BAB 14

576 73 30
                                    

Gerakan gelisah di sampingnya membuat Chiquita yang sedang tertidur pulas pun akhirnya membuka mata. Dia melihat kakaknya tengah meringkuk di samping tempat tidur seperti janin, namun tidak mengeluarkan suara apapun.

Khawatir mengalami mimpi buruk, Chiquita pun mencoba untuk menyentuh bahu Pharita. Tapi dia terkejut mendengar suara batuk yang terdengar berat di sertai nafas yang terdengar sesak itu.

Dia pun segera menarik lembut bahu Pharita. Gerakan itu membuat Pharita merintih kesakitan. Mata Chiquita melebar karena panik melihat Pharita yang memang memejamkan mata, tapi memegang dadanya dan mencengkram kuat kaosnya.

"Obat." Kata Pharita dengan susah payah. "Tolong... obatku."

"Dimana unnie?"

"Tas. Tabung kecil warna kuning." Kata Pharita lagi dan matanya terpejam semakin kuat ketika rasa sakit semakin tajam menghujam dadanya.

Chiquita segera melepaskan selimut di tubuhnya, memakai sandal dan berlari keluar kamarnya tanpa mempedulikan penampilannya.

Tiba di kamar yang di tempati kakaknya dan Ahyeon, dia pun mengetuk pintu. Karena dia tidak punya kunci akses untuk masuk ke kamar mereka dan sekarang, dia menunggu Ahyeon membuka pintu dengan perasaan gelisah.

Ini tengah malam dan Ahyeon pasti sedang tidur. Tapi tidak ada waktu untuk tenang dan Chiquita mengetuk pintu lebih keras lagi.

"Ahyeon! Bangun! Buka pintunya! Aku harus mengambil obat kakakku!" Teriak Chiquita semakin panik karena Ahyeon tidak kunjung membuka pintu untuknya.

Selang dua-tiga menit kemudian, dimana Chiquita terus meneriakkan kata yang sama, pintu pun terbuka dan Ahyeon terlihat bingung dengan wajahnya yang mengantuk.

Pharita tidak berbohong ketika mengatakan bahwa wajah Ahyeon memprihatinkan karena dia memiliki wajah yang sangat merah di seluruh tubuhnya.

Tapi ini bukan saatnya memikirkan Ahyeon. Masuk ke dalam kamar, Chiquita mendorong Ahyeon dan bergegas mencari tas kakaknya. Dia mendapati tas kecil dior berwarna putih itu ada di sudut ruangan dan dengan segera, dia pun membukanya.

Benar saja. Ada tabung obat berwarna kuning disana. Chiquita tidak mau memperhatikan obat apa itu karena yang terpenting saat ini adalah kakaknya bisa minum obat dan tidak merasakan kesakitan lagi.

"Itu obat untuk Pharita unnie? Kenapa dia dan dimana dia sekarang?" Tanya Ahyeon meraih tangan Chiquita untuk menghentikan langkahnya.

Chiquita dengan segera melepaskan tangan Ahyeon. Jika saja dia tidak sedang khawatir, dia ingin sekali bertanya tentang maksud Ahyeon yang menghapus pesan di ponsel Pharita.

Tapi ada situasi yang lebih genting saat ini hingga dia pun memutuskan untuk mengabaikan terlebih dahulu masalah itu dan melepaskan tangannya dari Ahyeon.

"Bukan urusanmu." Kata Chiquita singkat dan dengan cepat, dia pun pergi dari hadapan Ahyeon.

Tiba di kamar, Chiquita kembali menutup pintu dan Pharita masih meringkuk di tempat tidur. Nafasnya bertambah berat yang membuat Chiquita semakin panik.

Dia pun berlari menuju kakaknya, mengeluarkan satu tablet obat dan membantu kakaknya duduk sebelum dia mengulurkan obat itu ke mulut Pharita lalu dia memberikan segelas air mineral yang di teguk langsung oleh kakaknya.

Pharita mencoba untuk bernafas dengan baik, menunggu obatnya bekerja dengan baik. Perlahan, dia membuka mata dan mendapati tatapan Chiquita yang begitu khawatir tertuju padanya.

Dia bersandar di kepala tempat tidur, meraih tangan adiknya dan memberi senyum kecil di bibirnya yang pucat.

"Unnie akan baik-baik saja. Ini sudah biasa. Jangan khawatirkan unnie..." Kata Pharita, membelai lembut tangan adiknya itu.

The flower ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang