>○<
Marissa terkekeh saat ia melihat Yoko memejamkan mata seraya menikmati usapan lembut dari kapas yang digunakan Faye untuk membersihkan makeupnya. Gadis cantik bergigi kelinci itu baru bisa melihat kalau keduanya memang benar-benar cocok seperti ini meski terkadang isi kepalanya menjerit-jerit mengutarakan jarak usia di antara mereka yang tak layak.
Tak habis pikir, bagaimana pula rasanya berkencan dengan seseorang yang bahkan lebih tua dari jarak kakak terhadap adik?
Secara tiba-tiba, Marissa menggidig "Kenapa sayang?" gadis cantik bergigi kelinci itu kemudian melirik pada kekasihnya yang baru sampai beberapa saat lalu untuk membantu dirinya mengganti kostum setelah penampilan drama musikal.
Gadis yang sebentar lagi wisuda itu menatap dirinya dalam-dalam ketika mengambil tumpukan kapas dan mempersiapkan itu untuk menghapus makeup yang menempel pada wajah cantik milik Marissa.
"Nggak tahu. Aku masih geli aja lihat kak Faye sama Yoko. Mereka lebih cocok jadi kakak dan adek dengan jarak usia yang begitu jauh" ia berbisik pelan pada kekasihnya yang terkekeh.
Dengan lembut, Ize mendekatkan diri pada Marissa lantas kemudian menahan wajahnya di tempat yang sama ketika kekasihnya siap untuk membersihkan wajahnya.
"Selera orang kan beda-beda sayang. Di luar sana banyak kok yang menikah sama orang-orang yang umurnya dua kali lipat dari mereka. Jadi aku pikir nggak ada salahnya kalau mereka menjallin kasih" ia menahan kalimatnya sebentar ketika mengganti kapas dengan yang baru.
"Selagi mereka memang nggak dipaksa buat bersama, aku rasa nggak ada yang salah"
"Tapi Yoko masih bocah" protes Marissa, lagi. Gadis cantik bergigi kelinci itu kemudian melirik pada Yoko yang tengah diusap lembut oleh Faye di pipinya karena pipi bocah kecil itu sudah bersih sekarang.
"Lihat? Mereka terlihat seperti ibu dan anak" lanjut Marissa masih saja mendumel.
Ize terkekeh "Kak Faye?" ia berseru kencang sehingga membuat Faye melirik padanya.
"Kenapa?" ujar si wanita cantik ketika ia menyiapkan kapas untuknya sendiri.
"Masa kak Faye dikatain lebih cocok jadi mamanya Yoko daripada jadi pacarnya? Kan parah banget"
"Sayang!" dengan cepat, Marissa mengeplak punggung tangan Ize hingga kekasihnya tertawa.
Faye mendekat seraya melipat tangannya di dada. Terlihat seperti akan memarahi muridnya yang tak sopan.
"Harusnya Yoko yang jadi mamanya" ujar dosen cantik itu dengan nada tenang dan tidak tertebak.
"Eh? Kenapa aku?" ujar Yoko dari belakang.
Dengan cengiran kasnya, Faye melirik pada Yoko "Karena kakak yang nyusu di kamu"
"ASTAGA KAK FAYE?!!!"
>○○○○○<
Dengan tenang, Faye melipat tangannya di dada ketika ia terduduk berhadapan dengan seorang wanita cantik yang mungkin usianya sekitar empat puluhan.
Wanita cantik itu tengah menikmati segelas teh yang terlihat masih mengepulkan asap. Ia memiliki paras yang cantik dengan tubuh tinggi semampai dan wajah yang unik.
Rambut hitamnya dibiarkan tergerai sampai sepunggung, ia mengenakan setelan kasual berupa dress ringan tanpa lengan yang roknya hanya menutup setengah dari pahanya.
Di samping si wanita yang tampak modis, ada Yoko yang terlihat kecil. Gadis itu tampak manis dalam dress berwarna silver dengan rambut terikat menyerupai ekor kuda serta satu buah kacamata besar bertengger di hidungnya yang mancung.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eldest One [FayeXYoko]
Roman pour Adolescents"Mencintai secara tepat di waktu yang terhambat" -Yoko Apasra