Enam Belas

408 41 0
                                    

Semua terasa seperti magic saat kaki Arion mulai menginjak pada tanah Madinah. Bahkan perasaan tak tenangnya beberapa jam lalu saat ia mencoba mengikhlaskan Manda, seakan menguap begitu saja, berganti menjadi suasana haru. Bayangan Manda mendadak lenyap berganti dengan bayangan banyaknya nikmat Allah yang diberi untuknya.

Iya, setelah beberapa kali menjalankan ibadah umroh bersama personil keluarganya yang lengkap, kali ini Arion kembali di panggil Allah namun hanya sendiri, tak ada Maya, Adit atau Hawa atau bahkan keluarga dekat lainnya, membuat suasana semakin berbeda.

Arion bahkan tak bisa mengontrol detak jantungnya saat dirinya mulai keluar dari pintu keluar bandara Jeddah. Ada rasa senang, sedih, haru, takjub bercampur menjadi satu kesatuan yang tak bisa Arion gambarkan, sampai laki-laki itu tak sadar kalau sudut matanya mulai basah. Meskipun keadaan di luar bandara tidak terlalu se kondusif di dalam karena banyaknya orang yang menjajakan kartu provider, tak mengurangi sedikit pun kenikmatan yang Arion rasakan.

Tak ada lagi pikiran tentang perempuan siapapun di kepalanya, membuat langkah Arion begitu ringan memasuki bis yang akan membawanya ke tempat luar biasa yang akan ia dan rombongan kunjungi. Ya, dirinya dan rombongan sedang dalam perjalanan menuju ke penginapan yang hanya berjarak lima ratus meter dari masjid, meskipun di akhir tahun sampai bulan februari cuaca Madinah bisa dikatakan dingin, namun itu tak mengurangi sedikitpun rasa haru yang ia rasakan.

Bahkan setelah sampai di penginapan, Arion sempat sholat magrib dan isya di masjid Nabawi sebelum keesokan harinya ia akan mengikuti kegiatan yang sudah di jadwal kan.

Terdengar berkali-kali kalimat takjub dari bibir tipis Arion saat laki-laki itu mengunjungi Masjid Nabawi walaupun bukan pengalaman pertama kesana namun tetap saja rasa kagum itu selalu hadir. MasyaAllah, MasyaAllah, hanya itu yang bisa ia kumandangkan. Rasa tenang semakin hadir begitu Arion semakin masuk ke dalam masjid tersebut. Ia bahkan menjadi orang terakhir yang kembali ke hotel setelah itu. Bukan karena ia tersesat, tidak. Arion hanya ingin menikmati setiap kesempatan yang Allah sedang berikan disini karena meskipun Masjid Nabawi begitu luas namun untuk pintu keluar cukup gampang itu dicaridicari. Cukup ingat gerbang 25 atau 26 sudah menjadi patokan untuk Arion kembali ke penginapan.

Badannya yang sedikit gatal karena perbedaan dingin saat di Indonesia dan disini membuat tidurnya sedikit tak nyenyak. Apabila dingin di Indonesia cenderung lembab, lain cerita dengan dingin di Madina yang bersifat kering sehingga membuat sebagian rombongan harus berlomba-lomba menggunakan lotion untuk meredakan gatal itu.

Keesokan harinya, Arion terbangun bahkan sebelum subuh. Tubuhnya seakan mengerti bahwa sayang apabila di tempat terbaik ini, hanya merasakan nikmatnya dunia. Meski dingin kembali menerpa, tak mengurungkan niat Arion untuk meraup pahala sebanyak-banyaknya.

Ada yang unik yang selalu ia ingat saat berkunjung kesini yaitu selalu ada dua kali adzan yang berkumandang. Adzan yang pertama adalah adzan peringatan bahwa satu jam lagi akan subuh dan adzan yang kedua adalah adzan subuh yang sesungguhnya. Dan lagi, di masjid ini setiap kali selesai menunaikan sholat wajib akan ada sholat tambahan yaitu sholat jenazah. Sholat yang dikhususkan untuk orang-orang yang melepas dunianya di tanah ini. Betapa beruntungnya orang-orang seperti itu yang di makamkan di kota yang sama dengan Nabi Muhammad SAW.

