>○<
Faye melipat tangannya di dada ketika ia berbicara di depan kelas. Wanita itu selalu saja tampak mempesona ketika tengah mengajar seperti ini dan Yoko terperangkap pesona luar biasa yang dimiliki seorang Faye Malisorn yang tampak menawan dalam balutan kemeja dan celana yang sama-sama berwarna hitam.
Seperti biasanya, rambut panjang berwarna hitam milik Faye terikat sebagian membentuk cepolan di belakang kepala. Tapi ia membiarkan sedikit dari rambutnya menutupi kening dan itu membuat Faye terlihat sangat maskulin.
"Untuk melukis abstrak itu diperlukan imajinasi yang tinggi. Jangan sembarangan seperti yang sering dilakukan oleh youtuber-youtuber zaman sekarang. Kadang, orang-orang salah sangka dengan seni abstrak. Padahal, seni abstrak adalah salah satu seni yang juga sulit untuk dipelajari"
Yoko mengacungkan tangan sehingga membuat Faye menghentikan ucapan "Ya?" ujar Faye menanggapi Yoko.
"Apa karya seni abstrak harus selalu memiliki definisi?" ujar Yoko dan Faye mendekat padanya sekarang.
Wanita cantik itu memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku celana ketika menjawab "Tentu. Segala hal yang tak memiliki arti bukanlah seni. Makanya, meskipun terkadang seni sulit untuk dimengerti, tapi jika seniman itu memiliki definisi yang tinggi dan dapat dijelaskan secara artistik, itu bisa saja diartikan sebagai seni dengan nilai jual yang tinggi"
Yoko memicingkan mata sebentar "Tapi, bagaimana kalau penyampaian seniman tersebut tidak diterima dengan baik oleh kalangan masyarakat umum?"
"Itu dia yang menjadi tantangan untuk seorang seniman. Kadang, lagu, lukisan, pahatan atau apapun itu yang berbau abstrak dan berbeda, sulit dimengerti oleh kebanyakan masyarakat pada umumnya sehingga karya mereka banyak diabaikan. Padahal, jika mereka mengerti dari sudut pandang seniman tersebut, artinya bisa jadi sangat dalam dan luas"
Yoko memiringkan kepala ke satu sisi "Bagaimana cara menyampaikan karya pada masyarakat agar bisa diterima dengan baik?"
Faye tersenyum kecil "Dengan mengatakan dan melakukan apa yang seniman rasakan"
Dengan senyum kecil, Yoko mengangguk "Terimakasih, Miss"
"Sure" setelah itu, Faye melangkah menjauh untuk kembali ke muka kelas dan menunjukkan karya abstrak yang tadi ia bawa.
"Salah satu contoh karya lukisan abstrak yang saya ambil dari kelas lain" ia menunjukkan sebuah lukisan cantik yang menggambarkan seorang wanita tanpa wajah tengah berdekatan dengan bulan dan bintang-bintang.
Faye membingkai kanvas itu di antara jemarinya yang panjang dan selalu dihiasi cincin di salah satu jarinya "Lukisannya sederhana. Tidak terlalu abstrak namun bisa memiliki sejuta makna" ia mengusap sisi-sisi kanvas dengan hati-hati, seolah takut sekali kalau itu akan tergores oleh jemarinya yang bahkan tidak berkuku.
"Perempuan ini tampak cantik secara fisik, tapi tak ada yang mengetahui apa yang ditampilkan dalam ekspresinya yang terlihat keruh dan itu dapat diartikan dengan berbagai macam hal, gadis ini bisa saja sedang sedih, senang, sendu, marah, atau apapun itu, tak ada orang yang bisa menebaknya. Karya ini membiarkan seseorang yang menikmati karyanya mengimajinasikan ekspresi wanita ini sendiri"
Yoko mengulum senyum ketika Faye menyimpan kembali lukisan yang sedari tadi ia genggam ke atas mejanya yang rapi.
Tak salah ia jatuh hati pada Faye. Wanita cantik itu memang menakjubkan. Dan Yoko merasa bahwa dirinya sangat beruntung karena bisa memiliki si dosen cantik sebagai kekasihnya sekarang.
Tanpa terasa, kelas akhirnya berakhir dan Faye beranjak dari muka kelas. Meninggalkan Yoko yang masih terkesima karena kekasihnya.
AH! Kenapa pula ia jadi begitu bangga untuk mengakui bahwa Faye adalah kekasihnya sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eldest One [FayeXYoko]
Teen Fiction"Mencintai secara tepat di waktu yang terhambat" -Yoko Apasra