>○<
Rasanya, semakin kesini, hubungan Faye dan hubungan Yoko semakin tidak sehat. Dimulai dari Folks yang tak menerima kebersamaan mereka, Phia Fah yang memiliki perasaan tak wajar terhadap si dosen cantik, lantas pesan beruntun yang tak sempat Yoko bahas dengan Faye.
Kini, gadis cantik bertubuh mungil yang mengenakan switer kebesaran berwarna abu-abu milik Faye itu tengah mencatat di atas bukunya yang sudah dipenuhi dengan coretan materi, mencoba memfokuskan pandangan pada sosok Faye Malisorn yang tengah mengajarkan materi baru untuk mereka di pertemuan kali ini.
Wanita cantik yang adalah kekasihnya itu sesekali mencuri pandang padanya tapi Yoko sedang tak ingin membalas dan lebih memilih untuk fokus terhadap materi yang tengah diberikan si dosen cantik.
"Selain seni tari yang akan kita pelajari di semester ini, saya juga akan mengajarkan seni musik" dosen cantik itu menghentikan ucapannya seraya membenarkan kemeja yang ia kenakan "Apa di sini ada yang bisa memainkan alat musik?" beberapa di antara mahasiswa mengangkat tangan, tapi Yoko tak ikut serta karena gadis itu tidak memiliki bakat apapun di bidang seni musik.
"Tina" Faye menyebutkan satu nama "Bisa main alat musik apa?" lanjut wanita cantik itu kemudian.
"Saya sudah les musik semenjak kecil. Menekuni alat musik klasik seperti piano dan biola" jawab si gadis tomboy yang tampak tenang.
Yoko tak pernah tahu kalau gadis tomboy itu memiliki ketertarikan terhadap musik klasik hingga hari ini.
"Ada lagi?" ujar Faye mencari orang lain.
Liam mengangkat tangannya di ujung kelas "Saya bisa bermain drum dan gitar, tapi saya masih awam di permainan gitar" Faye mengangguk kembali, menanggapi lelaki berbadan tinggi besar yang tampak menyeramkan di pojok kelas.
"Ada yang memiliki bakat di bidang vokal?"
Tidak ada yang mengangkat tangan dan wanita cantik itu mengerutkan kening tidak percaya "Saya yakin ada setidaknya satu orang yang bisa bernyanyi dengan baik. Apa harus saya memberi tes pada semua mahasiswa agar siapapun yang memiliki bakat tersebut bisa diketahui oleh saya?"
Tak ada yang menjawab.
Dosen cantik itu mengangkat pandangan dan menatap lurus-lurus ke seluruh isi kelas secara satu persatu "Baiklah kalau itu yang kalian inginkan. Di pertemuan selanjutnya, silahkan siapkan satu lagu untuk ditampilkan. Kita karaoke di aula" ia terkekeh di akhir kata dengan pemilihan kalimat yang ia pilih barusan sebelum kemudian menyingkapkan lengan kemeja yang ia kenakan lantas menutup kelas dengan lambaian yang terkesan tenang namun terlihat mempesona.
Wanita cantik yang tampak elegan dalam pakaian kemejanya itu menghilang di telan pintu dan ketika Yoko berhenti melihat pada sosok Faye yang sudah tak tampak di kedua matanya, ia melirik tepat ke samping untuk menemukan cengiran mengganggu dari Marissa.
"Apa?" ujar Yoko dengan sewot.
Marissa terkekeh lembut "Bucin banget sama Miss Faye" dan Yoko menanggapinya dengan menggulingkan bola mata ke belakang karena sebal.
"Hari ini bisa ke cafe?" ujar Yoko.
Marissa memiringkan kepalanya ke satu sisi "Bisa sih kayaknya. Tapi nggak terlalu lama. Hari ini aku ada kencan sama Ize"
Yoko mendecak "Kalian kencan setiap saat, Marissa. Apa nggak bosen?"
Marissa mencibir "Kamu juga tiap hari ketemuan tuh sama Miss Faye. Emang nggak bosen apa?"
Iya juga.
Dengan kesal, Yoko menghembuskan napas dengan kasar sebelum kemudian merapikan buku dari atas meja "Aku mau bicara sama kamu soal kak Faye"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eldest One [FayeXYoko]
Teen Fiction"Mencintai secara tepat di waktu yang terhambat" -Yoko Apasra