Keajaiban itu ada. Pada akhirnya, mereka semua mempercayai hal itu ketika mereka melihat gadis yang selama tiga menit itu kehilangan detak jantungnya, kembali memperlihatkan kehidupannya.
Bukan hanya itu, matanya juga terbuka. Yang menandakan, keajaiban sungguh terjadi saat ini.
Dan lagi-lagi, Pharita menangis. Karena begitu dia berdiri, bertemu tatap dengan mata lelah Chiquita, dia tahu dia nyata.
Chiquita kembali, meskipun sosoknya belum bisa di ajak berbicara. Tetap saja, dia sangat bersyukur akan keajaiban yang tidak terduga ini.
Setelah Chiquita sadar, adiknya itu kembali tidur seharian hingga Pharita khawatir dan tidak yakin apakah adiknya itu sungguh sadar.
Tetapi pagi hari tiba dan adiknya membuka mata, Pharita akhirnya menyadari bahwa keajaiban itu sungguh terjadi.
“Unnie,” Suara Chiquita terlalu pelan hingga Pharita perlu mencondongkan tubuh untuk mendekat pada adiknya, hingga dia bisa mendengar suaranya dengan lebih jelas.
“Iya, sayang. Unnie disini.” Pharita mencoba untuk tersenyum.
Tangan dingin itu perlahan mengangkat lengannya dan Pharita memperhatikan itu. Berinisiatif untuk menggenggam tangan Chiquita.
Dia masih terasa dingin. Dia tidak hangat. Pemikiran itu membuat Pharita ingin menangis lagi.
Meskipun Chiquita telah keluar dari ruang ICU yang mencekam dan matanya terbuka, tetap saja Chiquita tidak mengalami peningkatan.
Gerakannya begitu hati-hati, adiknya tidak banyak berbicara, bahkan matanya tampak begitu lelah, seolah-olah tampak ingin kembali terpejam.
“Sakit.” Ucap Chiquita.
Satu kata, tapi membuat hati Pharita hancur saat itu juga. Bibirnya bergetar ketika dia menempelkan bibirnya di kening Chiquita.
Begitu hati-hati dengan pergerakannya karena terdapat selang yang menempel di mulut Chiquita yang Pharita tahu, terhubung ke tenggorokan adiknya itu.
“Unnie tahu, sayang. Unnie tahu sakitnya. Tolong tahan sebentar, ya?” Pharita kembali menatap Chiquita yang diam-diam meneteskan air mata. “Unnie yakin kau kuat, Canny. Sungguh, unnie bangga padamu.”
Mata Chiquita terpejam, merasakan sesak dan rasa sakit di saat yang bersamaan. Dia merasa ingin meremas rasa sakit itu tetapi dia bahkan tak sanggup untuk bergerak.
Tangannya mencengkram tangan Pharita, hanya itu yang menjadi sumber kekuatan Chiquita sekarang.
“Unnie di sini, sayang. Jika kau merasa sakit, katakan saja. Apakah dadamu terasa sakit?” Tanya Pharita lembut.
“S-semuanya.” Balas Chiquita dengan suara pelan.
“Tidak apa-apa. Kau kuat kan, sayang? Kau adik unnie yang begitu kuat. Lihat unnie, tolong?” Pinta Pharita, yang membuat mata Chiquita terbuka. “Kau kuat. Kau bisa melewati semuanya. Tidak ada keraguan bahwa kau bisa melewati semua ini, oke?”
Chiquita hanya menganggukkan kepalanya meskipun dia tidak yakin karena tubuhnya yang begitu sakit hingga rasanya, dia hanya ingin menyerah.
Tapi, dia tahu menyerah hanya akan membuat Pharita menangis dan melihat mata Pharita yang lelah, Chiquita tidak tega melihat itu.
“Tolong... usap dadaku, unnie.” Pinta Chiquita.
Pharita menganggukkan kepalanya. Dengan lembut, Pharita pun mengusap dada Chiquita seperti permintaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The flower ✅
FanfictionTerabaikan karena memiliki kakak yang sangat sibuk, Chiquita menempatkan dirinya menjadi sosok gadis yang pendiam. Cenderung menahan semuanya sendirian hingga keadaan tiba-tiba saja berubah. "Aku merindukan kita yang dulu, unnie, bisakah kita kemba...