BAB 7

556 84 12
                                    

Pharita menatap sebuah gedung yang menjulang tinggi di depannya. Menghela nafas kasar, dia pun memantapkan keputusannya sebelum berjalan ke dalam gedung tersebut. Para karyawan menyapa Pharita ketika dia masuk.

Pharita tidak perlu melewati pemeriksaan dan diizinkan masuk begitu saja. Menekan lift, Pharita menekan tombol dengan angka 30, lantai teratas di kantor tersebut. 

Menunggu lift naik menuju lantai 30, Pharita bersandar sambil memejamkan mata. Memikirkan tentang Chiquita dan semua yang di ucapkan adiknya, dan Yeonjun yang saat ini sedang bersama wanita lain. 

Pharita tidak tahu apa yang salah dengannya. Tapi, dia merasa semuanya salah. Baik hubungan dengan adiknya maupun cinta pertamanya. Segalanya terasa salah. Merasakan beban di hatinya, Pharita pun menghela nafas. 

Tiba di lantai 30, Pharita keluar dari lift menuju lorong yang lebih luas dengan karyawan yang lebih sedikit. 

"Halo, tuan Kim, apakah ayahku ada?" Tanya Pharita pada pria yang berposisi sebagai sekretaris ayahnya itu. 

"Tentu saja ada." tuan Kim tersenyum. "Kau tidak menghubungiku dulu." 

"Mendadak." 

Tuan Kim hanya kembali tersenyum lalu menghubungi bosnya itu melalui telepon genggam dan Pharita hanya menatap sekeliling. Kantor besar dengan ribuan karyawan ini, apakah dia sungguh bisa bekerja di perusahaan ini? 

Pharita sungguh salut karena ayahnya sanggup bekerja, mengatur perusahaan besar yang cabangnya juga ada di mana-mana. Pantas saja ayahnya sangat sibuk. Melihat banyaknya karyawan di kantor ini saja sudah membuat Pharita geleng-geleng kepala. 

"Ayahmu menyuruhmu masuk. Silahkan." suara tuan Kim menyadarkan Pharita saat itu juga.

"Terima kasih tuan Kim. Selamat bekerja kembali." 

Perlahan dan dnegan hembusan nafas kasar, Pharita pun masuk ke dalam ruangan sang ayah yang tentunya terkejut karena Pharita berinisiatif untuk datang sendiri. 

Belakangan ini, Hyunbin memang berusaha untuk mengajak Pharita ke perusahaan. Tapi dengan alasan belum siap dan ingin bersama adik serta fokus kuliahnya, Pharita menolak. Maka wajar, jika dia terkejut melihat kehadiran putrinya itu. 

"Nak, ada apa? Tumben kau datang ke perusahaan. Ayo, duduklah." 

"Appa," Ucap Pharita sudah menegaskan keputusan dalam benaknya selama perjalanan. "Aku ingin mulai bekerja di perusahaan." 

"Apa? Sungguh? Kenapa tiba-tiba? Appa pikir kau ingin liburan dulu baru mulai bekerja disini." Ucap Hyunbin tak bisa menyembunyikan raut wajah bahagianya. 

"Tidak, Appa. Aku ingin memulai hari ini juga. Aku ingin mencari kesibukan. Aku..." Pharita mencari kata-kata yang tepat sebelum dia kembali bicara lagi. "Aku ingin fokus pada diriku sendiri dan perusahaan. Aku ingin bekerja." 

Hyunbin tentu saja tersenyum lebar. Sudah sangat lama dia ingin mendengar kalimat itu dari putri pertamanya itu. Mengulurkan tangan, Hyunbin berkata. 

"Kemarilah, nak. Peluk appa." 

Dan Pharita segera bergegas menuju pelukan ayahnya, memejamkan mata ketika rasa berat di hatinya semakin terasa. Namun dia mengabaikan rasa berat di hatinya itu dan bersandar ke pelukan ayahnya. 

"Aku berjanji sebisa mungkin untuk tidak mengecewakanmu." 

Karena Pharita sadar diri, dia sudah mengecewakan Chiquita. Dia juga tidak bisa menuruti keinginan Yeonjun sehingga pria itu pergi bersama wanita lain. 

Satu-satunya harapan adalah, Pharita bisa memenuhi keinginan ayahnya. Dia ingin membuktikan, bahwa tidak ada yang salah dengan dirinya. 

Jika dia tak bisa cukup di banggakan sebagai seorang kakak, tapi setidaknya dia ingin terlihat membanggakan sebagai seorang anak. 

The flower ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang