BAB 47

341 73 6
                                    

Menjelang hari operasi yang tinggal menghitung hari, sebisa mungkin Pharita menghabiskan banyak waktu di Rumah Sakit dengan adiknya.

Meskipun Pharita tahu kehadirannya tidak diinginkan oleh siapapun — kecuali adiknya— Pharita memaksakan diri karena dia tidak mau membuang waktu lagi.

Seperti saat ini, dengan tab yang Pharita bawa, mereka menonton film favorit mereka sambil berbaring di ranjang Rumah Sakit.

Chiquita di sisi lain, jelas senang mendapati Pharita sering berada di sampingnya meski terkadang, dia heran dengan sikap kakaknya yang bersikap lebih manja di bandingkan dirinya yang jelas sedang sakit.

Unnie, aku boleh jujur padamu, kan?” Tanya Chiquita di sela mereka menonton film, berusaha menatap Pharita yang bersandar di pundaknya.

Mmmm, apa?” Tanya Pharita, matanya tertuju pada layar dan sama sekali tidak mau melirik adiknya.

“Aku agak khawatir dengan kau yang tiba-tiba manja padaku. Bukannya aku tidak menyukainya. Hanya saja, terasa aneh, tahu? Bolehkah kau mengatakan sesuatu? Ada apa? Serius, unnie...”

“Apanya ada apa?” Pharita menanggapi dengan tenang.

Tidak mengherankan jika Chiquita tahu karena sedalam apapun Pharita menyembunyikan sesuatu, setidaknya Chiquita selalu bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda dari Pharita.

“Apakah kau melakukan suatu kesalahan?” Tanya Chiquita.

“Tidak. Tentu saja tidak. Jangan konyol.” Kata Pharita cepat. “Ngomong-ngomong, apakah kau menyukai bunga yang aku bawa hari ini?”

Tatapan Chiquita segera beralih pada bunga yang terpasang di sisi jendela. Dia tersenyum karena Pharita mengingat kegilaannya pada bunga belakangan ini.

“Lucu sekali saat melihatmu tiba-tiba membawa bunga hari ini.” Kata Chiquita.

“Aku akan terus membawakan bunga untukmu sampai kau menuju ruang operasi.” Kata Pharita terdengar gembira dan tenang.

“Hanya sampai aku menuju ruang operasi?” Tanya Chiquita, mengerutkan kening.

Mmmm, mungkin aku sedikit sibuk hari itu tapi bungaku akan menemanimu saat kau bangun nanti.” Kata Pharita, mencium sudut bibir Chiquita sebelum dia bersandar lagi.

“Sibuk? Apa yang akan kau lakukan saat itu?”

Pharita memejamkan mata. Tepatnya, apa yang dia rasakan saat Chiquita selesai operasi nanti? Dia berharap dia benar-benar bisa melihat adiknya meski di dunia yang berbeda.

“Hanya beberapa urusan. Tapi dimana pun aku berada, percayalah aku akan selalu menjagamu, Canny. Selalu.” Kata Pharita.

Bisikan rendah itu terdengar dan entah mengapa hal itu membuat tubuh Chiquita menegang. Ada rasa takut yang membuat dia akhirnya menempelkan pipinya di atas kepala sang kakak.

“Aku tahu kau akan selalu menjagaku. Aku tahu kau selaku melakukan itu, unnie.” Kata Chiquita.

“Terima kasih sudah bertahan sejauh ini. Maaf, jika unnie belum menjadi unnie yang baik untukmu.” Kata Pharita.

Tidak ada di antara kedua gadis itu yang fokus pada film di tab. Ucapan Pharita berhasil membuat mata mereka berdua berkaca-kaca.

Meskipun Pharita pernah membuatnya sedih dan menangis, Chiquita tahu bahwa Pharita adalah kakak terbaik yang dia miliki di dunia ini.

Chiquita tidak akan rela menggantikan apapun kakaknya dengan hal lain.

“Kau adalah unnie terbaik untukku.” Kata Chiquita, memeluk kakaknya dengan lembut. “Dan aku menyayangimu.”

The flower ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang