>○<
Dengan pelan, Yoko mengusap belakang leher Faye ketika wanita cantik itu menatapnya dalam-dalam "Jangan sekalipun bertingkah seperti ini lagi, Yoo" Faye berbisik seraya menyingkirkan anak rambut dari wajahnya yang menggelitik Yoko secara tak sengaja.
Yoko memiringkan kepala ke satu sisi dengan ekspresi polos yang tepat "Kalau aku ngelakuin ini lagi gimana?" jemari Yoko dengan perlahan turun menuju lekukan bahu milik Faye sebelum kemudian beralih ke arah kancing kemeja milik si dosen cantik dan melepasnya satu persatu.
Faye menyunggingkan senyum kecil "Well, balasannya bukan hanya nggak bisa jalan seminggu. Tapi kakak jamin kalau kamu akan mendapatkan ruam di lengan dengan jangka waktu yang sama" kini, dosen cantik itu melepas tanktop yang dikenakan oleh Yoko dengan cepat sebelum kemudian ia menggunakan kain lembut itu untuk menutup mata kekasihnya.
Yoko tak bergerak ketika Faye beranjak dari atas tubuhnya, ia hanya menunggu sambil menebak-nebak tentang apa yang sekiranya akan dilakukan Faye terhadap dirinya.
Saat Yoko merasakan sesuatu yang dingin dan keras melingkari pergelangan tangannya, gadis itu mulai panik sekarang.
"Kak.. kak, ngapain kak?" ia mencoba melepaskan diri tapi Faye tak menggubris dan justru menarik kedua lengan Yoko cukup kasar lantas mengaitkan itu di antara dipan sehingga ia tak bisa bergerak dengan bebas sekarang.
Yoko menarik napas panjang saat ia merasakan deru napas Faye di atas payudaranya yang masih tertutup oleh sehelai kain sebelum kemudian kain itu menghilang entah bagaimana hanya dalam hitungan detik belaka.
Yoko tersentak ketika tiba-tiba saja lidah Faye menjilat belahan payudaranya dengan agresif, wanita cantik itu tak memberi aba-aba terhadap semua serangannya sehingga membuat Yoko terkejut apalagi dalam keadaan mata tertutup seperti ini.
"Kamu akan sadar kalau hukuman kakak itu nikmat dan menyakitkan di satu waktu yang sama" geram si dosen cantik di dalam kerongkongan. Yoko yakin sekali kalau kekasihnya tengah menyunggingkan senyum sekarang meskipun matanya tertutup dan tak bisa melihat itu.
Yoko bisa mendengar Faye menjauh dari dirinya dan gadis cantik bertubuh mungil itu mengira-ngira dengan apa yang mungkin akan dilakukan si dosen cantik terhadapnya sekarang.
Tak lama dari itu, Yoko bisa merasakan tekanan di atas kasur sehingga ia tahu kalau kekasihnya sudah berada di atas matras yang sama dengannya sekarang.
Kedua kaki Yoko tiba-tiba di angkat tinggi lantas ditempatkan pada bahu Faye yang masih tertutupi kain.
Saat Yoko merasakan usapan pelan di area kewanitaannya, gadis itu menggelinjang "Kak.." ia mulai mendesah sekarang.
Yoko tak mendengar respon dari Faye, tapi wanita cantik itu menarik lepas celana dalam sekaligus rok yang ia kenakan dalam satu kali hentakan "Kamu akan menyesal setelah ini" Yoko bisa mendengar Faye berseru dengan suara rendah.
Yoko menggigit bibirnya sendiri ketika menunggu dengan apa yang dilakukan kekasihnya.
Dengan sabar, Yoko mewanti-wanti pada tingkah Faye yang anehnya terkesan pasif ketika akan memulai bercinta.
Biasanya, wanita cantik itu pasti akan mencium dirinya dalam-dalam sebelum kemudian memindahkan ciumannya ke seluruh tubuh lantas menyetubuhinya dengan lamban namun eksotis.
Tapi, kenapa Faye sekarang tak menciumnya atau bahkan meraba tubuhnya seperti biasa?
"Arrghh!" Yoko menggeram dan tersentak di satu waktu yang sama ketika sesuatu memasuki dirinya secara paksa, punggung si cantik bertubuh mungil terangkat saat menerima benda berukuran besar itu secara paksa ke dalam tubuhnya dan ia meringis ketika Faye tetap mendorong dan memaksakan benda tersebut untuk terus memasuki dirinya sehingga Yoko merasa bahwa benda tersebut menyentuh ujung rahimnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eldest One [FayeXYoko]
Teen Fiction"Mencintai secara tepat di waktu yang terhambat" -Yoko Apasra