BAB 30

540 81 28
                                    

Pharita membuka mata ketika pintu kamarnya terbuka dan dia melihat ayahnya muncul dengan ekspresi tegang di wajahnya. Melepaskan pelukan Chiquita secara perlahan, dia duduk dengan kening berkerut.

Appa? Ada apa?”

“Hei, Pear. Apa kabarmu?”

Pear.

Nama panggilan itu disebut dengan tiba-tiba oleh ayahnya, sesuatu yang sangat jarak di lakukan oleh ayahnya. Dulu, kedua orang tuanya sering memanggilnya seperti itu sebagai panggilan sayang.

Tapi beranjak remaja, entah bagaimana panggilan tersebut hilang begitu saja. Jadi wajar, Pharita merasa heran dengan panggilan tersebut.

“Aku baik-baik saja, appa.” Jawab Pharita. “Sejak aku istirahat di rumah, aku baik-baik saja. Aku merasa bisa bernafas lebih lega.”

Maksudnya, secara fisik maupun mental, dia kini mulai tenang. Dia sering berlatih untuk menguatkan paru-parunya dengan berjalan santai di pagi hari.

Selama hampir dua minggu, dia melakukan itu dengan rutin. Dengan Chiquita yang menemaninya sebelum adiknya pergi ke sekolah, dia merasa cukup sehat.

Dua hari lalu, dia juga mulai berenang meskipun hanya 15 menit. Dia merasa cukup yakin untuk kembali beraktifitas seperti sebelumnya. 

“Senang sekali mendengarnya.” Kata Hyunbin, berdehem dan tampak tidak yakin dengan dirinya sendiri. “Jadi, aku ingin menanyakan tentang sesuatu padamu. Tapi, mungkin kita bisa bicara di ruang kerjaku?”

Pharita merasa penasaran dan melihat bahwa ayahnya menatap Chiquita yang tertidur pulas. Dia langsung menyadari jika ayahnya tidak ingin bicara di hadapan Chiquita.

“Oke, appa. Ayo kita ke ruang kerjamu.” Kata Pharita sambil menganggukkan kepalanya.

Mereka keluar dengan hati-hati. Pharita menutup pintu tanpa membangunkan Chiquita. Ketika dia berjalan menuju ruang kerja ayahnya mengenakan lift, dia melebarkan mata melihat betapa berantakan ruang kerjanya itu.

Kertas berserakan di lantai, begitu juga dengan file-file. Pharita berjalan dan merapikannya. Dia juga melihat file yang sengaja di robek. Dan dia mengerutkan kening saat dia melihat apa ini.

Appa, ini laporan keuangan.” Kata Pharita sambil mengerutkan kening saat dia memperhatikan file itu dengan lebih sesama. “Perusahaanmu sedang mengalami penurunan saham?”

Hyunbin tidak menjawab. Tapi wajahnya yang tampak kacau menjelaskan segalanya. Dia berjalan ke arah Pharita dan menggenggam tangan putrinya.

“Pear...” Kata Hyunbin. “Bantu Appa, tolong...”

Pharita terdiam. Sekarang, dia menyadari mengapa ayahnya tiba-tiba saja menyebut nama panggilan itu. Karena ayahnya membutuhkan bantuannya.

“Apa, Appa? Kau ingin aku segera bekerja di kantor lagi?” Tanya Pharita langsung mengerti.

Ayahnya langsung menunduk, seolah malu untuk meminta itu secara langsung. Pharita tahu, adiknya mungkin akan kesal jika dia tahu apa yang di lakukan ayahnya saat ini.

Tapi jika perusahaan ayahnya sungguh mengalami penurunan, semuanya akan berdampak pada keluarganya dan Pharita tidak mau hal itu sampai terjadi.

“Oke, Appa. Aku akan mulai bekerja lagi besok.” Kata Pharita sambil tersenyum menenangkan.

“Tidak perlu besok jika kau masih merasa kurang sehat.” Kata Hyunbin, matanya sedikit melebar. Dia jelas tak menyangka jika Pharita akan langsung menyetujuinya.

“Aku akan baik-baik saja, aku janji, Appa.” Kata Pharita.

Hyunbin menghela nafas, dia tampak lega sebelum dia menarik Pharita ke pelukannya. Sejujurnya, Pharita tersenyum miris saat ini.

The flower ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang