Akhir hidup yang tenang bagi Pharita ialah... semua keluarganya berubah menjadi rukun.
Hanya itu yang Pharita inginkan dan sepertinya hal itu telah di capai. Besok, pikir Pharita. Besok adalah akhir dari segalanya bagi dia.
Dan, di mulainya kehidupan baru bagi Chiquita dan jujur saja, Pharita mulai gugup. Semalam, Chiquita mulai kesakitan lagi dan Pharita tidak tahu apa yang terjadi pada adiknya.
Tapi Pharita tahu jika jantung adiknya semakin bermasalah dan semalaman, Pharita menjaga Chiquita, menahan rasa sakit saat adiknya mencengkram tangannya dengan erat.
Pagi ini, Chiquita lebih banyak tidur tapi Pharita lega karena itu artinya, Chiquita tidak merasakan sakit seperti semalam.
“Hai, Pharita...”
Asa dan Ruka hari ini berkunjung. Ya, semua orang cukup sibuk belakangan ini. Tetapi, semua orang tidak berhenti mengirim pesan beberapa kali guna menanyakan kesehatan Chiquita.
Sayangnya, tidak ada yang menanyakan keberadaannya. Tapi itu tidak masalah karena Pharita tahu, bukan dia yang sakit.
Wajar, semua orang menanyakan keadaan Chiquita, pikir Pharita. Menoleh pada Asa dan Ruka yang berjalan ke arahnya.
“Kebetulan sekali kalian tiba.” Kata Pharita, tersenyum menyambut kedua sahabatnya.
“Ada apa?” Tanya Ruka, menoleh pada Chiquita yang masih tertidur lelap. “Apakah dia baik-baik saja?”
“Semalam keadaan memburuk tapi dia akan baik-baik saja. Besok dia akan melakukan operasi.” Kata Pharita. “Tapi aku harus pergi, bolehkah aku berpesan sesuatu pada kalian?”
“Apa?” Tanya Ruka, menoleh pada Pharita.
“Tolong... apapun yang terjadi, jaga adikku, ya? Dia pasti senang memiliki kalian berdua sebagai kakaknya juga. Jadi, tolong jaga dia, ya?” Pinta Pharita, menatap kedua sahabatnya yang bingung. “Aku harus pergi.”
Dokter Park mengatakan bahwa dia harus melakukan serangkaian pengecekan kesehatan lagi sebelum dia akhirnya melakukan operasi dan jantung di angkat dari tubuhnya.
Ada kemungkinan, Pharita juga tidak bisa mengantar Chiquita ke ruang operasi besok karena dia juga akan berada di ruang operasi, tepat di sebelah ruang Chiquita.
“Pharita?” Panggil Asa lembut. “Apakah semuanya baik-baik saja?”
“Ya! Tentu saja!” Pharita tertawa, menyadari anehnya kata-kata yang terucap sebelumnya. “Aku hanya perlu pergi. Tapi bolehkah kalian ingat satu hal? Chiquita sangat menggilai bunga.”
Asa dan Ruka menatap Pharita semakin heran. Ada sesuatu yang aneh disini, yang tidak mereka ketahui apa itu.
“Pharita, serius. Ada apa?” Tanya Ruka, perasaannya mulai tidak tenang.
“Maksudku, kalian harus membawa bunga untuk menyambut kesembuhan adikku! Aduh! Ada apa sih dengan kalian?”
Pharita tertawa lagi, menutupi kegugupan yang dia rasakan. Dia bodoh sekali mengucap banyak hal pada kedua sahabatnya yang jelas dengan mudah mencerna sesuatu.
Tapi Pharita khawatir Chiquita tidak puas dengan penyambutan kesembuhannya dan Pharita ingin, meski dia tidak ada, Chiquita merasa bahagia saat melihat orang-orang yang menyambut kesembuhannya.
“Terkadang, kau bersikap aneh, Pharita.” Kata Asa menghela nafas.
“Dan membuatku takut.” Lanjut Ruka.
“Bukan apa-apa. Jangan berpikir terlalu jauh, oke?” Kata Pharita. “Jadi, bisakah kalian menjaga adikku saat ini?”
“Tentu saja. Aku akan melakukannya.” Kata Ruka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The flower ✅
FanfictionTerabaikan karena memiliki kakak yang sangat sibuk, Chiquita menempatkan dirinya menjadi sosok gadis yang pendiam. Cenderung menahan semuanya sendirian hingga keadaan tiba-tiba saja berubah. "Aku merindukan kita yang dulu, unnie, bisakah kita kemba...