EPILOG

544 81 22
                                    

Ada bunga yang layu, kemudian pada musim berikutnya, bunga lain bermekaran begitu indah.

Agaknya, berlebihan jika menyamakan suatu kehidupan dengan bunga. Tapi Chiquita merasakan hal itu dalam hidupnya.

Suatu kehidupan yang layu penuh kesedihan. Bersusah payah membentuk apa yang sebenarnya tidak di inginkan. Tetapi dia tahu, itu memang harus di lakukan.

Kesedihan yang teramat dalam sejak kepergian kakaknya adalah proses terberat dalam menjalani kehidupan bagi seorang Chiquita.

Sangat menyedihkan melihat orang-orang berhasil melewati kesedihan itu. Bahkan kedua orang tuanya kembali beraktifitas tepat satu bulan setelah kematian kakaknya namun dia tidak berhasil melakukan itu.

Pertama kali Chiquita kembali ke sekolah rasanya tidak menyenangkan. Rasanya sangat salah hidup tanpa kehadiran kakaknya.

Unnie...” Panggil Chiquita, matanya berkaca-kaca saat dia melihat Pharita tersenyum, dengan gaun cantik berwarna putih. Kakaknya itu terlihat begitu sempurna.

Hai, adikku tersayang. Kenapa kau terlihat begitu sedih?” Tanya Pharita.

Aku tidak bisa, unnie. Aku tidak sanggup memenuhi permintaanmu hari itu.” Bisik Chiquita, tangannya gemetar.

Pharita meletakkan tangan di atas tangan Chiquita, masih tetap tersenyum.

Kau bisa melakukannya, sayang. Unnie yakin. Karena unnie tahu, adik unnie adalah orang yang sangat kuat.”

Tidak, unnie! Jerit Chiquita, putus asa. Menatap Pharita dengan pandangan memohon. “Tidak bisakah kau kembali saja padaku? Aku benci sendirian saat ini. Kau... aku akan melakukan apapun agar kau kembali. Aku rela kembali gadis yang sakit. Aku janji tidak akan mengeluh kesakitan, unnie. Aku janji asalkan kau berada di sampingku.”

Chiquita menangis dalam pelukan Pharita. Rasanya sakit, lebih menyakitkan lagi karena dia sadar pelukan itu hanya bisa dia rasakan dalam mimpi.

Tidak pernah ada lagi pelukan seperti ini di kehidupan nyata.

Tidak, Canny. Aku tahu kehidupan ini sangat sulit untukmu. Tapi aku percaya padamu. Aku tahu kau bisa melewati ini semua.

Itu adalah salah satu mimpi dari beberapa mimpi yang Chiquita alami. Entah bagaimana, mimpi itu sering terjadi dan menemani Chiquita menjadi kuat dalam prosesnya.

Dan ya, ketika Chiquita akhirnya berhasil bangkit, melewati hari selama berbulan-bulan bahkan tahun, sampai akhirnya Chiquita menginjak masa kelulusan sekolahnya, Chiquita membawa foto Pharita ke hari kelulusannya.

Dia percaya bahwa Pharita selalu tahu dan melihat setiap langkahnya. Dia benar-benar mempercayai hal itu.

“Chiquita!”

Jeritan seseorang membuat Chiquita menoleh dan dia melihat Ruka dan Asa, dua orang selain Pharita, yang benar-benar menjaganya seperti adik sendiri sejak Pharita pergi, melambaikan tangan ke arahnya dengan penuh semangat.

Unnie! Apa kabarmu?” Tanya Chiquita sambil tersenyum lebar.

“Kita berdua baik-baik saja! Ini untukmu!” Balas Asa dengan penuh semangat sambil memberikan buket bunga pada Chiquita.

Biasanya, bunga selalu memberinya lambang kesedihan karena bunga mengingatkan Chiquita pada Pharita.

Tapi dia berjanji untuk hari ini, tidak ada tangis kesedihan untuk kakaknya. Pharita selalu menyaksikannya dan dia ingin jika suatu saat Pharita muncul dalam mimpinya, kakaknya akan bangga dengan pencapaian di hari kelulusannya itu.

The flower ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang