>○<
Yoko meringis seraya bergerak perlahan, gadis itu kemudian bersender pada dipan yang sudah diganjal dengan bantal oleh Faye. Saat merasakan kepalanya berat, Yoko meringis lagi "Pusing" ia merengek pada Faye yang tersenyum lantas mengecup bahunya lembut "Mau tidur lagi?"
Yoko melirik pada kekasihnya yang terlihat cantik dan tenang dalam balutan pakaian berwarna putih yang serupa dengan apa yang ia kenakan sekarang "Mual" ujar Yoko hampir muntah ke hadapan Faye yang meringis.
"Kapok nggak udah mabuk-mabuk kayak semalam?" wanita cantik itu berdiri dengan cepat sebelum kemudian memangku Yoko dan membawanya ke kamar mandi.
Dengan telaten, Faye menyingkirkan seluruh rambut panjang milik kekasihnya dan mengikat itu menyerupai ekor kuda lantas memijat belakang leher si cantik ketika ia mengeluarkan isi perutnya di depan toilet.
Faye mengurut kening sebentar ketika ia melihat Yoko memuntahkan isi perut. "Kenapa kakak ngerasa kayak punya istri lagi ngidam ya?" wanita itu bergumam sedikit ketika menepuk bahu Yoko pelan ketika si cantik bertubuh mungil merengek tak nyaman.
Suara flush dari toilet terdengar begitu nyaring di kedua telinga Faye. Wanita cantik itu kemudian membantu kekasihnya berdiri lantas membersihkan diri di depan wastafel "Sakit" ujar Yoko seraya memegang perutnya sendiri.
Faye memeluknya dari belakang sambil mengusap perut rata milik Yoko, persis seperti seorang suami yang memanjakan calon buah hatinya yang ada di perut sang istri. "Kapok?" ujar Faye sebelum kemudian mengecup bahu Yoko lembut.
Yoko bergidig ketika ia mengambil sikat gigi dan menumpahkan sedikit pasta di atasnya "That was horrible" ujarnya sebelum kemudian menyumpal mulut kecilnya dengan sikat gigi.
Faye memiringkan kepala ke satu sisi seraya melirik lengan Yoko yang memiliki ruam keunguan akibat dari borgol yang semalaman melilit di sana "Ini sakit?" ujar Faye seraya menyentuh pelan lengan Yoko yang langsung di tepisnya secepat kilat "Bhanghet" ia cemberut sekarang.
Faye terkekeh "Jangan diulangi lagi ya" tangan wanita cantik itu terulur guna mengusap pucuk kepala milik Yoko dengan lembut "Atau mungkin ulangi sebanyak mungkin karena kakak nggak keberatan untuk berada di antara kedua pahamu semalaman" dan dengan sadis, Yoko menyikut rusuk Faye sekeras mungkin seolah tak ingin mengampuni kekasih mesumnya yang menyeramkan ketika di atas ranjang.
>○○○○○<
Faye tersenyum seraya memijit kaki milik Yoko yang menindih pahanya. Wanita cantik itu kemudian melirik pada dua orang wanita yang tengah menatap mereka dengan pandangan memicing.
"Kenapa pula aku harus khawatir kalau ada Miss Faye yang bisa menyeret Yoko pulang kayak semalam terus nggak ngasih kabar kalau Yoko baik-baik aja karena malah bersenang-senang di atas ranjang semalaman?" Faye menggigit bibirnya gemas saat mendengar protesan dari Marissa.
Gadis cantik bergigi kelinci itu datang pagi-pagi sekali ke kediaman Malisorn untuk memastikan kalau sobatnya yang bernama Yoko dapat diselamatkan dengan baik oleh Faye.
Tapi, saat ia melihat Yoko hanya mengenakan kemeja tipis berwarna putih serta memiliki ruam di lengannya, gadis itu meruntuk habis-habisan karena sudah paham kalau gadis yang dikhawatirkan oleh dirinya justru tengah menikmati hidup dengan Faye.
Masih tampak kesal, Marissa kemudian melipat tangannya di dada "Aku kira kamu bakal dibawa sama si Chet"
Faye melirik cepat saat Marissa mengujarkan salah satu nama muridnya "Chet?" ulangnya seolah kedua telinga yang menempel di sisi kepala milik Faye tak berfungsi dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eldest One [FayeXYoko]
Teen Fiction"Mencintai secara tepat di waktu yang terhambat" -Yoko Apasra