BAB 4

988 99 14
                                    

Dengan kaki menjulur ke depan, Pharita membiarkan Chiquita membaringkan kepala di pangkuannya. Dia hanya bisa tersenyum lembut sambil mengusap rambut adiknya, sementara Chiquita sedang sibuk membuka album foto masa kecil mereka.

Mereka sedang berada di kamar saat ini. Sejak berbaikan tanpa kata maaf itu, Chiquita sudah tidur di kamar Pharita dalam dua malam dan itu atas permintaan Pharita sendiri.

Meskipun mereka merasa sudah dewasa, namun kedekatan antara adik kakak itu tidak dapat di sangkal. Dan meskipun Pharita sendiri merasa agak kaku saat memperlihatkan kasih sayang pada adiknya, tapi melihat Chiquita tersenyum dengan mata yang sangat cerah membuat dia menghilangkan sikap kikuknya dan ingin memperlihatkan pada Chiquita seberapa sayang dia pada sang adik.

Walau dia di anggap sebagai kakak yang egois baik oleh Chiquita maupun teman-teman dari adiknya.

Unnie, lihat ini! Apa kau ingat hari ini?!” Chiquita dengan semangat menunjukkan foto saat dimana mereka sedang berlibur ke pantai.

“Kau menangis karena hampir terseret ombak.” Ucap Pharita menatap foto itu sambil mengenang momennya.

“Dan aku ingat kau berlari kencang dan menyeretku dari air laut. Kau menyelamatkanku.”

“Hmmm, unnie akan selalu menyelamatkanmu. Tidak akan sekali pun unnie melihat kau celaka dan terluka.” Ucap Pharita mengucap penuh janji dalam hati.

Chiquita meletakkan album foto itu di perutnya dan mendongkak, menatap mata kakaknya yang teduh. Kakaknya yang sampai kapanpun akan selalu menjadi pelindungnya.

“Terima kasih sudah menjadi kakak terbaik untukku, unnie.”

Menyelipkan rambut ke belakang telinga, Pharita tersenyum.

Unnie akan melakukan yang terbaik untuk menjagamu tetap aman. Jangan pernah ragukan itu, Canny.” Ucap Pharita penuh keyakinan.

Chiquita menganggukkan kepalanya. Meskipun dia kemarin sempat kecewa pada Pharita, namun dia tidak pernah ragu akan Pharita yang akan selalu menjaganya.

“Tetaplah sehat agar kau bisa terus menjagaku.” Pinta Chiquita dengan keseriusan di matanya.

“Hm. Aku berjanji akan tetap sehat untukmu.”

Untuk Chiquita, Pharita akan melakukan apa saja. Dia mungkin melakukan kesalahan kemarin. Tapi dia tak akan mungkin secara sengaja menyakiti adiknya. Tak akan mungkin.

Karena jika Chiquita tidak tahu, Chiquita adalah penopang hidup Pharita. Kebahagiaannya. Jika Chiquita bahagia, dia juga akan bahagia.

**

“Pharita?”

Hyunbin memanggil putrinya ketika keluarganya sedang makan malam. Beberapa terakhir ini, mereka sudah sangat jarang makan malam bersama. Tentu saja kesibukan semua orang yang ada di meja membuat mereka sulit untuk berkumpul seperti ini.

“Ya, appa?” Pharita mengangkat pandangan dari makanannya untuk menatap sang ayah.

“Aku baru saja menelepon dosenmu dan mendapat laporan tentang nilaimu.” Ucap Hyunbin yang membuat Pharita menegakkan tubuhnya.

Yeobo, ada apa?” Tanya Yejin bingung.

“Dia bilang nilaimu sangat bagus dan meneliti semua perkembangan nilaimu, aku rasa ini saatnya kau mulai belajar tentang perusahaan.” Ucap Hyunbin langsung pada poinnya.

Appa,” Lirih Chiquita. “Tapi unnie masih kuliah.”

Appa tahu dan Appa tidak menyuruh unnie-mu untuk mengambil alih perusahaan secara langsung. Jadilah anak buah Appa. Belajar langsung ke lapangan lebih baik daripada harus terus belajar terus menerus secara teori. Bagaimana? Apa kau sanggup?” tanya Hyunbin pada Pharita yang kini menegakkan tubuhnya.

The flower ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang