesungguhnya, bahwa mantan calon istri nya sudah dinikahi orang lain.

Dean tentu tak akan menerima pernyataan begitu saja. Ia sampai menggelengkan kepala berkali-kali untuk menolak fakta yang Manda beberkan pagi ini.

Menurut kabar berita yang diberikan sanak keluarga yang turut ikut mengiring nya ijab sampai ke rumah Manda. Setelah insiden datangnya Rania, acara pernikahan nya dengan Manda di berhentikan. Tak ada lanjutan setelah acara tersebut. Hanya terlihat rombongan anak panti yang di panggil untuk membantu menyelesaikan masalah di pernikahannya.

Lalu mengapa Manda harus mengaku bahwa perempuan itu sudah menikah?
Dean mengira, perempuan itu hanya sedang mendorongnya mundur agar tak lagi mendekatnya. Dengan pikiran liciknya Dean mencoba menguji kebenaran yang Manda sampaikan baru saja.

"Kamu jangan ngaku-ngaku begitu Dek. Aku tau, aku salah tapi kita masih bisa memperbaikinya" Dean masih belum terima akan kegagalan pernikahannya.

Masih dengan pembelaan yang sama, Dean membuat Manda sangat muak dan bersyukur secara bersamaan karena tak jadi menikah dengan laki-laki bermulut sok manis itu.

Respon berbeda justru Arion perlihatkan. Lelaki itu sangat santai, meskipun hatinya bergemuruh, mencoba seolah tak terusik dengan perkataan Dean. Suami Manda itu malah terlihat beberapa kali mengetikkan sesuatu di ponsel pintarnya.

"Mas..." Panggil Manda seolah meminta pertolongan pada Arion.

Mendengar panggilan yang Arion tahu sudah pasti tertuju padanya, lelaki itu menggelapkan telepon genggam nya lalu meletakkan nya di atas meja yang berada di hadapannya. Kemudian dengan santainya Arion melihat jam tangan mahalnya yang jarum nya sudah hampir mendekati angka sepuluh.

"Gak perlu di jelasin lagi Sayang" Ucap Arion mencoba memberi tahu Dean dengan cara sedikit keras. Menekankan panggilan 'sayang' yang tidak mungkin Manda lakukan dengan laki-laki lain, sebagai wanita tertutup.

Serangan manis dadakan yang suaminya berikan itu, walaupun tujuannya untuk menyindir Dean, tetap saja membuat efek merah pada pipi Manda. Untung saja, cadar yang ia gunakan sedikit menyamarkan salah tingkahnya itu. Sehingga Arion tak melihat pipi tomat nya.

"Maaf ya Pak Dean yang terhormat. Saya harus meeting jam sepuluh ini. Kalau memang sudah tidak ada lagi yang harus di katakan, mari keluar bersama saya" Usir Arion halus. Arion tak akan membiarkan Dean diam di rumah itu, apabila tak ada dirinya disana. Lagipula harusnya dengan penjelasan Manda tadi sudah cukup untuk menyimpulkan bahwa takdir tidak membawa mereka bersama.

Dean yang memang sudah emosi sejak mendengar Manda memperkenalkan Arion sebagai suami, sedetik berikutnya sudah berdiri dari tempat duduknya.

Melihat tanda bahaya yang kemungkinan akan terjadi, Arion pun mengikuti gerakan mantan calon suami Manda itu. Tak hanya berdiri, Arion bahkan reflek menarik Manda untuk berdiri di balik tubuhnya tanpa melepas pegangannya pada istrinya itu.

Manda yang mengerti situasi mulai genting, hanya bisa meremat baju yang ada di pinggang suaminya itu dengan tangan lain nya yang bebas. Ia tahu bagaimana watak Dean dari beberapa temannya. Dean memang tak memiliki track record jelek namun semua nya tak bisa dijamin kan, saat laki-laki itu tersulut emosi. Apalagi cara kerja laki-laki lebih banyak menggunakan kepala daripada hati.

"Saya katakan sekali lagi. Silahkan keluar sebelum saya panggil polisi" Kata Arion mulai meninggi.

Arion sudah mulai kehabisan kesabaran saat merasakan kemeja hitam nya yang ia gunakan di remas Manda dengan sekuat tenaga. Istrinya itu sudah ketakutan dengan mantan calon suami tersebut.

Akhirnya dengan perasaan tak tertentu, Dean lebih memilih untuk meninggalkan rumah Manda tersebut. Meninggalkan Manda yang masih sedikit ketakutan di balik tubuh suaminya.

