Entah berapa lama Chiquita menahan rasa khawatir sekaligus kekesalan sepanjang perjalanan. Kedua tangan di atas pangkuan, dia merasa sangat gelisah dan tidak bisa mengatakan apapun kepada kedua temannya dan terus menggigit kukunya.
Ketika akhirnya tiba di Rumah Sakit, Chiquita mengamuk pada sang perawat yang tidak rupanya tidak menemukan Pharita di taman.
“Ini benar-benar salah kalian karena teledor menjaga kakakku! Bagaimana bisa kalian menyebut diri kalian perawat jika kalian melepaskan pasien begitu saja?!” Bentak Chiquita.
Wajahnya memerah, menandakan bahwa Chiquita sangat marah. Rami hanya bisa mengusap bahu Chiquita untuk menenangkan. Kedua temannya tidak bisa melakukan apapun saat ini.
“Jika sesuatu terjadi pada kakakku, aku bersumpah akan melaporkan kalian semua! Aku tidak akan berhenti menjatuhkan kalian semua sampai Rumah Sakit ini bangkrut! Apa kalian mengerti?!” Jerit Chiquita.
Tak ada satu pun perawat yang berani menjawab. Mereka semua ketakutan karena mereka tahu siapa ayah Chiquita. Keluarganya memiliki pengaruh besar di seluruh negara Korea.
Bukan hanya itu, ayahnya juga memiliki pengaruh besar di beberapa negara Asia dan Eropa yang membuat semua orang tunduk terhadap keluarga Hyunbin.
Apalagi dengan perawat kecil seperti mereka, tentunya tidak ada satu pun orang yang berani membantahnya.
“Ini! Aku mendapatkannya! Ini nona Pharita kan?” Seorang pria muncul dengan membawa tab di tangannya, lalu memutar sebuah video.
Chiquita merebut tab tersebut dari tangan pria itu dan menonton video tersebut dengan kedua temannya. Menoleh ke Rami dan Rora, Chiquita menghela nafas.
“Ini Ahyeon.” Gumam Rami.
“Kenapa dia bersama kakakmu?” Tanya Rora.
Chiquita juga memiliki pertanyaan yang sama. Kenapa kakaknya itu bersama Ahyeon, orang yang jelas-jelas belakangan ini telah membuat keadaan meresahkan?
Lift terbuka dan semua orang serentak menoleh. Ketegangan masih terasa di setiap perasaan semua orang saat seorang pasien muncul sambil berjalan lambat.
Pasien itu menunduk, belum menyadari dengan tatapan semua orang yang kini tertuju padanya. Sambil tetap memegang dadanya, dia terus berjalan tanpa mempedulikan sekitar.
“Unnie!”
Sampai kemudian teriakan Chiquita terdengar, Pharita mengangkat pandangan dan saat itu juga, dia menatap semua orang dengan bingung.
“Eoh, kenapa semua orang berkumpul di sini? Apakah sesuatu sedang terjadi?” Tanya Pharita sebelum pandangannya fokus pada adik dan kedua temannya yang masih mengenakan seragam. “Dan kalian... kenapa kalian ada di Rumah Sakit? Bukankah kalian seharusnya masih sekolah?”
Chiquita tidak peduli dengan tatapan bingung Pharita dan bergegas berlari memeluk sang kakak. Perasaan khawatir itu hilang saat akhirnya dia berhasil memeluk tubuh kurus kakaknya.
Setelah puas memeluk, Chiquita melepaskan pelukan itu dan menyisir rambut hitam Pharita yang terasa lembut. Dia mencium sudut bibir kakaknya sambil menghela nafas.
“Sepertinya, kau berhasil membunuhku secara perlahan, unnie.” Desah Chiquita.
“A-apa? Apa yang terjadi?”
Semua perawat akhirnya menghela nafas lega melihat Pharita kembali dalam keadaan baik-baik saja. Salah satu perawat pun memberanikan diri melangkah ke arah Pharita dan tersenyum kaku.
“Pergilah kembali ke ruanganmu. Ini jam makan siang dan kau harus meminum obatmu lagi.” Ujar sang perawat.
Chiquita mendelik saat perawat mencoba untuk membantu Pharita. Dia tidak akan mengizinkan siapapun untuk menyentuh kakaknya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The flower ✅
FanfictionTerabaikan karena memiliki kakak yang sangat sibuk, Chiquita menempatkan dirinya menjadi sosok gadis yang pendiam. Cenderung menahan semuanya sendirian hingga keadaan tiba-tiba saja berubah. "Aku merindukan kita yang dulu, unnie, bisakah kita kemba...