BAB 15

540 65 28
                                    

Saat hari sudah siang, Pharita baru bangun dari tidurnya dan dia menyadari dimana dia berada. Pikirannya langsung tertuju pada tiga hal.

Chiquita. Liburan. Pantai.

Membuka mata dengan cepat dan segera duduk, Pharita mendesis saat rasa sakit di dadanya menghujam dengan cepat. Dia memejamkan mata dengan kuat, berharap rasa sakitnya menghilang.

Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba saja dia merasa sakit? Kenapa sakit ini tidak mau menghilang? Astaga, dia merasa ketakutan sekarang.

Mencoba untuk menarik nafas yang berat, Pharita mengusap dadanya sendiri. Dia menoleh ke meja lampu tidur dan meraih segelas air disana lalu berusaha meneguknya.

Sekali lagi, Pharita mencoba untuk menetralkan pernafasannya. Ketika rasa sakitnya sedikit berkurang, Pharita pun akhirnya bangkit dari tempat tidurnya dan bertanya-tanya kemana adiknya itu.

Ini sudah siang. Mungkin adiknya itu pergi jalan-jalan dengan ibu dan ayahnya, pikir Pharita. Akhirnya, dia memutuskan untuk kembali ke kamarnya setelah tidak lupa dia mengantongi obat ke saku baju tidurnya.

Tiba di kamarnya, Pharita bertemu dengan Ahyeon yang rupanya sedang menikmati makan siangnya seorang diri. Ahyeon sedikit terkejut dengan kehadiran Pharita dan melihat wanita yang dia anggap sebagai kakaknya itu jalan tertatih-tatih, Ahyeon pun bergegas membantu Pharita.

"Terima kasih, Ahyeon." Ucap Pharita ketika dia duduk di sofa dan memperhatikan wajah Ahyeon. "Kulitmu sudah tidak semerah sebelumnya."

"Ya," Ahyeon tersenyum malu-malu yang membuat Pharita terkekeh dan mengusap puncak kepala Ahyeon karena merasa sikap Ahyeon lucu. "Ini semua berkatmu, unnie. Terima kasih banyak."

"Tidak masalah, Ahyeon. Aku senang kulitmu membaik. Nanti, aku akan belikan lagi obat untukmu supaya merahnya hilang, ya?" Tawar Pharita sambil tersenyum.

"Emmmm, tidak perlu, unnie. Aku... mungkin bisa pergi sendiri." Ucap Ahyeon sambil menunduk. Ekspresinya sedih dan Pharita langsung tahu ada sesuatu yang tidak beres terjadi.

"Ahyeon, kenapa? Apa kau baik-baik saja?" Tanya Pharita yang langsung panik ketika dia melihat mata Ahyeon berkaca-kaca. "Hei, lihat unnie dan katakan apa yang salah?"

Ahyeon semakin menunduk dan air matanya jatuh hingga Pharita pun segera menarik Ahyeon dalam pelukannya. Dia membiarkan Ahyeon menangis tersedu-sedu sementara dia mencoba untuk menenangkan Ahyeon dengan terus mengusap punggungnya.

"Hanya saja... Unnie, aku tidak pernah berniat membuatmu sakit. Jika aku tahu kau tidak bisa terkena hujan, aku pasti akan menghalangimu mencari obat untukku. Karenaku, kau sekarang jadi sakit seperti ini." Isak Ahyeon memeluk Pharita dengan erat.

"Ahyeon, tidak. Aku sakit bukan karenamu. Kenapa kau menyalahkan dirimu seperti itu? Siapa yang berkata seperti itu sampai kau bisa berpikir begini, hmm? Katakan pada unnie." Pharita mencoba untuk melepaskan pelukan Ahyeon dan menangkup kedua pipi Ahyeon, mengusap air mata yang jatuh di pipi Ahyeon itu dengan ibu jarinya.

"Chiquita." Kata Ahyeon dan Pharita menatapnya dengan bingung. "Dia yang mengatakan bahwa kau sakit...  karenaku. Tapi unnie, aku tidak pernah bermaksud untuk menyakitimu. Aku tidak mungkin melakukan itu."

Ahyeon kembali menangis dan Pharita terdiam. Chiquita? Chiquita adiknya yang lembut dan penyayang itu bicara seperti itu pada sahabatnya sendiri?

Rasanya seperti sangat tidak mungkin adiknya mengatakan itu. Tapi, Ahyeon menangis kencang dan tidak mungkin Ahyeon menangis tanpa alasan, bukan? Kenapa? Kenapa adiknya itu mengatakan hal itu pada sahabatnya sendiri? 

The flower ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang