Ketika Chiquita melihat mata kelopak mata Pharita bergerak-gerak, Chiquita pun langsung bergegas berdiri tepat di samping Pharita. Menggenggam tangannya yang masih terasa dingin, Chiquita pun mengusap lembut telapak tangan itu.
Rasa takut masih mencekam dan itu tidak berhenti. Jantung Chiquita masih berdegup kencang dan menunggu dengan perlahan mata Pharita akhirnya terbuka. Air mata Chiquita kembali menetes ketika dia langsung menekan kening Pharita dengan bibirnya, memberi ciuman yang kuat di pelipisnya.
“Terima kasih sudah kembali padaku, terima kasih banyak.” Bisik Chiquita sambil terisak.
Tangan Pharita bergerak. Meskipun lemah dan tidak sekuat biasanya, Pharita tetap membalas genggaman tangan Chiquita yang membuat Chiquita langsung menatap Pharita dengan lembut.
“J-jangan menangis...” Bisik Pharita. Dalam setiap tarikan nafasnya, Chiquita dapat melihat kesulitan yang di rasakan oleh kakaknya. “Maafkan aku.”
Chiquita menggelengkan kepalanya dan kembali mencium kening Pharita. Suhu tubuh Pharita masih dingin meskipun AC sudah di matikan oleh Yejin sebelumnya.
“Apa yang kau rasakan saat ini, unnie? Apa kau membutuhkan sesuatu?” Tanya Chiquita dengan lembut.
“Tidak nyaman. Sakit.” Balas Pharita lemah. Tangannya bahkan bergetar ketika dia mencoba untuk meraih sesuatu yang menghalangi mulutnya.
Sebelum Pharita sempat meraihnya, Chiquita menahan tangan Pharita dan mencium tangan itu. Tangisannya kembali terdengar. Hatinya sakit melihat betapa tidak bertenaga Pharita saat ini.
“Jangan di lepas. Kau membutuhkan masker oksigen untuk bernafas. Jika kau merasa lebih baik nanti, dokter pasti mengizinkanmu untuk melepasnya.” Kata Chiquita. “Jadi jika kau ingin melepasnya, kau harus cepat sembuh, hmm?"
Pharita hanya memejamkan matanya, seolah mendengar permintaan Chiquita yang memintanya untuk sembuh teramat sulit untuknya dan Chiquita merasakan sesuatu menusuk dadanya. Dia sangat takut sesuatu terjadi pada Pharita. Chiquita sungguh takut.
Saat itu, pintu ruang rawat Pharita terbuka dan Chiquita menoleh ketika dia mendapati kedua orang tuanya muncul dengan wajah lelah. Tapi wajah lelah itu tampak cerah ketika mereka mendapati Pharita membuka matanya.
“Nak, kau sudah bangun? Apakah kau baik-baik saja, sayang?” Yejin bergegas berlari ke samping Pharita dan mengusap rambutnya dengan penuh kasih sayang.
“Aku akan memanggil dokter.” Ujar Hyunbin dengan suara yang tegang dan Chiquita hanya bisa menganggukkan kepalanya.
Tiga hari tanpa Pharita yang membuka mata sangat menakutkan. Dan hari ini, melihat Pharita membuka mata seperti memberi sinar pada keluarga kecil ini.
***
“Keadaannya belum stabil. Seperti yang aku bilang, paru-parunya mengalami kebocoran dan cairan menggumpal di sekitar paru-paru. Dia harus segera di operasi.” Kata sang dokter menjelaskan setelah dia memeriksa kondisi Pharita.
Jelas sekali, wajah Pharita ketakutan dan Chiquita lekas memeluk tubuh Pharita. Sejak bangun, Chiquita berulang kali memberi ciuman untuk menenangkan Pharita.
Mereka berdua sadar, sudah sangat lama mereka tidak pernah berdekatan seperti ini. Akan tetapi sakitnya Pharita membuat Chiquita memperlihatkan seluruh kasih sayangnya pada sang kakak.
“A-aku tidak mau.” Kata Pharita sambil menggelengkan kepalanya. Dia menatap ibunya dengan pandangan memohon yang membuat Yejin tidak berdaya saat itu.
“Unnie, kau harus di operasi. Jika tidak...”
“Di operasi atau tidak, aku tetap sakit, Canny.” Balas Pharita. “Benar kan, dokter? Apakah dengan operasi kau akan membuatku sembuh seratus persen? Akan membuatku tidak merasa sesak lagi? Atau akan membuatku bisa kuat berlari dan olahraga?”
KAMU SEDANG MEMBACA
The flower ✅
FanfictionTerabaikan karena memiliki kakak yang sangat sibuk, Chiquita menempatkan dirinya menjadi sosok gadis yang pendiam. Cenderung menahan semuanya sendirian hingga keadaan tiba-tiba saja berubah. "Aku merindukan kita yang dulu, unnie, bisakah kita kemba...