BAB 40

439 83 21
                                    

Rasa sakit itu menghujam bukan hanya sekedar di dadanya, tapi di seluruh tubuhnya. Begitu sakit hingga rasanya, Chiquita hanya ingin mengakhiri hidupnya.

Yang membuatnya menderita, Chiquita bahkan di larang untuk meringkuk karena tubuhnya di penuhi kabel.

Serta obat penenang yang bernama Pharita juga tidak ada. Dia pergi bahkan sebelum Chiquita sempat bangun yang membuat Chiquita semakin menderita.

Dia menangis, hingga dadanya mulai sesak. Yejin berusaha untuk menenangkan rasa sakit itu namun usapannya tidak seefektif Pharita.

“Aku ingin sakit ini di hilangkan, eomma. Aku tidak bisa tahan lagi, aku tidak bisa.” Isak tangis Chiquita hanya membuat dadanya semakin sesak.

Sssttt, jangan menangis, sayang. Kau hanya membuat dadamu semakin sakit. Tahan, ya? Aku yakin kau adalah gadis yang kuat.” Bujuk Yejin.

Tidak ada yang bisa dia lakukan saat ini. Dokter sudah menyuntikkan obat pereda rasa sakit tapi sepertinya, obat itu hanya ampuh selama beberapa saat.

Karena beberapa jam berikutnya, Chiquita tetap saja menderita.

“Daripada seperti ini, mengapa Tuhan tidak mencabut nyawaku saja? Biarkan aku tenang...” Ucap Chiquita, tidak bisa berpikir panjang saat berbicara lantaran rasa sakit yang di rasakannya.

“Chiquita, jangan berkata seperti itu. Eomma tidak suka. Jika unnie-mu mendengar, dia pasti juga akan sedih.” Ucap Yejin, berusaha untuk tidak menangis.

Jika Tuhan bisa memindahkan rasa sakit ini, Yejin sungguh bersedia untuk menggantikannya saat ini agar putrinya tidak tersiksa.

Namun sayang, Tuhan memberikan rasa sakit itu pada Chiquita. Gadisnya yang biasanya kuat, sekarang rapuh luar biasa hingga tampak menyerah.

“Tapi aku tidak tahan, eomma. Aku tidak tahan lagi.” Chiquita memejamkan matanya dengan kuat.

Berharap rasa sakit itu mereda, namun bukannya mereda, Chiquita malah merasakan sakitnya beribu kali lebih sakit dari sebelumnya.

Seolah Tuhan sedang menghukumnya. Seolah Tuhan tidak suka jika dia tenang sebentar saja.

Rasa sakit yang tidak biasa yang membuat Chiquita ingin semua kehidupannya berakhir.

Pharita mungkin akan sedih, tapi Chiquita yakin jika Pharita akan mengikhlaskan kepergiannya, demi agar dia tidak sakit lagi.

Iya kan?

“Sayang, tolong lakukan sesuatu. Minta dokter untuk lakukan sesuatu agar Chiquita tidak seperti ini. Aku mohon...” Yejin terisak, memohon pada Hyunbin yang sedang melakukan sesuatu pada ponselnya.

Sejak tadi, Hyunbin berusaha menghubungi Pharita akan tetapi putri pertamanya itu tidak menjawab.

Padahal saat-saat seperti ini, Chiquita sedang sangat membutuhkannya. Sebenarnya, dimana Pharita sebenarnya?

“Hentikan, Hyunbin. Jika dia memang peduli pada adiknya, dia akan datang saat ini juga!” Jerit Yejin kesal ketika Hyunbin hanya terus berusaha menelepon Pharita. “Panggil dokter, perawat atau siapapun untuk membuat rasa sakit anak kita mereda!”

Ponsel itu di lempar oleh Yejin hingga pecah. Mungkin jika Chiquita tidak sedang sakit, Chiquita akan terkejut.

Namun, rasa sakit di seluruh tubuhnya membuat Chiquita tidak mempedulikan jeritan ibunya karena pikirannya sendiri terus menjerit mengatakan bahwa dia hanya ingin mati.

Mungkin itu lebih baik karena dia tidak perlu merasakan sakit itu.

“Panggil dokter sekarang juga, Hyunbin.” Ujar Yejin tegas sebelum dia berjalan kembali ke arah Chiquita.

The flower ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang