>○<
Yoko melirik gugup pada Faye yang terlihat fokus pada kanvas di hadapannya. Wanita cantik itu sesekali mengerucutkan bibir atau menekuk alis dalam-dalam ketika melukis, tapi ia tetap saja terlihat menawan ketika melakukan itu.
"Mau nyemil?"
"Eh?"
Faye melirik "Mau nyemil?" ulangnya untuk yang ke dua kali seolah telinga Yoko tidak berfungsi dengan baik.
Yoko tersenyum sedikit "Menunya ada apa aja kak?"
Faye cemberut sebentar "Ini kita ceritanya udah pacaran kan? Kenapa masih panggil kakak?"
Blush~
Dengan malu, Yoko memukul pelan pundak Faye menggunakan kuasnya "Apaan ih. Gajelas banget"
Lagi, Faye terkekeh seolah ia berhasil menggoda gadis kecil di sampingnya "Menunya hanya gorengan dan makanan manis. Minuman juga nggak banyak yang aneh-aneh"
Yoko memajukan bibirnya sejenak "Kakak kan pernah ke sini, jadi kakak pasti tahu makanan yang enak di sini itu apa. Aku ikut kakak aja deh"
Faye menggeleng "Bukan kakak. Tapi sayang" dengan iseng, dosen cantik itu menjawil hidung mancung milik Yoko dengan pelan sebelum kemudian beranjak dari tempat duduknya, meninggalkan Yoko yang tengah tersenyum sendiri di tempatnya duduk.
Sesaat setelah Faye pergi, Yoko menggigit ujung kuas yang ia pegang guna menahan rasa ingin berteriak yang muncul karena wanita cantik itu.
Yoko menarik napasnya dalam-dalam dan mencoba mengatur debaran jantungnya yang menggila.
Astaga! Ternyata ini rasanya.
Rasa yang semenjak kemarin ia inginkan. Rasa yang semenjak kemarin ia bingungkan. Rasa yang sejak kemarin ia pikirkan di dalam kepalanya. Akhirnya hari ini terbalas juga.
Yoko kembali menggigit ujung kuasnya hingga itu hampir patah. Tapi gadis itu berhenti ketika melihat Faye berjalan menuju ke arahnya dari kejauhan.
Wanita cantik itu memicingkan mata seolah tengah memperingati Yoko yang tetap saja melakukan kebiasaan buruknya menggigiti benda keras.
Saat melihat Faye terduduk seraya menyingkapkan lengan switer yang ia kenakan, Yoko menyembunyikan kuas yang tadi ia gigit di dalam genggaman tangannya. Meski begitu, Faye tetap saja merebut kuasnya dan menggeleng saat melihat nasib malang kuas tak bersalah itu.
Dengan cepat, Faye merogoh celana yang ia kenakan lantas mengeluarkan satu bungkus kecil berisi tisu basah dari sana lantas mengusap jemarinya menggunakan itu.
Setelah selesai membersihkan jemarinya, dosen cantik itu kemudian menggeser kursi mendekat pada Yoko dan menyerahkan telunjuknya yang bersih "Gigit tanganku aja"
Yoko menggeleng tidak percaya lantas mendorong jemari Faye menjauh "Kakak ngaco aja ih, dasar" ia terkekeh di akhir kata dan Faye memiringkan kepala sesaat guna menggodanya.
"Lagipula, kenapa suka banget gigit-gigit benda yang keras, sih? Kan nanti kasihan gigi kamu" lagi, dosen cantik itu mengacungkan jemarinya ke depan bibir Yoko "Lebih baik gigit yang kenyal kayak jari kakak gini"
"Atau bibir kakak kan?"
"Eh?"
Yoko terkekeh kecil ketika melihat pipi si dosen cantik memerah ketika gadis kecil itu menggodanya. Wanita cantik itu menggeleng seraya menjawil hidung mancung milik Yoko dan mencubitnya pelan "Jangan mancing-mancing kalau takut" itu bukan nada peringatan ataupun ancaman dan Yoko menaik-naikkan alisnya berkali-kali ketika mendekat pada si dosen cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eldest One [FayeXYoko]
Teen Fiction"Mencintai secara tepat di waktu yang terhambat" -Yoko Apasra