"Sudah jangan takut. Dia sudah pergi" Ucap Arion mulai melepas pegangannya pada tangan Manda dan berbalik untuk memeluk istrinya itu. Mencoba menyalurkan rasa aman lewat dekapan yang ia berikan.

Sampai akhirnya dering ponsel Arion di atas meja, membubarkan moment romantis untuk pertama kalinya bagi pasangan suami istri tersebut. Sentuhan fisik yang alami tanpa di rencanakan itu merupakan sentuhan fisik pertama mereka sebagai pasangan halal.

Setelah saling melepaskan diri, dan saling menyembunyikan salah tingkahnya, Arion menggeser tombol hijau pada layar ponselnya "iya aku keluar sekarang. Tunggu sebentar" Ucap Arion sedikit kesal karena kevin sudah membuatnya dan Manda tak nyaman.

Menutup panggilan Kevin lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku celana nya, Arion kemudian menatap Manda sebentar sambil berkata "saya pergi dulu. Tolong beri tahu adek ya"

Manda mengangguk masih dengan kondisi menunduk, membuat Arion menghela nafas panjang, memikirkan bagaimana kelanjutan rumah tangganya setelah ini "apa lantainya lebih menarik daripada saya? Lain kali kalau saya ajak bicara tatap mata saya, jangan menunduk seperti itu" Titah Arion sambil mulai membalik badannya menuju pintu keluar.

Namun sebelum sampai pintu keluar, laki-laki itu kembali menolehkan kepalanya pada Manda yang belum merubah posisinya sedikit pun. Melihat itu, kembali Arion hanya bisa menghembuskan nafasnya dalam-dalam. Niatnya keluar rumah, ia urungkan dan kembali ke hadapan sang istri.

Kembalinya Arion itu ternyata cukup ampuh untuk membuat Manda menegakkan kepalanya di hadapan Arion. Dengan kening berkerut, perempuan itu menanyakan alasan mengapa Arion tak jadi pergi padahal se pendengarannya tadi, suaminya itu saat ini sudah di tunggu oleh seseorang di luar.

"Ada apa Mas? Apa masih ada masalah?" Tanya Manda pelan.

Arion tersenyum tipis hampir tak terlihat, ternyata begini rasanya mempunyai mainan baru untuk seumur hidup "ohh saya harus kembali ya ternyata" Ucap Arion yang malah membuat tanda tanya besar di kepala Manda.

"Kembali? Maksudnya?"

"Jangan takut. Hubungi saya kalau terjadi sesuatu. Kunci pintunya dan jangan buka pintu untuk orang asing. Nanti saya hubungi Mami dan Papi untuk menemani kalian disini. Daddy sama Bunda sepertinya akan ikut juga"

"Ehh... Bu-buat apa? Kami gak papa Mas. Jangan khawatirkan apapun" Kata Manda sedikit gugup. Bagaimana hatinya tak gemetar, kalau ini merupakan tatapan terlama keduanya setelah menikah.

"Daddy sama Bunda mau ngasih kado pernikahan, sebelum mereka pulang katanya"

"Ohh"

"Ya sudah saya pergi dulu. Assalamu'alaikum" Kali ini Arion benar-benar tak akan kembali lagi, karena ia sudah terlambat untuk pertemuannya dengan klien.

Akan tetapi langkahnya harus terhenti kembali karena panggilan Manda "Mas tunggu"

"Kenapa?" Tanya Arion dengan kening berkerut.

"Salim" Cicit Manda pelan namun masih bisa Arion dengar.

Mencoba tak memperlihatkan rasa gugupnya, Arion dengan sedikit kaku memberikan tangannya untuk Manda kecup.

Dengan takzim, Manda mencium tangan Arion dari punggung tangan, ditambah dengan telapak tangan nya juga "semoga Allah selalu melancarkan segala urusan Mas dalam mencari rejeki yang halal" Doa Manda.

Cara salaman Manda yang tak sama dengan kebanyakan orang, serta doanya yang terdenger tulus membuat desiran aneh pada hatinya. Masih mencoba menjaga image nya di hadapan sang istri Arion hanya bisa mengaminkan saja.

Namun tiba-tiba ide jail di kepalanya muncul. Sebelum Manda benar-benar melepas tangannya, Arion memberikan shock terapi pada perempuan itu dengan mencium balik punggung tangan istrinya itu dan memberikan bonus kecupan singkat di kening. Setelahnya, seolah tak terjadi apapun, Arion berkata "saya pergi dulu. Assalamu'alaikum ya zaujati"

.
.
.

30012024

Borahe 💙

KARUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang