Tangisan histeris Yejin mengganggu telinga siapapun saat ini, terutama Chiquita yang berusaha menenangkan diri sejak Yeonjun dibawa pergi oleh pihak kepolisian.
“Tidak ada Pharita terlihat keluar dari gedung. Artinya, dia masih berada di gedung ini.” Ruka berlari ke arah Chiquita setelah selesai memeriksa CCTV.
Chiquita mengepalkan tangan. Duduk di sisi tempat tidur, dimana dia tahu bahwa kakaknya beberapa menit sebelum dia tiba, masih berada disini.
Apa yang telah Yeonjun lakukan terhadap Pharita? Kenapa ada baju robek di samping tempat tidur? Kenapa ada bercak darah di lantai? Darah apa ini?
Semua skenario muncul di benaknya. Chiquita terlalu takut untuk menyebutnya dengan lantang. Dia terus berusaha menenangkan diri. Kakinya memantul karena kegelisahan yang semakin menjadi, nafasnya tidak tenang.
“Dimana Pharita? Dimana putriku? Dimana dia menyembunyikannya?” Yejin terus menjerit tanpa henti membuat Chiquita mendesis.
“Diam!” Chiquita membentak. “Jangan terus menjerit! Jika kau tidak bisa membantu, lebih baik tutup mulutmu!”
“Bagaimana bisa aku bisa diam jika putriku menghilang? Bagaimana bisa?” Yejin kembali menjerit dan Chiquita merasakan kepalanya mulai sakit.
Tentu saja, satu hari tidak makan sama sekali. Dia sibuk mengkhawatirkan kakaknya. Sekarang, semalaman dia mencari keberadaan kakaknya.
Dengan banyaknya skenario buruk yang terlintas di benaknya memperparah sakit di kepalanya. Chiquita menunduk, menjatuhkan wajahnya ke lutut.
“Chiquita, apakah kau baik-baik saja? Hei... kemari, berbaringlah sebentar.” Kata Rora yang langsung merangkul Chiquita, menyadari ada sesuatu yang tidak beres pada sahabatnya itu.
“Tidak. Aku tidak bisa tenang apalagi berbaring. Aku ingin bertemu dengan kakakku.” Chiquita kembali memejamkan mata saat kata-kata Yeonjun kembali terngiang di benaknya.
“Apa yang kau pikirkan?” Tanya Asa sambil berlutut di hadapan Chiquita.
“Kita mungkin harus melepaskan Yeonjun.” Gumam Chiquita pelan.
“Apa?!” Kepala semua orang tersentak ke arahnya, termasuk kedua orang tuanya.
“Apa yang kau pikirkan, Chiquita? Kakakmu diculik oleh pria itu dan kau ingin membebaskan pria itu?” Tanya Hyunbin menatap Chiquita seolah anaknya itu baru saja mengatakan hal bodoh.
“Bagaimana jika apa yang Yeonjun katakan benar? Dia bilang, kakakku sedang sekarat. Kalian semua bisa melihat darah berceceran di lantai! Jika itu adalah darah kakakku dan ada banyak darah di lantai ini, artinya...”
“Artinya kita bisa mengikuti jejak darah ini. Kita bisa tahu dimana Pharita berada! Ayo, bergegas!” Kata Ruka sambil berdiri.
Chiquita tertegun mendengar perkataan Ruka. Matanya melebar. Ruka benar. Bagaimana bisa dia tidak terpikir tentang hal itu? Ya Tuhan, bagaimana bisa dia berpikir ingin membebaskan pria yang sudah membuat kakaknya terluka?
“Ayo, Chiquita. Tidak apa-apa. Aku tahu kau tidak bisa berpikir rasional. Tapi sekarang kita perlu kau untuk tetap berpikir. Tetap tegak dan mulai lakukan pencarian lagi.” Kata Ahyeon, mengerti jalan pemikiran Chiquita saat ini.
Chiquita menatap satu per satu sahabatnya yang tersenyum padanya. Dia tahu mereka semua sama lelahnya dengan Chiquita saat ini. Tapi, melihat mereka masih tetap bersamanya terasa sangat luar biasa.
“Oke, ayo kita cari Pharita unnie.” Kata Chiquita sambil menganggukkan kepalanya.
Semua orang menganggukkan kepalanya kemudian Chiquita mengikuti Ruka kembali memasuki ruangan kecil yang terletak di dekat rak, tempat sebelumnya dia memeriksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The flower ✅
FanfictionTerabaikan karena memiliki kakak yang sangat sibuk, Chiquita menempatkan dirinya menjadi sosok gadis yang pendiam. Cenderung menahan semuanya sendirian hingga keadaan tiba-tiba saja berubah. "Aku merindukan kita yang dulu, unnie, bisakah kita kemba...