Gadis berambut poni serta panjang sebahu itu hanya bisa menghela nafas melihat situasi rumahnya yang terpantau lengkap, namun terasa tidak ada kehidupan itu. Dia berjalan menuju sofa di ujung, dekat dengan seorang gadis berambut hitam panjang sepinggang itu yang tengah sibuk dengan laptopnya, tampak sedang mengerjakan tugas disana.
“Unnie,” Panggil gadis itu.
“Chiquita? Kenapa?”
Chiquita, gadis berponi itu menatap buku, membaca nama Pharita yang tertulis di buku yang berada di samping laptop itu lalu tatapannya tertuju pada sang kakak yang tidak menoleh sama sekali.
“Apa kau sibuk?” Dia bertanya.
“Ya, tidak juga, aku sedang mengerjakan sedikit tugas. Ada apa?” Pharita balik bertanya, menoleh sejenak pada Chiquita yang menatapnya penuh ragu.
“Aku ingin pergi ke taman.” Kata Chiquita memberitahu.
“Pergilah, kalau begitu. Jangan pulang terlalu sore. Besok kau memulai sekolah SMA, banyak persiapannya.” Ujar Pharita mengizinkan.
Sebenarnya, bukan itu yang Chiquita inginkan. Taman adalah tempat yang Pharita sukai jika mereka sedang bosan. Dia ingin pergi bersama kakaknya itu. Tapi sepertinya, kakaknya itu tidak mengerti dan malah fokus kembali dengan laptopnya.
“Aku ingin pergi denganmu, unnie.” Ucap Chiquita meminta dengan hati-hati.
Mereka bukanlah tipe orang yang begitu dekat satu sama lain. Terutama sejak kakaknya memasuki SMA hingga sekarang gadis itu memasuki masa kuliah, dia sibuk dengan kehidupan pribadinya.
Di mata Pharita, mereka mulai memasuki fase pendewasaan. Saat SMP, Pharita memastikan adiknya itu memiliki teman mengingat dia sulit untuk mendapatkan teman dan begitu dia tahu jika ada satu teman yang sangat menyayangi Chiquita, barulah Pharita bisa melepas adiknya itu dan memulai pertemanan baru di SMA-nya, hingga kuliah saat ini.
“Ah, kau tidak pergi dengan Ahyeon?” Pharita menyebut nama teman adiknya itu.
Chiquita memang suka berteman dengan Ahyeon, namun terkadang dia juga merindukan kakaknya. Dia rindu saat kakaknya masih suka berada di sampingnya.
Dia benci dewasa. Karena semakin dia dewasa, semakin jauh dia dengan kakaknya, dia benar-benar benci.
“Dia masih bersama keluarganya.” Jawab Chiquita.
Suara deheman keras dari belakang membuat adik kakak itu menoleh. Ayahnya baru saja memasuki lorong tengah, memperhatikan kedua putrinya itu dengan alis terangkat.
“Chiquita, jangan ganggu kakakmu. Dia sedang mengerjakan tugas. Apa kau sudah menyiapkan beberapa buku untuk besok?” Hyun Bin, ayahnya itu bertanya dengan wajah datar.
“Sudah, appa.”
“Kalau begitu, lakukan sesuatu di kamarmu. Jangan ganggu kakakmu. Dia baru memulai tahun kedua kuliah. Dia harus fokus.” Kata ayahnya sebelum dia pergi meninggalkan Pharita dan Chiquita.
Sang ibu, Yejin pun memasuki ruangan dengan senyum lembut. Dia merangkul anak bungsunya itu sambil menatap Pharita yang memang sedang sibuk mengerjakan sesuatu di laptopnya.
“Ayo, jangan ganggu kakakmu. Pergi ke kamarmu, ya? Kau bisa mengajaknya bicara jika dia sudah selesai mengerjakan tugasnya.” Kata ibunya.
“Eomma benar, Can.” Kata Pharita, menyebut nama panggilan kesayangan yang dia berikan pada adiknya, Canny. “Aku berjanji akan menemanimu setelah aku selesai mengerjakan tugasku.”
Dan jika sudah seperti itu, Chiquita hanya bisa pasrah. Dia melepaskan rangkulan ibunya dan berjalan menaiki tangga satu per satu, menuju kamarnya dalam kesepiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The flower ✅
FanfictionTerabaikan karena memiliki kakak yang sangat sibuk, Chiquita menempatkan dirinya menjadi sosok gadis yang pendiam. Cenderung menahan semuanya sendirian hingga keadaan tiba-tiba saja berubah. "Aku merindukan kita yang dulu, unnie, bisakah kita kemba...