"Shan, kamu beneran?"
Pertanyaan itu membuat keempat gadis tercengang sekaligus. Setalah Shani menunjukkan cincin yang ia pakai beserta dengan kalungnya, barulah seulas kurva tercipta di kedua bibir Fidza.
"Wahh gilak, sahabat aku jadi Ning sekarang!" serunya.
Vivi dan Rysfa bertepuk tangan meriah. "Wahh parah kamu, Shan. Masak berita sekeren ini kamu sembunyiin dari kita-kita, sih," cetus Rysfa.
Shani terkejut melihat reaksi teman-temannya yang sangat di luar dugannya. "Kalian nggak benci aku?"
Satu alis Vivi terangkat. "Kenapa kita harus benci?" tanyanya dengan nada heran.
Shani mengembuskan napasnya pelan. "Karena aku 2 tahun nyembunyiin status aku dan bohongin kalian selama ini," papar gadis itu.
Fidza terkekeh. "Buat apa kita benci, Shan. Aku ngerti kenapa kamu milih nyembunyiin status kamu itu. Tapi kamu jahat banget nggak ngasih tau aku sama sekali," kata Fidza.
"Pantesan aja 2 tahunan ini kamu sering aneh. Kadang di asrama kadang nggak. Tiba-tiba dipanggil ke ndalem, tiba-tiba disuruh nginep di ndalem, tiba-tiba diperhatiin Gus Ramzi, owalahh ternyata bininya toh," cetus Wisha panjang lebar.
Fidza juga kaget dengan beritanya. Saat ini, dirinya tengah menyiapkan barang-barangnya untuk pulang. Karena sudah wisuda 1 bulan yang lalu, Fidza merasa tugasnya di Pondok sudah selesai. Namun ia malah terkejut dengan kabar Shani yang tiba-tiba bilang kalau dirinya adalah istri sah Gus Ramzi.
"Maaf, tapi aku kayak gitu supaya kalian nggak ngejauhin aku." Kedua mata itu hampir berkaca-kaca. Reakasi yang ia takutkan ternyata tidak sesuai dengan apa yang terjadi.
"Yaelah kamu mah. Santai aja kali," cetus Rysfa.
"Nggak-nggak, tapi aku bakalan beneran ngejauhin kamu kalo kamu nggak ceritain gimana awalnya kamu bisa nikah sama Gus Ramzi sekarang juga!"
Wisha melipat kedua tangannya di depan dada. Fidza dan Vivi terkekeh. Sedangkan Rysfa mengangguk setuju. "Ceritain dong, Ning," pintanya dengan cengiran lebar.
Shani menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia sebenarnya bingung harus dari mana memulai. "Jadi gini, waktu Fidza menanng lonba tuh, kan aku ditelpon sama mama-papa, tiba-tiba mereka bilang, Gus Ramzi sama keluarga ndalem ngelamar aku. Ya jelas aku kaget, dong. Awalnya aku nolak, tapi Mama bilang, 'Shan, nggak baik nolak lamaran Gus. Lagipula kalo kamu belum cinta sama Gus Ramzi, pelan-pelan aja pasti kamu bisa'."
Jeda.
"Tapi aku bilang ke Mama-Papa, aku butuh waktu. Makanya waktu 3 hari itu aku sempet diem-dieman kan orangnya, karna aku lagi mikirin jawabannya. Nah singkat cerita, setelah aku nimang-nimang dan sholat istikharah, aku terima aja lamarannya Gus Ramzi. Gituuu," lanjut Shani.
Fidza menganggukkan kepalanya paham. Kini ia mulai mengerti dengan keanehan sahabatnya kala 2 tahun lalu sejak dirinya memenangkan lomba.
"Terus terus, pas nikahannya gimana?" tanya Wisha. Gadis itu menjadi orang pertama yang sangat penasaran dengan jalur cerita bersatunya Shani dan Gus Ramzi.
"Yaa nikahnya berlangsung di Jakarta. Waktu itu kan aku sempet pulang ke rumah selama 1 bulan dengan alasan ada kesibukan, kan. Ya itu sebenernya aku nikah sama Gus Ramzi hehe. Tapi sebelum aku nikah, aku sempet bilang ke Gus Ramzi dan keluarga ndalem, kalo aku mau hubungannya aku sama Gus Ramzi itu dipublish setelah aku wisuda amtsilati. Dan Gus Ramzi sama keluarga ndalem setuju sama hal itu. Karna sekarang aku udah di wisuda, yaudah aku bilang ke kalian. Yaaa walau sebenernya aku masih sedikit takut dan ragu, sihh," jelas Shani panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hafidzah
Teen Fiction"Bapak tau nggak, kalo gede Fidza pengen jadi penghafal Al-Qur'an." Meski mengucapkannya di saat waktu kecil, keinginan itu terus menggelora di dalam jiwa Fidza. Rasa ingin melihat kedua orang tuanya di wisuda dan diparadakan menuju surga itu terus...