12

5.1K 384 33
                                    

>○<

Yoko tersenyum ketika Faye menahan bibir mereka agar tak bersentuhan. Gadis cantik bertubuh mungil itu kemudian mengecup pipi Faye lembut lantas melepaskan diri dari kekasihnya lalu kembali duduk di atas kasur.

"Aku mau nunjukin ini sama kakak" ujar bocah itu tiba-tiba.

Faye menarik napas dan melirik tak percaya "Yoo.. Jangan main-main sama kakak ya" ujar wanita cantik itu pada kekasihnya yang terkikik di atas kasur.

"Sini! Mau lihat atau enggak?" ujarnya tanpa merasa bersalah.

Faye menghembuskan napasnya yang sedari tadi tertahan sebelum kemudian mendekat pada bocah kecil yang menggodanya barusan.

"Tidur sini" Yoko menepuk kasur di sampingnya yang kosong dan Faye menurut saja pada si bocah.

Melihat bagaimana kulit Faye memerah merupakan hal yang menyenangkan bagi Yoko. Dan sekarang, gadis cantik bertubuh mungil itu mematikan lampu utama kamar hingga membuat led strip berwarna biru yang ditutupi oleh kapas itu tampak seperti langit mendung.

"Cantik kan?" ujar Yoko seraya ikut membaringkan tubuh di samping Faye.

Faye mengangguk mengiyakan sebelum kemudian melirik padanya "Cantik" ujarnya sambil lalu membingkai pipi milik si gadis bertubuh mungil dan mengusap itu menggunakan ibu jarinya.

Yoko terpejam sekejap ketika merasakan hangatnya sentuhan Faye begitu mempengaruhi dirinya. Setiap gesekan yang ditimbulkan Faye seolah membakar kulitnya sehingga itu meleleh bagaikan mentega di atas nampan.

"Tapi kamu lebih cantik" bisik Faye ketika Yoko membuka mata untuk mendapati bahwa iris berwarna cokelat milik Faye membesar seperti ketika dosen cantik itu ingin menciumnya.

Yoko tersenyum menikmati perasaan menggila di dalam dadanya. Gadis cantik itu kemudian mengulurkan tangan untuk mengusap bibir Faye yang sedikit terbuka dan Yoko menutupnya begitu saja dengan bibirnya.

Tidak terjadi begitu lama, tapi bibir mereka bersentuhan. Hanya itu. Meski memang mereka tak memperdalam ciuman di antara keduanya, Yoko yakin sekali bahwa Faye juga merasakan hal yang sama dengan dirinya.

Perasaan membuncah yang bahkan tidak bisa dideskripsikan oleh kata-kata. Perasaan sejuta kupu-kupu yang terbang dari perut, perasaan yang persis seperti kembang api yang meledak-ledak pada tanggal tiga puluh satu desember.

Yoko bisa merasakan usapan lembut di belakang kepalanya dan wanita cantik itu menahannya hingga tak bisa lepas dari bibir si wanita cantik.

Tapi, ciuman mereka tidak mendalam. Hanya saling menempel satu sama lain.

Saat Faye akhirnya tak menekan belakang kepalanya, Yoko menarik diri untuk menatap Faye yang tengah menatap padanya "Kakak sayang sama kamu, Yo"

Yoko tersenyum saat merasakan hatinya penuh. Tak bisa dipungkiri, ini dia kata-kata yang selama ini ia harapkan akhirnya terucap juga dari bibir Faye dan Yoko merasa begitu bahagia sekarang.

Perempuan cantik itu juga menyukainya seperti ia menyukai si dosen cantik. Faye juga mencintainya seperti Yoko mencintai wanita cantik itu dan karena itu, Yoko tersenyum "Aku juga sayang sama kakak"

Meski malu, Yoko akhirnya menempelkan diri pada tubuh Faye dan menikmati pelukan hangat dari wanita cantik itu "Kakak anget banget" ujar Yoko seraya menaikkan kakinya ke atas kaki Faye.

Wanita cantik itu terkekeh kecil seraya mengusapi punggung Yoko yang kecil "Kalau kakak dingin, berarti kakak udah meninggal Yoo" jawab Faye random.

Dengan geli, Yoko tersenyum di atas dada milik dosennya yang berdebar keras "Kak?"

"Hmm?"

Yoko menonggak guna menatap pada Faye yang tengah memejamkan mata "Kakak pas dulu pacaran bandel nggak?"

The Eldest One [FayeXYoko]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang