>○<
Yoko tak percaya terhadap dirinya sendiri ketika ia datang dengan suka rela ke rumah dosennya yang bernama Faye Malisorn.
Yoko rasa, isi kepalanya sedang tidak baik-baik saja sehingga ia berakhir di sebuah rumah berukuran cukup besar berwarna abu-abu.
Mobil milik Faye terparkir rapi di bagasi yang dibiarkan terbuka dan Yoko mengetukkan kakinya sambil berpikir untuk menekan tombol atau kembali lagi ke rumah dan berpura-pura tak bisa datang ke kediaman dosen cantiknya meski kini ia sudah berada di depan pagar kediaman si dosen cantik.
Sedikit mengerutkan kening, Yoko kemudian memantapkan hati untuk menekan bel, eh tunggu, ia menahan tangannya sendiri ketika hampir menyentuh benda yang menempel tak jauh dari gerbang.
"Pulang aja kali ya?" gumam Yoko ketika ia memutar langkahnya untuk kembali ke rumah.
"Mau kemana?"
"Eh?" Yoko mengerjap saat Faye tiba-tiba muncul di belakang punggungnya.
Wanita cantik itu hanya mengenakan kemeja polos kebesaran yang tiga kancing teratasnya terbuka dan hotpans yang bahkan hampir tak terlihat di balik pakaian yang ia kenakan.
Ada kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya dan kini ia tengah melipat tangan di dada seraya mengangkat dagu, terlihat begitu angkuh dan cantik di satu waktu yang sama.
Hah? Apa? Cantik? Yoko menggeleng terhadap isi kepalanya yang belakangan ini sering meracau tentang Faye.
Gadis cantik bertubuh mungil itu kemudian mendongak dan menyipitkan mata karena silau ketika menatap pada si dosen cantik yang tingginya menjulang "Kak Faye kok tiba-tiba di belakang?"
"Habis dari supermarket" wanita cantik itu merogoh isi sakunya "Beli permen" lanjutnya kemudian.
Hah? Beli permen? Ke supermarket? Itu saja?
"Masuk" ujar Faye, masih dengan nada tenang namun terdengar sedikit otoriter.
Sial! Harusnya tadi ia tak ragu untuk memutar langkah dan kembali ke rumah. Kalau sudah seperti ini kan ia sudah tak akan bisa kabur lagi dari hadapan dosen cantiknya ini! Runtuk Yoko di dalam kepala seraya memutar kembali langkahnya dan membuka pintu gerbang dengan sedikit dorongan.
Faye terkekeh saat melihat Yoko kesulitan mendorong pintu yang terbuat dari besi dengan tinggi sekitar dua setengah meter di hadapannya. Wanita cantik itu kemudian melangkah mendekat ke belakang punggung kecil milik Yoko dan mengulurkan tangan sehingga gadis mungil itu berada di antara himpitan tubuhnya dengan pagar.
"Padahal ini cukup ringan" ujar Faye seraya mengangkat sedikit pintu di depan Yoko lantas membukakannya untuk si gadis cantik bertubuh mungil.
Yoko mengerjap saat ia merasakan dorongan lembut di punggungnya --seolah membiarkan dirinya masuk lebih dulu. Gadis cantik bertubuh mungil itu masih menurut, ia juga tak banyak memprotes ketika melihat dosen cantiknya membuka daun pintu untuk dirinya.
"Tunggu saja di ruang tv" ujar Faye seraya menunjuk sofa yang terlihat dari pintu utama.
Yoko menarik napas panjang saat ia tak sengaja melihat sofa tantra di ujung ruangan yang berdempetan dengan sebuah rak buku, tepatnya di pojokan dekat tangga yang bawahnya dijadikan lemari hias yang penuh dengan alat-alat seni.
Ayolah! Yoko tahu kalau usianya masih terlalu muda untuk mengerti apa kegunaan sofa tantra. Tapi, demi Tuhan! Yoko berani bersumpah kalau siapapun pasti bisa menebak kegiatan apa yang sekiranya bisa dilakukan di atas sofa berbentuk erotis itu.
Dengan canggung, Yoko melirik ke arah sofabed yang tersimpan rapi di dekat jendela yang memisahkan ruangan tv dengan kolam berukuran sedang di luar ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eldest One [FayeXYoko]
Teen Fiction"Mencintai secara tepat di waktu yang terhambat" -Yoko Apasra