Sarapan selalu menjadi rutinitas di keluarga. Mungkin, itu adalah satu-satunya waktu dimana Chiquita bisa menikmati saat-saat keluarga berkumpul meskipun hanya bersama selama 30 menit, terkadang kurang dari itu. Dia bersyukur daripada tidak sama sekali.
Ibu dan ayahnya, mereka berdua sangat sibuk dengan pekerjaannya. Ibunya adalah seorang pengusaha butik besar di Korea sementara ayahnya? Ayahnya memiliki perusahaan besar. Bisa dibilang, dia adalah orang paling berpengaruh di Korea.
Dia bukan hanya memiliki perusahaan. Tapi di Sekolah dan beberapa Rumah Sakit besar sendiri, ayahnya adalah donatur terbesar sehingga banyak yang tunduk pada ayahnya. Kesibukannya yang luar biasa membuat dia terkadang mengabaikan kedua anaknya.
Dan biasanya, Chiquita tidak pernah merasa kesepian karena dia memiliki Pharita yang selalu menemaninya. Tapi belakangan ini, sang kakak sibuk dengan kehidupan pribadinya dan bukankah wajar dia kini mulai merasa kesepian?
“Chiquita?” Sang ayah memanggil dengan suara tenang.
“Ya, appa?” Chiquita mengangkat pandangan dari piring berisi makanan yang sejak tadi dia acak-acak tanpa ada sedikit pun yang masuk ke mulutnya.
“Seminggu sekolah, bagaimana?” Tanya sang ayah dan Chiquita bisa merasakan tatapan ibunya dan Pharita yang duduk di sampingnya, menatapnya dengan penasaran.
“Baik-baik saja. Tidak ada yang spesial.” Jawab Chiquita dan itu memanglah kenyataannya.
“Kau berteman baik, kan?” Tanya Hyun Bin. “Tolong, berhati-hatilah saat memilih teman. Kau sudah SMA. Salah memilih teman, bisa-bisa kau juga menjadi salah pergaulan. Appa tidak ingin itu sampai terjadi.”
“Tidak, appa. Teman-temanku baik-baik saja.”
Sayangnya, Ahyeon berada di Sekolah yang berbeda, membuat Chiquita agak sedih karena dia berpisah dengan teman SMP-nya itu. Namun, dia dan Ahyeon masih sering berhubungan melalui ponsel. Akhir pekan ini, dia dan Ahyeon akan bertemu di cafe. Tentu saja Chiquita menyetujuinya.
Tapi Chiquita mendapatkan dua teman baru di Sekolah. Rora dan Rami namanya. Dan kedua temannya itu, meski tampaknya agak aneh, namun Chiquita suka berteman dengan mereka.
“Dan bagaimana denganmu Pharita? Kuliahmu baik-baik saja?” Tanya sang ayah.
“Baik, appa.” Jawab Pharita singkat.
“Baiklah kalau begitu. Eomma harus pergi. Yeobo, ayo, aku terlambat.” Ucap sang ibu sambil melirik jam tangannya.
Kedua orang tuanya mencium pipi Chiquita dan Pharita secara bergantian. Begitu kedua orang tuanya pergi, Pharita menoleh pada Chiquita yang masih saja mengacak makanan tanpa berniat memakannya.
Dia ingin menyuruh adiknya itu makan dengan benar. Namun, mereka masih belum berbicara sejak dia mengecewakan Chiquita minggu lalu hingga dia akhirnya menutup mulutnya.
**
Meskipun mereka sedang tidak dalam keadaan yang akur, Pharita tetap mengantar Chiquita ke sekolahnya. Karena Chiquita belum cukup umur untuk membawa mobil sendiri, Pharita dengan senang hati mengantar adiknya itu ke Sekolah.
Sebenarnya, ada supir pribadi yang bisa saja mengantar Chiquita. Namun Pharita akan lebih tenang jika Chiquita pergi bersamanya. Biasanya, supirnya itu hanya ditugaskan untuk menjemput Chiquita disaat dia masih sibuk dengan kuliahnya.
Mobil melewati gerbang Sekolah dan berhenti di parkiran, Chiquita pun bersiap untuk keluar dari mobil. Sebelum Chiquita melakukan itu, Pharita sudah menahannya hingga sang adiknya menoleh padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The flower ✅
FanfictionTerabaikan karena memiliki kakak yang sangat sibuk, Chiquita menempatkan dirinya menjadi sosok gadis yang pendiam. Cenderung menahan semuanya sendirian hingga keadaan tiba-tiba saja berubah. "Aku merindukan kita yang dulu, unnie, bisakah kita kemba...