>○<
AHHHHHH!!!!
Gila!
Yoko tak percaya dengan apa yang baru saja dilakukan Faye terhadap dirinya.
Wanita cantik itu tadi sempat mengamit pipinya dan menekankan keningnya pada kening si dosen cantik ketika terkekeh karena gambar Yoko melenceng dan gadis itu beralasan karena jemarinya sudah lelah disiksa oleh Faye.
Gadis cantik bertubuh kecil itu kemudian menampar pipinya yang terasa panas seraya menghembuskan napas dengan kasar di depan cermin wastafel yang menunjukkan wajah merahnya.
Ada apa sih dengan dirinya? Kenapa ia seperti ini?
Dengan kesal, Yoko menyalakan keran air lantas membasuh wajah memerahnya dengan air bersih dari keran.
Gadis cantik bertubuh mungil itu kemudian memutar kembali keran hingga airnya berhenti sebelum akhirnya menatap ke cermin untuk menemukan bahwa rona merah di pipinya masih saja tampak sama.
Sebal karena usahanya sia-sia, Yoko kemudian mengikat rambutnya secara sembarangan sebelum kemudian keluar dari toilet dan mengipasi wajahnya yang basah.
Gadis cantik itu kemudian menarik napas sepanjang mungkin untuk menenangkan isi hatinya yang sudah menggila sebelum kemudian beranjak kembali ke ruangan Faye karena kegiatan mereka belum selesai.
Padahal, kelas hari ini sudah berakhir semenjak dua jam yang lalu. Marissa dan Ize bahkan tadi memberi pesan padanya bahwa mereka tengah menonton bersama sedangkan dirinya masih harus terjebak di tempat yang sama semenjak pagi menjelang.
Hhhhh, Yoko menghembuskan napas secara perlahan lantas kemudian melenggangkan kakinya menuju ruangan Faye.
Meski merasa bahwa dirinya tak waras karena kembali ke sarang macan yang sedang kelaparan *baca, Faye yang semenjak tadi menggodanya, Yoko membuka pintu sebelum kemudian menyelonong masuk ke dalam ruangan dosen cantik itu tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu.
"Sial!" umpat Yoko. Harusnya ia mengetuk tadi! Kenapa pula Faye membuka hampir seluruh kancing kemeja yang ia kenakan sampai-sampai menunjukkan keseksian yang ada di balik kemejanya?
Eh? Apa? Keseksian? Yoko rasa ia sudah mulai gila sekarang.
Yoko bisa mendengar dosen cantiknya meruntuk di kejauhan "Kenapa diam saja? Masuk sini!"
Yoko mengerjap ketika melihat dosen cantik itu berdiri dengan tegap di antara kedua kakinya yang jenjang lantas mendekat padanya hanya untuk memamerkan perutnya yang berbentuk kotak-kotak dan tampak begitu keras.
Tangan Faye terulur ke belakang punggung Yoko dan menutup daun pintu yang sedari tadi terbuka hingga Yoko terhimpit di antara pintu serta tubuh Faye yang menjulang dan hampir setengah telanjang.
Tak bisa menahan diri, Yoko melirik ke balik kemeja Faye yang terbuka. Buah dada milik dosen cantiknya berada tepat di depan wajah Yoko dan itu hanya dibungkus oleh sport bra berwarna hitam. Ada tindik kecil di pusar si dosen cantik dan Yoko tengah mencoba berpikir jernih meski pipinya terasa panas sekarang.
Sial! Kenapa sih dirinya ini?
Yoko menarik napas mencoba menyadarkan dirinya sendiri "Kenapa bajunya dibuka begitu?"
Faye melirik tubuhnya sendiri "Ah.." ia terkekeh "Tadi aku lagi minum terus bersin. Jadi airnya ke dalam baju terus aku lap barusan pas kamu masuk"
Yoko menjilat bibirnya yang terasa kering sebelum kemudian mendorong bahu tinggi milik Faye dan berjalan perlahan ke sofa lantas kembali memfokuskan diri pada lukisan miliknya yang belum tamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eldest One [FayeXYoko]
Teen Fiction"Mencintai secara tepat di waktu yang terhambat" -Yoko Apasra