BAB 6

717 88 19
                                    

“Seokjin Oppa?” Panggil Chiquita pada pria yang tengah ada di depan halaman mansion itu.

“Selamat pagi, Chiquita. Mobil sudah siap mengantarmu. Siap berangkat?” tanya Seokjin yang sudah cukup lama bekerja dengan keluarganya itu.

“Pharita unnie—”

“Dia sudah pergi lebih dulu. Dia memintaku untuk mengantarmu hari ini.” Ucap Seokjin menjelaskan dan hal itu membuat Chiquita mengerutkan kening.

Ada rasa tak senang di hati Chiquita karena Pharita tidak mengantarnya. Biasanya meskipun Pharita tidak menjemputnya, kakaknya itu akan selalu mengantarnya sekolah.

Sekarang Pharita bahkan tidak mau mengantarnya ke sekolah? Kenapa? Apakah karena dia lupa membelikan gelang hari kemarin?

Tapi, bukankah kakaknya itu mengatakan dia baik-baik saja dan tidak marah karena hal itu. Lalu kenapa sekarang tiba-tiba Pharita menyerahkan tugas itu pada Seokjin?

“Apakah dia memberitahu alasannya?” Tanya Chiquita.

“Dia hanya bilang, dia takut terlambat.” Jawab Seokjin, menyadari perubahan di raut wajah Chiquita dan dia perlahan membuka pintu mobil. “Ayo, kita pergi. Sebelum terlambat.”

Chiquita menghela nafas. Seketika, kecewa pada perubahan itu. Lagi-lagi, kakaknya itu membuatnya kecewa. Lagi, Chiquita merasa Pharita tidak bisa memegang janjinya.

**

Pharita terengah-engah ketika mendatangi kedua sahabatnya yang hanya bisa menatap dengan rasa kasihan padanya. Mengabaikan tatapan itu, Pharita duduk di antara mereka dan membuka kotak bekalnya.

“Kau pergi sepagi ini ke kampus demi memberi sarapan untuk Yeonjun dan mengabaikan sarapanmu sendiri? Kau benar-benar gila, Ri.” Gumam Asa sambil menggelengkan kepalanya. 

“Diamlah. Aku bahkan meninggalkan adikku pada Seokjin Oppa karena aku harus memberi sarapan pada Yeonjun. Dia marah padaku dua hari ini. Jadi saat dia bilang dia lapar dan butuh sarapan, tentu saja aku tidak mau menyiakan kesempatan.” Jelas Pharita sambil menggigit sarapannya.

“Tapi dia punya uang hanya untuk sekedar membeli sandwich, bukan?” Tanya Ruka dengan wajah heran. Kenapa harus menyuruh Pharita pergi ke kelasnya di pagi hari daripada membeli sarapan di jalan?

“Untuk apa beli kalau dia bisa mendapatkannya dariku?”

Ruka dan Asa hanya bisa saling menatap diam-diam mendengar balasan Pharita. Mereka semakin tidak senang karena sepertinya Yeonjun sudah cukup membuat pikiran Pharita kacau.

Sahabatnya itu bahkan jatuh sakit karena pria itu. Tapi sampai sekarang, Pharita tampaknya masih ingin saja mengejar Yeonjun.

“Dan bagaimana adikmu? Jika dia tahu dia di singkirkan karena seorang pria, dia pasti akan sangat kecewa.” Ruka mengingatkan. Berharap, mengangkat nama adiknya, Pharita akan segera sadar.

“Aku tahu. Aku akan mencari cara untuk menjemputnya sore ini untuk menebus kesalahanku.” Ucap Pharita.

Pagi itu, dia mendapatkan laporan dari Seokjin jika dia sudah mengantar Chiquita dengan selamat. Dia juga mengatakan bahwa Chiquita tampaknya tidak senang di antar olehnya.

Maka, Pharita harus berusaha untuk mencari waktu untuk menjemput adiknya itu. Ya, harus.

**

“Kau selalu murung setiap menceritakan tentang kakakmu.” Komentar Rami.

“Kalau kau jadi aku, apa kau tidak kesal? Unnie-ku selalu mengantarku setiap hari. Tapi pagi ini?” Chiquita menghela nafas, tidak mau memikirkan ini tapi sungguh sikap Pharita mengganggunya.

The flower ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang