>○<
Faye meringis saat ia melihat kekasihnya memeluk diri ketika tengah menunggu dirinya di antrian tiket.
Boca kecil itu hanya mengenakan kaus tipis dan rok yang menggantung di atas lutut sekarang dan wanita cantik itu lupa tidak membawa selimut.
Suasana di sekitar bioskop saja sudah dingin seperti ini. Apalagi nanti di dalam teater?
Dengan kesal, Faye keluar dari antrian hingga membuat kekasihnya mengerutkan kening karena heran "Loh? Kenapa? Nggak jadi nonton?" ujar Yoko dengan ekspresi khawatir.
Faye tersenyum sesaat "Beli selimut dulu" ujar wanita cantik itu seraya menyerahkan jemarinya agar Yoko menggenggamnya.
Meski si cantik bertubuh mungil tampak mengerutkan kening karena heran, ia tetap menurut dan mengikuti langkah jenjang Faye yang menuntunnya keluar dari ruang bioskop.
"Bisa mati kedinginan kamu kalau masuk teater dengan pakaian kayak gini" Yoko bisa melihat Faye meruntuk. Kening wanita cantik itu mengkerut ketika mengatakan kalimat barusan dan Yoko mengulum senyum merasa bahagia karena pacar tsunderenya ini.
Dengan langkah kecilnya, Yoko mengikuti Faye dengan patuh. Wanita cantik itu menuntunnya menuju arah pakaian.
"Plotwistnya adalah kita cuma belanja dan nggak jadi nonton hari ini" ujar Yoko ketika Faye menuntunnya menuju tumpukan kain lembut berupa selimut di pojok ruangan.
"Karena kamu pakai pakaian tipis makanya kakak ajak dulu belanja. Masa iya kakak tega bocah kakak sendiri kedinginan di dalam teater?" meski Faye masih saja meruntuk, Yoko tersenyum mendengarnya.
Faye memang tak pernah terang-terangan soal hubungan mereka. Wanita cantik itu lebih sering menunjukkannya lewat aksi. Faye tak banyak bicara, ia jarang mengungkapkan kata-kata manis seperti bualan yang sering ia dengar dari kebanyakan orang. Dosen cantiknya ini lebih memilih untuk memeluknya jika ia kedinginan, atau memberinya suapan ketika ia memperhatikan dosen cantik itu mengunyah dan Yoko menyukai itu.
Meski terkadang Yoko juga ingin diberi kata-kata manis seperti yang sering ia dengar dari Ize untuk Marissa, tapi ia merasa cukup dengan kebiasaan Faye yang mengungkapkan rasa cintanya lewat aksi. Dan itu adalah salah satu alasan mengapa Yoko bangga memiliki kekasihnya.
"Selimutnya lembut. Tapi coraknya kenapa gini banget?"
Yoko menghela napas ketika ia mendengar kekasihnya kembali meruntuk. Wanita cantik itu sepertinya sedang dalam masa menstruasi hingga apapun menjadi bahan ocehannya.
Dengan lembut, Yoko mengusap lengan milik Faye dan meremasnya sesaat "Sssh. Ngomel terus" bisik si cantik bertubuh mungil itu sebelum kemudian ia berjingkit dan mencium pipi milik Faye sesaat.
Setelah memberikan kecupan, Yoko melepaskan diri dari si dosen cantik dan memilah selimut "Aku suka yang ini. Hangat, tebal dan lembut" ujar Yoko sambil menunjukkan selimut berukuran sedang berwarna putih dengan corak kuning.
"Kuning banget? Serius Yo?"
"Ih sayaaang. Ini lucu tahuu" rengeknya kemudian.
Faye mendengus "Okayy.. Whatever you want" dan dengan itu, Yoko terkekeh.
Yoko berani bersumpah kalau kekasih royalnya ini pasti akan memberikan dia apapun jika saja ia meminta. Apalagi jika ia menggunakan kata 'sayang' sebegai senjatanya.
Dengan iseng, Yoko kemudian menarik Faye ke arah tumpukan switer "Kalau aku mau beli switer boleh kan sayang?"
"Ini ceritanya mau nonton atau belanja sih?" meski Faye meruntuk, wanita cantik itu tetap saja mengikuti Yoko yang tengah memilah switer.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eldest One [FayeXYoko]
Teen Fiction"Mencintai secara tepat di waktu yang terhambat" -Yoko Apasra