BAB 34

504 81 22
                                    

Selagi Chiquita bersenang-senang, menikmati air di dalam kolam renang bersama ketiga sahabatnya, Pharita memutuskan untuk beristirahat sejenak.

Karena hanya memiliki satu paru-paru, sepertinya Pharita tidak bisa berenang lebih lama.

Ruka dan Asa tengah berjemur, mereka berdua berbaring di kursi santai. Pharita menyusul, menatap Asa yang kini sedang sibuk memainkan ponselnya.

Kening wanita itu berkerut dalam. Pharita menepuk lembut bahu sahabatnya itu, membuat Asa sedikit tersentak.

Ponsel jatuh menimpa wajahnya. Asa memekik, mengusap hidungnya yang terkena ponsel. Mata Pharita melebar, tak menyangka bahwa Asa sangat terkejut seperti itu.

“Kenapa?” Ruka menoleh, menyelipkan kacamata ke kepalanya untuk memeriksa Asa yang menjerit.

“Ya ampun, Asa... aku minta maaf. Aku hanya menyapamu. Tidak sangka, aku malah membuatmu terkejut.” Kata Pharita, duduk di samping Asa yang kini duduk juga, memasang wajah bersalah.

“Tidak apa-apa,” Asa terkekeh meskipun masih merasakan sakit. “Aku yang memang terlalu fokus pada ponsel hingga terkejut dengan sapaanmu.”

Pharita menoleh pada ponsel Asa yang memang masih menyala. Menyadari apa yang membuat Asa begitu fokus, dia mengambil ponsel itu.

Sosial media Karina, itulah yang Asa sedang lihat.

Karina juga sedang liburan, oke? Ini pasti kebetulan, kan? Karena memang semua orang sedang berlibur juga.

Tapi, melihat keterangan lokasinya, nama pantai yang di kunjunginya, bahkan keterangan postingannya, Pharita langsung mengerutkan keningnya.

Kami melihatmu dari kejauhan, kawan!

Kami? Yah... itu agak aneh.

“Itu mungkin kebetulan saja.” Kata Asa, menyambar ponselnya dari tangan Pharita.

“Jadi, Karina sedang berada di Swiss juga? Pantainya dekat dengan hotel kita.” Kata Pharita, kecemasan terlihat jelas di wajahnya.

“Dia ada di Swiss?” Tanya Ruka yang juga langsung duduk, melihat ponsel Asa. “Dengan siapa dia liburan? Disini tertulis kami.”

Itu juga yang Pharita pikirkan.

Karena Karina menyebut kata kami sementara wanita itu hanya memposting fotonya seorang diri, Pharita ingin tahu siapa yang wanita itu maksud.

“Ayolah, teman-teman. Jangan berpikir berlebihan. Sudah kubilang, ini hanyalah kebetulan.” Asa tertawa tidak nyaman.

“Tidak mungkin.” Ruka menolak percaya bahwa ini hanya kebetulan semata, mengingat wanita itu bersikap belakangan ini.

“Lalu apa?” Tanya Asa datar. “Kau ingin kita mencari tahu padahal kita sedang liburan?”

“Ya.” Kata Ruka, menjawab tanpa keraguan. “Kita harus mencari tahu. Kita berdua tahu Karina agak membahayakan belakangan ini. Kau ingat dia sering melihat ke arah kita, bukan?”

Pharita menggigit bibirnya. Meskipun memang, tidak ada yang terjadi, tapi memang Karina sering sekali melihat ke arah mereka dengan tatapan penuh arti.

Tapi karena Karina tidak melakukan apapun selain hanya menatap mereka, Pharita berhasil mengabaikannya.

“Mungkin Ruka benar. Hanya untuk berjaga-jaga saja, kita perlu mencari tahu.” Kata Pharita.

“Ya ampun, terkadang kalian terlalu berlebihan, tahu?” Gumam Asa, menolak untuk mencari tahu.

“Asa, kita harus melakukannya sebelum hal buruk terjadi.” Kata Ruka, meyakinkan Asa.

The flower ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang