Perizinan dokter tentang permintaan Chiquita cukup sulit akan tetapi, akhirnya dia di izinkan pulang. Dan karena ayahnya juga membawa jet pribadi, hal itu mempermudah segalanya.
Setelah menelepon pihak penerbangan dan menjadwalkan penerbangan mereka, akhirnya Chiquita merasa cukup tenang untuk duduk di pesawat meskipun dadanya terasa sangat nyeri.
“Apakah kau baik-baik saja, nak? Merasa nyaman?” Tanya Yejin dengan penuh kelembutan.
“Ya,” Jawab Chiquita singkat.
Sejujurnya, rasa sakit di dadanya belakangan ini semakin sakit. Tapi, Chiquita lelah untuk mengeluh pada orang sekitarnya.
Karena apa? Meskipun dia mengeluh, dia tidak mendapatkan apapun untuk meredakan sakitnya. Penggunaan obat saja cukup membahayakan untuknya.
Seolah Chiquita berada di titik yang serba salah. Meskipun kabel di seluruh tubuhnya terlepas, tapi tanpa oksigen di hidungnya? Chiquita tidak yakin dia bisa bernafas dengan baik.
“Eomma?” Panggil Chiquita pelan.
“Ya, sayang? Apakah kau butuh sesuatu?” Tanya Yejin dengan penuh kasih sayang.
“Kenapa Pharita unnie tidak terbang bersama kita? Kenapa kau menyuruhnya melakukan penerbangan secara terpisah?” Tanya Chiquita, merasa sedih.
Yejin sedikit tertegun dengan pertanyaan tersebut. Menatap Hyunbin yang juga menatapnya ketika putri mereka bertanya seperti itu.
“Dia bersama teman-teman, sayang. Dia juga membawa pesawatnya jet pribadi ayahmu. Jadi, dia harus melakukan penerbangan secara terpisah.”
Sayangnya, dalam satu hari hanya ada satu penerbangan pribadi yang di izinkan hingga akhirnya hanya Chiquita-lah yang pulang terlebih dahulu.
Dan sejujurnya, alasan itu tidak masuk akal. Jet pribadi ini luas. Jika ibunya mengizinkan, kakak dan seluruh teman-temannya bisa berada di jet yang sama saat ini.
Bukan malah memisahkannya seperti saat ini.
“Eomma, jangan membenci unnie.” Ujar Chiquita, menatap ibunya itu sungguh-sungguh.
Kembali tertegun, ibunya itu menggelengkan kepala.
“Tidak ada yang membenci kakakmu.” Bantah Yejin sambil mengalahkan pandangan ke arah lain, tidak sanggup menatap wajah putrinya saat ini.
“Kakakku juga putrimu, eomma. Jangan sebut seperti itu.” Kata Chiquita. “Jika aku tidak ada, hanya dia yang kau miliki.”
Yejin menatap kembali ke arah Chiquita, matanya melebar, begitu juga dengan ayahnya.
Chiquita tidak pernah secara lantang membicarakan hal-hal seperti itu tapi ada kalanya, Chiquita merasa sangat lelah, seperti saat ini.
“Nak,” Hyunbin memotong pembicaraan itu karena tahu istrinya tidak bisa berbicara lagi. “Penerbangan ini sangat panjang. Ayo, berbaring dan tidurlah.”
Chiquita menganggukkan kepalanya. Tangannya terulur ke arah ibunya, dia menggenggamnya dengan erat.
“Tolong berjanji padaku untuk perbaiki hubunganmu dengan Pharita unnie, eomma. Buang pikiran bahwa apa yang terjadi adalah salah unnie. Karena tidak, tidak ada yang salah di sini. Jadi aku mohon, jangan benci dia. Jangan salahkan dia.” Pinta Chiquita dengan lebih sungguh-sungguh.
Begitu mendengar kata-kata putrinya, air mata Yejin menetes dan dengan cepat, dia menghapus air mata itu. Kenapa dia merasa ini adalah permintaan terakhir putrinya?
“Aku tidak menyalahkannya.” Kata Yejin, membalas genggaman tangan Chiquita, membawa tangan itu ke bibirnya dan menciumnya berulang kali.
“Tolong sayangi dia seperti kau menyayangiku, eomma.” Kata Chiquita, kali ini suaranya lebih pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The flower ✅
FanfictionTerabaikan karena memiliki kakak yang sangat sibuk, Chiquita menempatkan dirinya menjadi sosok gadis yang pendiam. Cenderung menahan semuanya sendirian hingga keadaan tiba-tiba saja berubah. "Aku merindukan kita yang dulu, unnie, bisakah kita kemba...