BAB 36

451 89 30
                                    

Chiquita mengemas sekitar dua baju untuk ganti, mengingat dia tidak tahu kemana rencana teman-temannya untuk pergi.

Hanya dua kaos dengan satu celana pendek dan satu celana panjang, Chiquita pun memakai tas ranselnya dan berjalan.

Menatap pantulan dirinya sendiri di depan cermin, Chiquita menarik nafas. Jarinya menarik sudut bibirnya sendiri untuk membentuk senyum meskipun hatinya gelisah.

Tidak yakin untuk pergi, berpisah dengan kakaknya namun teman-temannya sudah mendesaknya. Sepertinya, rencana memang sudah dibuat dengan matang.

“Tidak apa-apa, Canny. Semuanya akan baik-baik saja. Kau hanya ingin bersenang-senang seperti yang unnie-mu katakan, kan? Apa salahnya?” Ucapnya pada dirinya sendiri.

Menghela nafas, memaksakan senyum lagi sebelum berbalik dan menemukan Pharita sedang berdiri, tangan terlipat di depan dada, memperhatikan adiknya yang berbicara sendiri di depan cermin.

“Kau mau pergi?” Tanya Pharita, matanya tetap lembut saat memperhatikan Chiquita dari atas hingga bawah.

“Ya.” Jawab Chiquita singkat.

“Kemana?”

“Kemana pun asal di anggap, kan?”

Pharita menghela nafas mendengar jawaban yang penuh sindiran itu. Dia berjalan mendekati Chiquita, menatap adiknya dengan kecemasan yang terlihat jelas.

“Maafkan aku, Chiquita. Aku memang menyebalkan tidak bisa memberitahu apapun tentang apa yang terjadi. Tapi, ini demi kebaikan kita semua.”

“Kebaikan? Ah, maksudmu agar kami semua bisa bersenang-senang, kan? Baiklah, sekarang kami akan bersenang-senang. Jadi, biarkan aku pergi.” Ucap Chiquita, mendorong bahu kakaknya dengan kasar, terlampau emosi.

Mata Pharita terbelalak mendapati sikap tersebut, mungkin tidak menyangka bahwa dia akan mendapati sikap kasar dari Chiquita.

Mundur dari Chiquita, Pharita langsung menunduk dan sedikitnya, Chiquita merasa bersalah.

Tapi, Chiquita mengabaikan perasaan bersalah itu. Lagipula, Pharita tidak merasa bersalah saat menyembunyikan sesuatu. Mengapa dia harus merasa bersalah sekarang?

“Maafkan aku.” Hanya itu yang bisa Pharita katakan.

“Aku bosan mendengar kata itu. Aku ingin penjelasan. Katakan padaku.” Ucap Chiquita menantangnya.

Namun, Pharita menggelengkan kepalanya. Dia tidak bisa mengatakan apapun. 

Yang mengejutkan Chiquita, Pharita hanya berjalan mendekat lalu memeluknya dengan hati-hati, lembut, namun tetap menghangatkan.

“Pergilah dengan teman-temanmu dan tetap berhati-hati kemana pun kalian pergi. Aku menyayangimu, Canny.” Ucap Pharita, mengecup lembut sudut bibir Chiquita.

“Aku membencimu.” Ucap Chiquita, menghela nafas kasar sebelum melepaskan diri dari Pharita, melepaskan pelukan itu dengan cepat.

Kemudian, Chiquita pergi meninggalkan Pharita yang menunduk mendengarkan jawabannya. Siapa yang peduli?

Dia benci dengan orang yang menyembunyikan sesuatu seperti ini.

***

Pharita pergi ke pantai terdekat sendirian, tidak mengatakan pada siapapun tentang kepergiannya. Dia tengah duduk, memainkan ayunan sambil menikmati angin di siang hari.

Cuaca yang cukup panas membuat Pharita suka berada di pantai. Karena di Korea sendiri, dia agak terganggu dengan musim dingin.

“Sendirian saja?”

The flower ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang