BAB 35

511 86 6
                                    

Terlalu sulit untuk tidak memperlihatkan kegelisahan yang di rasakannya saat ini.

Pharita mencoba untuk tertidur lelap, tubuhnya terasa lelah, pikiran pun berkecamuk. Akan tetapi, setiap matanya terpejam selama satu menit saja, dia kembali membuka mata.

Tidak bisa merasa tenang, Pharita menoleh pada Chiquita yang tampaknya sudah tertidur nyenyak.

Menghela nafas panjang, Pharita pun menyingkirkan selimutnya. Mengenakan sandal hotel yang hangat, Pharita membuka jendela yang menghubungkannya ke balkon.

Angin yang cukup dingin membuat Pharita mengeratkan tangan ke tubuhnya sendiri. Matanya memandangi pemandangan sekitar, berusaha untuk menenangkan diri.

Dia memejamkan mata, membiarkan angin menerpa wajahnya.

Bertepatan dengan itu, sebuah tangan melingkarinya dari belakang. Pharita sedikit tersentak karena sentuhan itu.

“Kau selalu saja seperti ini.” Ucap Chiquita bergumam.

“Hmmm?”

“Menyendiri jika ada sesuatu yang membuatmu resah.”

Pharita tersenyum tipis, menarik tangan Chiquita hingga adiknya memeluknya dengan lebih erat. Kenapa dia lupa kalau adiknya termasuk pengamat yang begitu cerdas?

“Kau selalu tahu jika aku sedang resah, bukan? Terkadang, aku berharap kau tidak terlalu cerdas.” Ucap Pharita sambil terkekeh.

Chiquita hanya mendengus sambil melepaskan pelukan itu. Pharita berbalik hingga mereka saling menghadap satu sama lain.

“Tidak perlu menjadi orang cerdas untuk tahu bahwa ada sesuatu terjadi padamu, unnie. Wajahmu menjelaskan segalanya.” Ucap Chiquita.

“Kalau begitu, aku benci wajahku karena terkadang dia sulit berbohong.” Ucap Pharita tertawa masam.

Unnie,” Desah Chiquita menghela nafas panjang. Matanya menunjukkan kesedihan. “Ada apa? Apakah sesuatu terjadi padamu? Kau bisa mengatakan sesuatu padaku, tahu?”

Pharita menunduk, menggigit bibirnya dengan resah. Haruskah dia membicarakan hal ini dengan Chiquita? Ini pasti akan mengganggu liburan adiknya.

Tidak, tidak. Mereka baru saja menikmati liburan singkat. Sementara Pharita ingin, semua orang menikmati liburannya.

Tetapi, bagaimana bisa dia menikmati liburannya jika pikirannya terlalu kalut?

Unnie, tolong bicara padaku. Kau seperti ini malah membuatku takut, tahu?” Ujar Chiquita memohon.

“Aku... tidak apa-apa. Hanya beberapa pekerjaan yang membuatku pusing. Itu saja.” Ucap Pharita.

Chiquita menatapnya lagi dan hal itu membuat Pharita resah. Apakah adiknya mempercayai alasannya?

“Apakah kau yakin ini karena pekerjaan, unnie?” Tanya Chiquita, tampak tidak yakin.

“Yah, begitulah. Terkadang pekerjaan bisa membuatmu sakit kepala.” Ujar Pharita terkekeh.

“Tapi, apakah Ruka unnie dan Asa unnie juga pusing karena pekerjaan?” Chiquita kembali bertanya.

“Apa?”

“Karena... aku menyadari bahwa bukan hanya kau saja yang resah akan tetapi, kedua temanmu juga. Pasti ada alasannya, kan?”

Oh.

Pharita menunduk. Dia tidak dapat menjelaskan tentang hal itu. Pandangannya kembali terangkat saat dia melihat ekspresi Chiquita yang terluka.

“Kenapa kau selalu senang menyembunyikan sesuatu dariku, unnie? Bukankah aku adikmu?” Tanya Chiquita, tampak terluka dan kecewa.

The flower ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang