>○<
Faye tersentak ketika ia merasakan sesuatu jatuh ke atas pipinya. Wanita cantik itu kemudian melirik ke arah gemercik air yang jatuh tak jauh dari dirinya.
Ada sosok Phia Fah yang tengah berdiri di dekatnya dan wanita cantik itu mengerutkan kening ketika ia sadar bahwa yang barusan hanyalah mimpi belaka.
Ck! Sial! Faye mengumpat di dalam kepala ketika ia merasakan belakang lehernya sakit karena tertidur dalam posisi duduk membungkuk. Wanita cantik itu kemudian mengurutnya sebentar "Sedang apa kau di sini?" ujar Faye pada Phia Fah yang memperhatikan dirinya.
Phia Fah tampak melipat tangannya di dada "Aku sudah menunggu di depan rumahmu selama hampir 2 jam lamanya. Kukira kamu sedang keluar, tapi rumahmu tak di kunci dan mobilmu terparkir rapi di bagasi. Jadi aku memutuskan untuk masuk dan naik ke sini"
Faye mengerang ketika ia mencoba menengadah karena isi kepalanya terasa berdenyut entah mengapa. Dosen cantik itu kemudian meraba meja riasnya yang dipenuhi dengan botol-botol kosong.
Ah sial, Faye benci hungover.
Wanita cantik itu bergeser perlahan "Jam berapa sekarang?"
"Sembilan pagi" jawab Phia Fah seraya beranjak dari hadapan Faye.
Wanita cantik itu melirik-lirik ke seluruh ruangan "Apa nggak ada kotak P3K?""
"Di toilet" jawab Faye cepat ketika ia jalan sempoyongan menuju kasurnya agar ia bisa berbaring dengan nyaman.
"Kamu nggak ada toilet pribadi?"
Faye mendecak seraya menutup matanya yang terasa menusuk-nusuk karena silau "Di balik cermin. Tekan aja sisinya. Nanti terbuka sendiri"
Faye bisa mendengar suara langkah Phia Fah yang berjalan perlahan menuju tempat yang sepertinya ditunjukkan oleh Faye.
Tak lama dari sana, suara klik terdengar "Ck! Kenapa pula kamu menyembunyikan toilet?" runtuk si wanita cantik dan Faye hanya membiarkannya begitu saja.
Saat Faye mendengar suara pintu tertutup, wanita cantik yang tengah berbaring itu membuka mata untuk melihat Phia Fah memberikannya dua buah aspirin lantas segelas air yang pastinya ia ambil dari drawer kecil yang disimpan Faye di dekat dipan.
Dosen cantik itu menerimanya lantas memasukkan dua butir pil itu secara cepat sebelum kemudian menggeram saat merasakan mual di perutnya.
"Fuck!" Faye menyentak tubuhnya ketika ia menahan sesuatu dari dalam perut yang akan keluar lewat mulut.
Dosen cantik itu meruntuk di depan toilet ketika isi perutnya keluar semua dan sekarang ia tengah menghela napas ketika membersihkan mulut di depan wastafel "Hungover sialan" wanita cantik itu mengumpat ketika ia melihat rambutnya basah. Ia kemudian mengucirnya sembarangan sebelum kembali ke kamar untuk menghadapi Phia Fah yang entah ingin apa di pagi hari seperti ini.
Eh.. Ini pagi, siang, sore atau malam ya?
Ck! Faye tak peduli.
Dengan malas, Faye melipat tangan di dada lantas bediri tegap di depan Phia Fah yang langsung mendongak menatap padanya "Ada apa?" gumam Faye rendah.
Phia Fah mendecak sebentar "Kamu putus dengan Yoko?" ujar wanita cantik itu to the point.
"Semacam itulah" jawabnya singkat.
"Jadi itu alasan kenapa sekarang dia sering sekali keluar dengan teman laki-lakinya?" Phia Fah menggumam pelan, tapi Faye berhasil menangkap perkataan wanita cantik itu dengan jelas.
Tubuh Faye yang masih terasa sempoyongan dibiarkan bersandar pada dinding. Wanita cantik itu sedikit terpejam "Siapa yang sering berkunjung?" ujar Faye seraya sesekali memijit kepalanya yang terasa pening.
"Chet, Andrea, Liam, yang terakhir itu Axel. Mereka jadi sering berkunjung belakangan ini. Makanya aku heran karena kamu nggak mengukung bocahku di bawah tingkah protektifmu" wanita cantik itu melipat tangannya di dada sebelum kemudian mendekat pada kasur dan terduduk di sana.
"Biarkan saja. Dia juga ingin bersenang-senang" jawab Faye seenaknya. Wanita cantik itu melangakah mendekati Phia Fah lantas menyunggingkan senyum "Gimana kalau kita juga bersenang-senang?" ia mengangkat alis guna menggoda Phia Fah yang langsung merona.
"Jangan gila" Phia Fah berdiri dari tempat tidur lantas mendorong bahu milik Faye yang tinggi, tapi dosen itu memutuskan untuk berbuat gila dengan memangku tubuh kecil si wanita cantik dan mencengkramnya di dalam dekapan "Well, kalau aku tak bisa mendapatkan anaknya, kupikir aku bisa mendapatkanmu" ia tersenyum menyungging.
Phia Fah membelalak seraya mencoba melepaskan diri dari dekapan erat Faye "Kamu gila?!" ia menyentak ketika dosen cantik itu membimbingnya menuju kasur "Aku tahu kalau kau menginginkanku. Jangan berpura-pura. Mari kita nikmati saja" ujar Faye ketika ia menunduk dan hampir mencium Phia Fah.
Dengan kasar, Phia Fah mendorong bahu lebar milik Faye sebelum kemudian..
Plak!
"Kamu ini kenapa?!"
Faye mendecak seraya menjulurkan lidah di dalam pipinya, merasa frustasi. Wanita cantik itu kemudian menghentakkan napas "Sial! Putrimu sungguh bisa membuatku seperti ini rupanya" kini, wanita cantik itu berdiri tegap sehingga Phia Fah ikut melakukan hal yang sama lantas mendekat ke arah pintu agar ia bisa lari kapanpun Faye berbuat sesuatu yang tak senonoh padanya.
"Pergi dari sini. Jangan katakan apapun pada Yoko. Atau aku akan benar-benar memasukkan jariku ke dalam tubuhmu suatu saat nanti"
"Gila!" Phia Fah menghentakkan napasnya sekaligus "Aku kesini untuk meminta bantuan darimu" ujar wanita cantik itu meski kini ia tampak ketakutan karena kelakuan Faye barusan.
Faye menyunggingkan senyum sarkastik "Apa kau pikir aku tak butuh bantuan? Putrimu membuatku hancur seperti ini"
"Apa kamu tak pernah berpikir kenapa Yoko pergi seenak hati dan menggonta-ganti pasangan adalah karena dia juga sakit hati dengan perpisahan kalian berdua?!" ia menyentak sekarang. Wanita itu menghela napasnya sebentar "Yoko itu anak baik. Dia bukan tipe orang yang suka bergonta-ganti pasangan seperti sekarang. Satu-satunya alasan mengapa dia melakukan semua ini adalah karena dia ingin mencari perhatian dari kamu" ia mendekat sekarang pada Faye yang tak menjawab.
"Aku khawatir terhadap anakku, sungguh" ia menjeda ucapannya sebantar "Dia bertingkah lebih liar jika harus dibandingkan saat sedang bersama kamu" wanita cantik itu kini menunduk "Aku takut kesalahanku diulang kembali oleh anakku sendiri"
Kening Faye mengkerut saat mendengar kalimat terakhir dari Phia Fah "Maksudmu?"
"Apa kamu tak pernah berpikir di usia berapa aku harus mendapatkan Yoko?" wanita cantik itu mengangkat pandangan untuk menatap Faye dalam-dalam "Aku tidak ingin anakku hamil diluar nikah" Phia Fah berbisik di akhir kata dan Faye membelalak sekarang.
"Berapa usiamu?"
"36"
"Shit!" Faye mengumpat. "Kamu hamil saat usia enam belas tahun?" ujar si dosen cantik tak percaya.
"Pernikahanku dengan Folks dipertahankan hingga sekarang oleh Yoko. Aku sangat mencintai anakku dan aku memutuskan untuk bertahan demi dia. Aku ingin memberikan contoh orangtua yang baik pada Yoko"
Faye mengurut kening dalam-dalam "Apa kau dan Folks masih sering berhubungan badan hingga sekarang?"
"Tidak"
"Itu alasan kenapa kau menyukai aku?"
"Bisa jadi"
Kening Faye mengkerut lagi ketika ia mencoba berpikir jernih dan menghilangkan rasa egoisnya untuk sesaat "Dimana Yoko sekarang?" ujar Faye setelah menenangkan diri.
Phia Fah menatap wanita cantik itu dalam-dalam "Tadi dia bilang dia mau berangkat ke pantai"
Faye mendecak "Folks memberikan izin?" dan wanita cantik itu mengangguk mengiyakan "Lelaki gila"
"Beri waktu tiga puluh menit. Aku akan segera selesai bersiap-siap. Kita jemput Yoko ke sana" titah Faye dan Phia Fah mengiyakan dengan cepat.
>○<
Riska Pramita Tobing.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eldest One [FayeXYoko]
Teen Fiction"Mencintai secara tepat di waktu yang terhambat" -Yoko Apasra