>○<
Dengan semangat, Faye menggenggam kotak kecil di tengannya sambil menunggu Yoko di parkiran. Wanita cantik itu sengaja datang pagi-pagi sekali ke kampus hanya untuk memberikan hadiah pada kekasihnya agar bocah kecil itu tak lagi merasa sedih sebab kejadian semalam.
Kini, Faye tengah terduduk di salah satu bangku yang terbuat dari semen seraya melipat tangannya di dada selagi menunggu Yoko melewat ke arahnya.
Sudah sekitar 30 menit Faye menunggu, tapi ia tak menghapus senyum dari bibirnya yang sedari tadi tercetak lebar.
Meski Faye masih merasakan ngilu ketika ia menarik bibirnya membentuk sebuah lekungan cantik, ia tetap saja melakukan itu agar jika saja Yoko datang, gadis cantik bertubuh mungil itu tak perlu khawatir terhadap dirinya.
Beberapa saat kemudian, Faye bisa melihat Marissa berjalan bergandengan dengan Ize yang terlihat kompak mengenakan pakaian yang serupa warna meski tak sama.
Kedua gadis cantik itu melambai di kejauhan "Miss Faye lagi nunggu Yoko?" tebak Marissa yang langsung diangguki oleh si dosen cantik.
Faye mengangguk kecil "Iya. Kau dengan Yoko di kelas yang sama kan?"
Marissa mengerutkan kening "Kan kelas Miss Faye?" ia membalikkan pertanyaan pada Faye yang mendengus.
"Oh iya" ujar si dosen cantik dengan nada polos yang entah mengapa terdengar menyebalkan di telinga Marissa.
"Ize? Kau tak masuk kelas?" kini, si dosen cantik melirik pada Ize yang masih betah bergelayutan di lengan Marissa.
Gadis cantik itu memiringkan kepala ke satu sisi sebelum kemudian melepaskan genggaman Marissa di lengannya "Masuk dulu ya" ia menunduk sedikit guna mengecup bibir Marissa sesaat "Bay" dan Marissa menanggapi lambaian tangan kekasihnya dengan semangat.
Meski ragu, pada akhirnya Marissa mendekat pula pada si dosen cantik lantas terduduk tak jauh darinya.
"Aman Miss?" si cantik bergigi kelinci sedikit meringis ketika melihat sudut bibir milik Faye membiru.
Faye mengangkat alis sesaat "Yeah.. begitulah. Lumayan juga"
"Kakaaakkk"
Bugh~
Faye mengerjap saat tiba-tiba saja bocak kecil memeluk dirinya erat-erat. Harum manis dari tubuh si bocah kini memenuhi indra penciuman Faye dan wanita cantik itu tersenyum sesaat.
Beban rindunya secara perlahan terangkat dan wanita cantik itu mulai terisak sekarang saat sadar bahwa jauh dari Yoko merupakan sesuatu yang tak pernah diinginkan dirinya, lagi.
Faye tak berani melepaskan Yoko dari dalam pelukannya seolah takut kehilangan si gadis cantik bertubuh mungil, tapi gadis itu sudah mulai berontak sekarang dari pelukannya "Kak, engap" ia mulai mendorong bahu lebar milik Faye hingga membuat si dosen cantik akhirnya melepaskan Yoko dari dalam kukungannya.
Bocah itu mengulurkan tangan "Hadiahku" ujarnya memberi tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eldest One [FayeXYoko]
Jugendliteratur"Mencintai secara tepat di waktu yang terhambat" -Yoko Apasra