Seusai sholat subuh, kembali Arion menikmati waktunya sendiri dan mulai bermunajat pada Allah. Jadwal perjalanan mereka masih ada beberapa jam lagi setelah sarapan. Rencananya mereka akan mengunjungi beberapa masjid lain yang menjadi saksi bisu bagaimana perjuangan Nabi terakhir umat islamislam. Ditambah mengunjungi makam baqi dimana banyak para orang-orang penting di makam kan, serta ada juga kunjungan di quran exhibition.

Di sela-sela tour yang Arion ikuti, Ustadz yang membimbing nya memperlihatkan dua buah kubah yang iconic. Yaitu kubah hijau dan kubah silver. Kubah hijau yang di bawahnya terdapat makam dua sahabat Nabi yaitu Abu Bakar As-Sidiq dan Umar bin Khattab, sedangkan kubah silver adalah tempat dimana Rasulullah sering memberikan khutbah. Dan di antara dua mimbar dengan makam Nabi Muhammad SAW, ada tempat yang bernama taman surga atau biasa kita sebut raudhah. Dimana menjadi tempat mustajab untuk mengagungkan doa.

Tentu, hal itu tak disia-siakan oleh Arion. Banyak doa yang ia agungkan meskipun tak ada nama yang ia sebut selain keluarga dekatnya. Bahkan nama Manda tak sedikitpun Arion ucapkan, kenangan akan perempuan itu seakan hilang tak membekas pada ingatan kakak Hawa tersebut. Allah seketika mengabulkan apa yang Arion ikhlaskan sebelum lelaki itu bisa menikmati ketenangan di tempat luar biasa ini.

Tak ada rengekan ingin dijodohkan dengan Manda lagi, tak ada cerita ingin di kuatkan karena di tolak perempuan sahabat adiknya itu, yang ada bibir Arion berdoa agar hati dan pikirannya bisa Allah lapangkan untuk menerima takdir yang Allah berikan, termasuk hidup tanpa atau dengan perempuan.

Cerita hari pertama Arion di Madinah di tutup dengan kunjungan terakhirnya di raudah. Setelahnya ia kembali ke hotel, Lagi-lagi tubuhnya dibuat selelah mungkin oleh Arion. Basic nya sebagai pengusaha hotel, membuat laki-laki mengamati detail serba serbi yang ada di hotel tempatnya menginap. Bagaimana karyawan hotel mereka memperlakukan tamu, hidangan yang mereka sajikan sampai-sampai kebersihan juga menjadi perhatian Arion.

"Sendiri? Boleh saya duduk sini" Tanya laki-laki, yang Arion kenal sebagai pembimbing atau ustadz yang menemani perjalanan spiritual nya kali.
Di dada ustadz tergantung nametag bernama Mizwar, yang selalu menjadi penanda bahwa lelaki di hadapannya ini termasuk orang penting.

"Silahkan ustadz" Jawab Arion dengan senyum setelah menetralisir rasa terkejutnya.

Tangan Mizwar tiba-tiba melambai memanggil seseorang yang sepertinya sedang bekerja di hotel ini karena laki-laki yang di panggil ustadz tersebut memakai pakaian yang sama dengan karyawan penginapan ini.

"Syukron" Ucap Mizwar pelan, begitu petugas hotel tersebut meletakkan dua cangkir kopi yang masih mengepul di depan meja mereka.
Melihat dua kopi yang masih panas itu, kening Arion mengkerut. Ia tatap secara bergantian ustadz Mizwar dan kopi yang berada di hadapannya. Entah hanya perasaan Arion saja atau memang ustadz di depannya ini mempunyai kemampuan lebih, sepertinya lelaki di dekatnya itu sudah tau akan bertemu dengannya dilihat dari dua cangkir kopi yang sudah di siapkan.

"Silahkan" Kata ustadz itu. Tebakan Arion kali ini tak meleset. Cangkir yang berisikan kopi tersebut memang Mizwar pesan untuk dirinya.
Karena terlalu merenung banyaknya kemungkinan, Arion sedikit terlihat tak fokus, fokusnya baru kembali saat dentingan cangkir kopi dengan tatakan nya terdengar nyaring.

"Maaf ustadz, saya malah ngelamun" Ujar Arion tak enak hati.

Mizwar hanya tersenyum simpul, kemudian berkata "tunggu saja kejutan apa yang akan Allah kasih. Tak perlu membenci rumah tangga, hanya perlu mencari patner yang setujuan saja"

.
.
.

23012024

Borahe 💙

KARUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang