30

4.2K 324 59
                                    

>○<

Faye melirik pada Atome yang tengah menggigiti ujung pensil ketika ia hampir saja keluar kelas. Dosen cantik itu kemudian mendekat pada si gadis tomboy lantas menepak lembut tangannya yang tengah menggenggam pensil di dekat mulut "Nggak baik buat kesehatan mulut. Pensil kan kotor" ujar si dosen cantik pada Atome yang tampak tersentak karena kaget.

Gadis menggemaskan itu tersenyum "Maaf Miss, kadang aku nggak sadar kalau lagi ngelakuin hal-hal random kayak gitu" ujarnya disertai senyum di akhir kata.

Faye menyunggingkan senyumannya yang khas sebelum kemudian ia melirik pada Yoko di kejauhan lantas mengeluarkan satu buah lolipop dari tas kecil yang ia bawa.

"Sebagai pengganti pensilmu" ia memberi jeda sebentar pada ucapannya seraya menatap lolipop yang masih terbungkus itu sekali "Ini enak dan manis. Kalau masih kurang, kau bisa memintanya padaku" ia kemudian mengedipkan sebelah mata dengan genit, sengaja menggoda Atome di depan kekasihnya agar gadis itu tahu kalau Faye tak akan bersikap cemburu terhadap Yoko yang tadi tebar pesona dihadapan banyak orang karena Faye yakin ia bisa melakukan hal yang sama.

Faye mendecak sesaat sebelum kemudian ia beranjak setelah memberikan permen rasa kola pada Atome yang menerimanya dengan pipi bersemu. Wanita cantik itu kemudian memasangkan kacamata hitam yang sedari tadi ia simpan rapi di atas kepala sebelum akhirnya berlalu dari kelas Yoko dengan perasaan campur aduk di dalam dadanya.

Ia tak sadar kalau dirinya sudah bersikap seperti bocah yang baru saja dilanda asmara di hadapan muridnya tadi. Bagaimana mungkin Faye bisa bertingkah seperti ini di hadapan banyak orang hanya karena Yoko mengerling di akhir presentasinya dengan sengaja?

Kenapa ia kesannya seperti bocah yang ingin membalas kelakuan tak pantas kekasihnya dengan melakukan hal yang serupa?

Dengan dengusan kasar, Faye kemudian mendorong pintu ruangannya lantas masuk ke sana dan menggeletakkan tubuh di atas sofa.

Melihat Yoko menggoda banyak orang tepat di hadapannya nyatanya membuat sisi primitif Faye muncul entah bagaimana. Faye merasa bahwa Yoko hanya boleh menjadi miliknya dan itu adalah sebuah tanda bahwa dirinya mulai menjadi posesif tanpa alasan.

Hhhhhh Faye menghembuskan napas berat ketika ia mengurut keningnya. Seharusnya ia bersikap dewasa jika tengah bersanding dengan Yoko. Tak pantas wanita seusianya melakukan hal-hal berbau primitif seperti egois, posesif dan cemburu terhadap pasangan seperti selayaknya remaja seusia Yoko.

Dengan kesal, Faye memejamkan mata lantas mengatur deru napasnya untuk merajut mimpi.

Faye mengerutkan kening saat ia mendengar suara ketukan pintu dari luar. Wanita cantik itu mendecak kesal karena acara tidur siangnya harus terganggu.

Wanita cantik itu kemudian menyingkapkan lengan kemejanya sebelum berdiri di antara kedua kaki lantas melangkah untuk membukakan pintu ruangan yang sengaja ia kunci.

Faye bisa melihat Yoko berdiri tak jauh dari pintunya. Gadis cantik bertubuh mungil itu tengah melipat tangan di dada dengan ekspresi sebal yang tepat dan karena itu si dosen cantik menatap gadisnya dalam-dalam "Ada apa?"

Dengan kasar, Yoko mendorong bahu Faye lantas menutup pintu di belakang punggungnya ketika ia melihat si dosen cantik berdiri tegap hanya beberapa senti di dalam ruangan yang sama dengannya.

Tenaga Yoko memang tak ada bandingannya jika harus dibandingkan dengan Faye, tapi gadis itu tengah marah sekarang sehingga ia mampu mendorong tubuh tinggi milik kekasihnya meskipun tak begitu jauh dari daun pintu.

Yoko mengunci pintu dengan cepat lantas mendongak guna menatap iris mata milik Faye yang tampak kebingungan. "Ada apa?" ulang si dosen cantik untuk yang ke dua kalinya.

Serperti biasanya, Faye selalu tampak tenang dan melipat tangan di depan dada. Dagunya selalu diangkat ke atas sehingga ia tak pernah terlihat lemah barang sedetikpun.

Yoko mendecak keras "Kenapa kakak ngelakuin itu?"

Faye mengangkat salah satu dari kedua alisnya yang rapi "Ngelakuin apa?" ia menantang sekarang.

Dengan sebal, Yoko melipat tangan di dada "Kakak sengaja kan godain Atome di depan banyak orang? Biar apa coba? Biar orang-orang sadar kalau kakak itu keren? Tebar pesona? Gitu?"

Rahang Faye mengeras barang sesaat "Terus kenapa kamu genit di depan kelas?" balas si dosen cantik dengan nada tenang.

Tatapan Yoko yang awalnya dipenuhi dengan amarah tiba-tiba berubah bingung sekarang "M..maksudnya?"

Tangan Faye yang sedari tadi terlipat di depan dada, kini mulai terulur untuk mengukung Yoko di antara keduanya "Hanya karena kakak dekat dengan orang lain, bukan berarti kakak tertarik sama orang itu. Kamu harus inget kalau posisi kakak di sini itu sebagai dosen dan kakak peduli pada semua mahasiswa yang belajar dengan kakak. Bersikap cemburu hanya karena kakak memperhatikan Atome adalah sesuatu yang berlebihan, Yo. Kamu milik kakak dan kamu harusnya tahu kalau kakak milik kamu"

Yoko menatap iris mata milik Faye dalam-dalam "Kalau kakak milik aku, terus kenapa kakak menggombal seperti itu di depan banyak orang?" gadis bertubuh mungil itu menarik napasnya dalam-dalam ketika terpejam, seolah tengah menghitung dari satu sampai tiga untuk mempersiapkan diri agar tak menangis ketika memarahi kekasihnya meski di kelopak matanya sudah ada air yang menggenang karena emposi.

"Kakak itu udah lebih dewasa daripada aku. Harusnya kakak tahu batasan antara peduli seorang dosen terhadap murid dan bukan" kini, Yoko mulai terisak. "Tapi apa yang kakak lakuin tadi sama Atome?" ia menunjuk kekasihnya tepat di depan dada "Itu gombalan murahan!"

Faye menatap Yoko dengan diam, wanita cantik itu menggenggam jemari lentik milik Yoko yang menusuk-nusuk dadanya berkali-kali di akhir kalimat barusan. Ia kemudian menarik napas dalam-dalam "Cukup" ujar si dosen cantik pada Yoko yang masih tampak terisak karena marah.

"Kenapa? Kakak malu karena kakak bertingkah kekanakan seperti aku?" Yoko bergerak menepis tangan Faye yang menggenggamnya "Kakak malu kan? Iya kan?!"

"Yoko! Cukup!" Faye mulai meninggikan suara dan Yoko bergeming di tempatnya sekarang ketika merasakan cengkraman cukup kuat di bahunya.

Faye mendesah frustasi "Kamu sudah kelewatan"

Dengan sarkastik, Yoko tertawa di antara tangisnya yang terdengar pedih "Harusnya kakak bercermin terlebih dahulu sebelum bilang itu sama aku" dan dengan itu, Yoko memutar tubuh lantas keluar dari ruangan Faye dengan air mata yang terus-terusan berderai di pipinya.

Yoko tak peduli jika saja ada orang yang melihatnya menangis setelah keluar dari ruangan Faye, hatinya sudah hancur karena perlakuan tak pantas Faye terhadap dirinya.

Wanita cantik itu dengan sengaja membuatnya cemburu, ia seolah tengah mempermainkan perasaan Yoko dengan suka-suka dan Yoko tak terima itu semua.

Dengan kesal, Yoko mendial nomor temannya di ponsel lantas menempelkan itu di telinga "Bisa temani aku keluar malam ini?"

"Ada apa?" terdengar jawaban dari sebrang.

Yoko menggeleng sesaat meskipun tahu kalau bahasa isyaratnya tak berguna "Aku cuma mau main aja. Lagipula besok kita libur kan?"

"Ya" jawab seseorang di sebrang terdengar ragu.

Yoko tersenyum kecil seraya menghapus jejak air mata di pipinya "Kita pergi ke bar malam ini"

>○<
Riska Pramita Tobing.

Somehow and somewhat, I just need to make this scene wkwk.

I just love the scene where Khun Neung is pushing people from Neung. Its cute in some other way.

The Eldest One [FayeXYoko]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang